EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA UNTUK
INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) pada TAHUN 2006 DI
KALANGAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI LOKASI PASAR
KEMBANG YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Yulia Ratika Siwi
NIM : 038114052
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERSETIUUAN
PEIVBTMBII{G
EVALUASIKERASIONALAN
PENCGUNAAN
ANTTBTOTIKAIJNIT]K
INFEKSIMENIJLARSETSUALgMS) p6dr TAEUN2006Dr
KAI,ANGANPEKFIJA SEI<SKOMf,RSIAL(ISq DTII)X,{9I PASAR
KEMBANGYOGYAI(ARIA
NlM:038114052
\
q!^
d. LNio!
Kusib!w.1i,
M.K6.
TogEEl : 22 Aguslus 2007
TueC : 22Aeuslus
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
EAI,AMAN Pf,NCESAEAN
Pe.$3.1.n 6lci!.t B€.lud
EVAIUASIKERASIONAI,ANPENGGTJNAANANTIBIOTN'AUNTTJI(
IIIFEKSI MENULARSEI(SUAI,(IMS) Fd. TA{UN 2l|||5DI
(AIAIIGAN PEKERJASEKSKOMERsIALIPSKIDI LOKASTPASAI
KEMBANGYOGYAI(ARTA
Yuli! Rltikr Si*i
NrM:0381140J2
DlFbhubn di I'da& Pu nP.neujiSbp6i
Ffiih rlmGi
Unir6i|s Ssd Dh@a
pdahggar: l3agrtu2c,07
dr_rr;m
KBeib.*di,
M.Kc.
l. dr. Lmi&8 Kuvibaqdl, Ml(6.
,L Yo*f llijoyo, M.si., Apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Hanya percaya padaNya dan tidak ada yang tidak
dapat kamu lakukan, terlebih berjalan di atas air..........
Dan tetap berpeganglah pada didikan, janganlah
melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah
hidupmu (Amsal 4:13)
KUPERSEMBAHKAN UNTUK:
YESUS KRISTUS YANG SELALU ADA
UNTUKKU
MAMA DAN PAPA TERKASIH
MBAK TYAS DAN MAS RONALDO
TERKASIH
KEKASIHKU WIWID
SAHABAT-SAHABATKU
ALMAMATERKU TERCINTA
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAINKEASLIANKARYA
Say! Daylttke denge suggnhrt!
bonwasknpsi'us sy! tulis
ini tidat memurl k r,i .tau b.gid *FrE oms Lin, k€cu.li 'aDs tel.[
disbuucnddm lqfip.n du dln r pushkas€Sreaindalatdrto kary!ilmirh.
Yo&Dker4 Aausru20o?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PRAKATA
Puji dan terima kasih untuk Tuhan Yesus atas berkat dan penyertaan
yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi yang berjudul Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Antibiotika untuk
Infeksi Menular Seksual (IMS) pada Tahun 2006 di Kalangan Pekerja Seks
Komersial di Pasar Kembang Yogyakarta.
Selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi, penulis
memperoleh banyak bantuan, dukungan, doa, dan kerja sama dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta serta selaku dosen pembimbing dan dosen penguji
yang telah memberikan bantuan berupa arahan, kritik, saran, dorongan serta
selalu sabar dalam membimbing sehingga penelitian dan penyusunan skripsi
ini dapat berjalan lancar.
2. Ibu dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing dan penguji
yang selalu memberikan arahan, saran, kritik, dan dorongan serta selalu sabar
dalam membimbing sehingga penelitian dan penyusunan skripsi ini dapat
berjalan lancar.
3. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran
dan kritik yang bermanfaat bagi skripsi ini.
4. Bapak Yosef Wijoyo, M. Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran dan kritik yang bermanfaat bagi skripsi ini.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Papaku Endro Kismolo, S.T. terkasih atas ijin ke Pasar Kembang, atas
dukungan, doa, dan biaya selama kuliah dan selama penelitian berlangsung
hingga akhir penyusunan skripsi ini serta kasih, cinta, perhatian yang selalu
tercurah setiap detiknya.
6. Mamaku Widhiati, B.Sc. terkasih yang telah melahirkan, mengajarkan serta
memberikan doa, kasih, cinta, ijin, dan perhatian setiap detiknya hingga
penulis mampu bertahan dalam hidup dan menyelesaikan skripsi ini.
7. Mbak Anugrahenny Sekrening Tyas, S.T. dan Mas Ronaldo Saragi S.T. yang
selalu mendukung, mengajarkan, dan menanamkan prinsip untuk selalu
berusaha dalam penyusunan skripsi dan menghargai setiap pemberian Tuhan.
8. Kekasihku Antonius Nugraha Widhi Pratama, S.Farm., Apt. yang saat ini
berkarya di Atambua, untuk cinta, semangat, teguran, dan doa selama ini
sehingga membuatku dapat berpikir untuk menjadi lebih dewasa. Terima kasih
pula karena selalu menemaniku ke Pasar Kembang.
9. Sahabatku Irwan, Madya, Andreas, Vian, Budiarto, Punto, dan Hengky untuk
semangat, keceriaan, olokan, pertemanan, dan membuat aku selalu menjadi
paling cantik di antara kalian selam ini.
10. Sahabat wanitaku satu-satunya Vera untuk selalu menjadi teman dan saudara
waktu senang dan susah serta perhatian dan dukungan melalui canda tawa dan
SMS yang telah diberikan selama ini.
11. Mas Uut untuk komputerku yang tidak pernah rewel serta Nug, Risang, Ratih,
dan Sukma yang selalu membuatku merasa sebagai kakak.
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12. Teman-teman kelompok Praktikum C (Anin, Chika, Ratna, Komang, Eveline,
Hartono, Madya, Titien, Devi, Indu, Punto, Esti, Budiarto, Tata, Vian, Rosa,
Maria, Ratih) atas canda tawa, suka duka selama ini serta dukungan dan
keakraban yang selalu terpancar baik saat kita bersama maupun berpisah.
13. Mbak Severina (Ririn) dan Yoga (Kobo) untuk data kuisioner dan wawancara
sehingga skripsi ini menjadi ada saat ini,
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritika dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, Agustus 2007
Penulis
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................v
PRAKATA............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xviii
INTISARI............................................................................................................. xix
ABSTRACT.............................................................................................................xx
BAB I. PENGANTAR .............................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
1. Perumusan Masalah .......................................................................................2
2. Keaslian Penelitian.........................................................................................2
3. Manfaat Penelitian .........................................................................................3
B. Tujuan Penelitian.................................................................................................3
BAB II. PENELAAH PUSTAKA ...........................................................................5
A. Antibiotika .........................................................................................................5
1. Definisi...........................................................................................................5
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Penggolongan.................................................................................................5
3. Resistensi .......................................................................................................7
B. Infeksi Menular Seksual.....................................................................................9
1. Definisi...........................................................................................................9
2. Jenis..............................................................................................................10
C. Prinsip Terapi Antibiotika yang Rasional ........................................................17
1. Terapi yang rasional.....................................................................................17
2. Pemilihan dan penggunaan antibiotika yang rasional..................................19
D. Antibiotika Untuk Pengobatan IMS.................................................................21
1. Pengobatan infeksi gonore ...........................................................................21
2. Pengobatan infeksi klamidia ........................................................................22
3. Pengobatan infeksi sifilis .............................................................................23
4. Pengobatan infeksi herpes............................................................................24
5. Pengobatan infeksi trikomoniasis ................................................................25
E. Drug Therapy Problems...................................................................................26
1. Definisi Drug Therapy Problems.................................................................26
2. Kategori Drug Therapy Problems................................................................27
F. Keterangan Empiris..........................................................................................30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................31
A. Jenis dan rancangan Penelitian.........................................................................31
B. Definisi operasional .........................................................................................31
C. Subjek Penelitian..............................................................................................32
D. Metode Penelitian ............................................................................................33
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Tata Cara Penelitian .........................................................................................34
F. Analisis Data Penelitian ...................................................................................34
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................35
A. Profil Pengetahuan PSK tentang IMS dan Antibiotika ....................................35
1. Pengetahuan IMS .........................................................................................35
2. Pengetahuan antibiotika ...............................................................................41
3. Pengetahuan aturan pakai antibiotika...........................................................44
4. Pengetahuan efek samping antibiotika.........................................................48
5. Pengetahuan resistensi antibiotika ...............................................................51
B. Pola Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika...................................................53
1.Pola pemilihan dan penggunaan antibiotika PSK di Pasar Kembang
Yogyakarta tahun 2006 .................................................................................53
2. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika.......................................55
3. Tindakan mengganti obat.............................................................................58
C. Perbandingan Pola Penggunaan Antibiotika tahun 2002, tahun 2005,
dan tahun 2006 .................................................................................................62
D. Evaluasi Kerasionalan Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika
(Drug Therapy Problems) ................................................................................63
1. Unnecessary drug therapy .......................................................................... 63
2. Dosage too low........................................................................................... 64
3. Ineffective drug therapy ............................................................................. 65
4. Noncompliance .......................................................................................... 65
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................67
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
A. Kesimpulan ......................................................................................................67
B. Saran ................................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................69
LAMPIRAN...........................................................................................................72
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.
Kondisi klinis infeksi gonore.................................................................11
Tabel II.
Kondisi klinis infeksi klamidia..............................................................13
Tabel III.
Kondisi klinis infeksi sifilis ..................................................................14
Tabel IV.
Kondisi klinis infeksi trikomoniasis .....................................................17
Tabel V.
Pengobatan infeksi gonore ....................................................................21
Tabel VI.
Pengobatan infeksi klamidia.................................................................23
Tabel VII. Pengobatan infeksi sifilis.......................................................................24
Tabel VIII. Pengobatan infeksi herpes.....................................................................25
Tabel IX.
Pengobatan infeksi trikomoniasis ..........................................................26
Tabel X.
Pengetahuan PSK tentang IMS di Pasar Kembang Yogyakarta tahun
2006.......................................................................................................36
Tabel XI.
Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS pada tahun
2006.......................................................................................................38
Tabel XII. Pengetahuan PSK tentang antibiotika di Pasar Kembang Yogyakarta
tahun 2006.............................................................................................41
Tabel XIII. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang aturan pakai antibiotika
tahun 2006.............................................................................................46
Tabel XIV. Pernah tidaknya di Pasar Kembang merasakan efek samping
antibiotika pada tahun 2006 ..................................................................49
Tabel XV. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi antibiotika
tahun 2006.............................................................................................51
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Tabel XVI.
Terapi IMS pada PSK di Klinik Griya Lentera Yogyakarta tahun
2006....................................................................................................54
Tabel XVII. Profil pemilihan dan penggunaan antibiotika oleh PSK di Pasar
Kembang Yogyakarta tahun 2006......................................................55
Tabel XVIII. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika.............................56
Tabel XIX.
Tindakan PSK untuk mengganti antibiotika .......................................58
Tabel XX.
Perbandingan antibiotika yang digunakan PSK pada tahun 2002,
tahun 2005, dan tahun 2006 di Pasar Kembang Yogyakarta .............61
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pengetahuan IMS berdasarkan profil umur PSK di Pasar Kembang
tahun
2006.............................................................................................37
Gambar 2. Pengetahuan IMS berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar
Kembang tahun 2006 ...............................................................................37
Gambar 3. Pengetahuan IMS berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar
Kembang tahun 2006 ...............................................................................38
Gambar 4. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari
umur pada tahun 2006..............................................................................40
Gambar 5. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari
lama kerja pada tahun 2006......................................................................40
Gambar 6. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari
tingkat pendidikan pada tahun 2006 ........................................................41
Gambar 7. Pengetahuan antibiotika berdasarkan profil umur PSK di Pasar
Kembang tahun 2006 ...............................................................................43
Gambar 8. Pengetahuan antibiotika berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar
Kembang tahun 2006 ...............................................................................44
Gambar 9. Pengetahuan antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan PSK di
Pasar Kembang tahun 2006......................................................................44
Gambar 10. Pengetahuan aturan pakai antibiotika berdasarkan profil umur PSK di
Pasar Kembang tahun 2006......................................................................47
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 11. Pengetahuan aturan pakai antibiotika berdasarkan profil lama kerja
PSK di Pasar Kembang tahun 2006 ......................................................47
Gambar 12. Pengetahuan aturan pakai antibiotika berdasarkan profil tingkat
pendidikan PSK di Pasar Kembang tahun 2006 ...................................48
Gambar 13. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping
antibiotika ditinjau dari umur pada tahun 2006 ....................................50
Gambar 14. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping
antibiotika ditinjau dari lama kerja pada tahun 2006 ............................50
Gambar 15. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping
antibiotika ditinjau dari tingkat pendidikan pada tahun 2006...............50
Gambar 16. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan
profil umur pada tahun 2006 .................................................................52
Gambar 17. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan
profil lama kerja pada tahun 2006.........................................................53
Gambar 18. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan
profil tingkat pendidikan pada tahun 2006............................................53
Gambar 19. Prevalensi kasus IMS di Pasar Kembang tahun 2006 ............................54
Gambar 20. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika di Pasar Kembang
berdasarkan profil umur pada tahun 2006.............................................57
Gambar 21. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika di Pasar Kembang
berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006 ....................................57
Gambar 22. Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika di Pasar Kembang
berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006 .......................58
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 23. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika
berdasarkan profil umur pada tahun 2006..........................................60
Gambar 24. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika
berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006 .................................60
Gambar 25. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika
berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006 ....................60
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar kuisioner...................................................................................72
Lampiran 2. Hasil rekap kuisioner .............................................................................73
Lampiran 3. Daftar terminologi medik ......................................................................74
Lampiran 4. Hasil wawancara terstruktur ..................................................................78
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
INTISARI
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang disebabkan oleh
patogen (bakteri, virus, atau jamur) dan ditularkan melalui berhubungan seksual.
Pekerja Seks Komersial (PSK) wanita merupakan representasi dari kelompok
yang berisiko tinggi terhadap IMS karena menuntut untuk berhubungan seksual
dengan berganti-ganti pasangan. Dari penelitian Putranto (2002) dan Sutama
(2005) menunjukkan PSK menggunakan antibiotika dengan alasan mencegah IMS
dan penggunaan antibiotika tidak rasional. Pemakaian antibiotika yang tidak
rasional dapat menimbulkan terjadinya resistensi mikroorganisme terhadap
antibiotika yang digunakan.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui profil pengetahuan PSK
tentang IMS dan antibiotika; mengetahui pola pemilihan dan penggunaan
antibiotika pada tahun 2006; membandingkan pola penggunaan antibiotika yang
digunakan pada tahun 2002, 2005, dan 2006; serta mengetahui kerasionalan dan
Drug Therapy Problems yang berkaitan dengan penggunaan antibiotika di
kalangan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta.
Penelitian ini termasuk penelitian jenis non eksperimental. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah rancangan survei epidemiologi deskriptif.
Metode penelitian dengan metode kuisioner dan wawancara. Data yang diperoleh
dianalisis dengan perhitungan prosentase berdasarkan variabel yang ingin
diketahui.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa profil pengetahuan PSK
tentang IMS (84,3%) dan antibiotika (90,2%) sudah tinggi. Pola pemilihan dan
penggunaan antibiotika oleh PSK pada tahun 2006 ampisilin (40%), amoksisilin
(30%), dan tetrasiklin (30%). Pola pemilihan dan penggunaan pada tahun 2002,
tahun 2005 dan tahun 2006 tidak berbeda. Penggunaan antibiotika oleh PSK
belum rasional dengan Drug Therapy Problems yang terjadi adalah Unnecessary
drug (menggunakan antibiotika setiap hari), Ineffective drug (antibiotika
digunakan untuk mengobati pegal-pegal), Dosage too low (antibiotika tidak
dihabiskan sebelum waktunya), dan Noncompliance (tidak mematuhi aturan
pakai).
Kata Kunci : antibiotika, Drug Therapy Problems, Infeksi Menular Seksual
(IMS), Pekerja Seks Komersial (PSK)
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Sexually Transmitted Infections (STIs) are transmitted is through sexual
contact. STIs can be caused by mainly bacteria, viruses, or protozoa. The women
sex workers have the highest risk to be infected STIs. From Putranto (2002) and
Sutama (2005) researches, the usage of antibiotics were not rational, the aim of
use of antibiotic was for preventing STIs. Non-rational use of antibiotic rose the
antibiotic-resistant bacteria.
A research has been done to observe the women sex worker’s knowledge
profile about STIs and antibiotic; the pattern of selection and usage in year 2006;
to compare the use of antibiotics in the researching year 2002, 2005, and 2006; to
evaluate the rationality and Drug Therapy Problems (DTP) of antibiotics used
among women sex workers in Pasar Kembang Yogyakarta.
The research was non-experimental research using the descriptive
epidemiologic survey. The data were obtained using interview and quistioner
method.
The result showed that women sex worker’s knowledge score 84,3% for
sexual transmitted infections and 90,2% for antibiotics. Antibiotics used in year
2006 are ampicillin (40%), amoxicillin (30%), and tetracyclin (30%). There were
no differences of the antibiotics in year 2002, 2005, and 2006. Some identified
DTP were unnecessary, ineffective, dosage too low, and non-compliance were
antibiotics usage.
Keywords: antibiotics, Drug Therapy Problems (DTP), Sexual Transmitted
Infections (STIs), women sex worker
xx
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, jamur, atau virus dan sangat mudah ditularkan dengan berhubungan
seksual baik melalui oral, anal, atau melewati vagina. Infeksi Menular Seksual
kebanyakan disebabkan oleh karena bakteri, jamur, atau virus dan jika tidak
diobati atau mendapat penanganan yang tidak tepat maka infeksi ini akan sulit
disembuhkan bahkan dapat menimbulkan kematian. Infeksi Menular Seksual yang
tidak diobati dengan benar berisiko mudah terinfeksi virus HIV yang nantinya
dapat menjadi AIDS. Jika sudah terkena AIDS maka akan sangat mudah tertular
penyakit lain karena AIDS menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Pekerja seks komersial perempuan merupakan representasi dari kelompok
yang memiliki risiko tinggi terhadap IMS karena pekerjaan yang menuntut untuk
berhubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan. Di Klinik Griya Lentera
(GL) (2006) menyatakan angka prevalensi IMS gonore (GO) (47%) paling tinggi.
Pekerja seks komersial yang menjadi subjek penelitian kali ini di lokasi Pasar
Kembang Yogyakarta.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sutama (2005)
menunjukkan sebagian besar PSK menggunakan antibiotika dengan alasan untuk
mencegah IMS. Antibiotika yang digunakan pada tahun 2005 adalah amoksisilin,
ampisilin, dan tetrasiklin. Sebagian dari PSK tersebut mengobati penyakitnya
dengan menggunakan antibiotika tanpa memeriksakan ke dokter. Penggunaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
antibiotika yang tidak mengikuti aturan pakai dapat disebabkan kurangnya
pengetahuan mereka sehingga antibiotika yang digunakan kadang tidak sesuai
dengan sakit yang dialaminya. Penggunaan antibiotika yang salah baik pada
sasaran bakteri atau virus dan pada aturan pakai (dosis) dapat menyebabkan
sensitifitas obat terhadap bakteri menjadi berkurang bahkan tidak ada. Dengan
kata lain, agen penginfeksi (bakteri) dapat menjadi resisten.
1. Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
a. seperti apakah profil pengetahuan PSK di Pasar Kembang Yogyakarta tentang
IMS dan antibiotika pada tahun 2006?
b. seperti apakah pola pemilihan dan penggunaan antibiotika yang digunakan
oleh PSK di lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 untuk terapi
IMS?
c. bagaimana perbandingan pola pemilihan dan penggunaan antibiotika untuk
terapi IMS yang digunakan pada tahun 2006 dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sutama (2005) dan Putranto (2002)?
d. apakah antibiotika untuk terapi IMS yang diberikan rasional dan Drug
Therapy Problems apa saja yang terjadi dalam penggunaan antibiotika
tersebut?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian seperti ini pernah dilakukan oleh, Putranto (2002) dan Sutama
(2005) yang mengkaji tentang penggunaan antibiotika di kalangan PSK di Pasar
Kembang Yogyakarta. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
hal tahun, bulan, dan waktu pelaksanaan. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui profil antibiotika, mengetahui perbandingan pola penggunaan
antibiotika yang digunakan pada tahun 2006, tahun 2005, dan tahun 2002, serta
mengetahui Drug Therapy Problems yang berkaitan dengan pemilihan dan
penggunaan antibiotika dalam terapi IMS di kalangan PSK di lokalisasi Pasar
Kembang Yogyakarta tahun 2006.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan
pengetahuan dalam hal pemilihan dan penggunaan antibiotika untuk terapi IMS.
b. Manfaat praktis
1) Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak
terkait dalam menggunakan antibiotika sehingga penggunaan antibiotika tidak
menimbulkan Drug Therapy Problems.
2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan pihak-pihak
yang terkait dalam menangani masalah penyakit IMS sehingga diharapkan
dapat mencegah dan mengurangi penyebaran penyakit IMS.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Penelitian ini mempunyai tujuan mengkaji penggunaan antibiotika di
kalangan PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
2. Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a. mengetahui profil pengetahuan PSK di Pasar Kembang Yogyakarta
tentang IMS dan antibiotika tahun 2006.
b. mengetahui pola pemilihan dan penggunaan antibiotika yang digunakan
oleh PSK di lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 untuk
terapi IMS.
c. membandingkan pola penggunaan antibiotika untuk terapi IMS yang
digunakan pada tahun 2006 dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sutama tahun 2005 dan Putranto tahun 2002.
d. Mengetahui kerasionalan penggunaan antibiotika untuk terapi IMS dan
Drug Therapy Problems yang terjadi dalam penggunaan antibiotika
tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Antibiotika
1. Definisi
Pada
awalnya
antibiotika
adalah
substansi
yang
dihasilkan
mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mampu menghambat pertumbuhan bahkan
membunuh mikroorganisme lain (Lullman, Klaus, Ziegler dan Bieger, 2000).
Akan tetapi, saat ini yang disebut antibiotika termasuk juga antibakteri sintetis
seperti sulfonamida (Chambers dan Sande, 1996). Antibiotika harus efektif
menghambat atau membunuh mikroorganisme lain pada konsentrasi yang tidak
berbahaya bagi manusia atau hewan (Mutschler dan Derendorf, 1995).
Menurut Jawetz (2001) antibiotika yang ideal harus mempunyai
toksisitas selektif. Hal ini menunjukkan bahwa antibiotika toksik bagi sel parasit,
tetapi tidak (terlalu) toksik bagi sel hospes (Neal, 1985). Kadang toksisitas selektif
lebih bersifat relatif daripada absolut; hal ini dimaksudkan bahwa antibiotika pada
konsentrasi
yang
ditoleransi
oleh
hospes
mungkin
berbahaya
bagi
mikroorganisme yang menginfeksi (Jawetz, 2001).
2. Penggolongan
a. Berdasarkan mekanisme kerja
Tidak semua mekanisme aksi sebagian besar antibiotika menurut Jawetz
(2001) dapat dipahami. Akan tetapi, mekanisme kerja tersebut dapat dibagi
menjadi empat mekanisme kerja utama, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
1) antibiotika yang menginhibisi sintesis dinding sel (contoh: penisilin,
sefalosporin, dan vankomisin);
2) antibiotika yang menginhibisi/ merusak fungsi permeabilitas membran sel
(contoh: amfoterisin, polimiksin, dan colistin);
3) antibiotika
yang
menginhibisi
sintesis
protein
(contoh:
tetrasiklin,
kloramfenikol, dan eritromisin);
4) Antibiotika yang menginhibisi sintesis asam nukleat (contoh: rifampin,
quinolon, dan sulfonamida).
b. Berdasarkan tipe efek
Dengan melihat efek antibiotika, secara in vitro efek antibiotika dapat
dibedakan menjadi dua yaitu efek bakteriostatik dan efek bakterisidal (Lullman
dkk, 2000). Antibiotika dikatakan berefek bakteriostatik jika antibiotika
menginhibisi pertumbuhan mikroorganisme tanpa membunuh mikroorganisme
tersebut. Menurut Mutschler dan Derendorf (1995) antibiotika yang bersifat
bakteriostatik adalah antibiotika yang menghambat biosintesis protein. Contoh
antibiotika yang bersifat bakteriostatik adalah tetrasiklin, kloramfenikol, dan
eritromisin (Walker dan Edwards, 1999).
Antibiotika mempunyai efek bakterisidal jika antibiotika mampu
membunuh mikroorganisme. Menurut Mutschler dan Derendorf (1995),
antibiotika bersifat bakterisidal jika antibiotika merusak dinding sel atau merusak
permeabilitas membran sel. Contoh antibiotika bakterisidal adalah penisilin,
aminoglikosida, dan sefalosporin (Walker dan Edwards, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
c. Berdasarkan spektrum aktivitas
Menurut Mutschler dan Derendorf (1995) spektrum aktivitas menunjukkan
kisaran seberapa banyak jenis mikroorganisme yang dibunuh/dirusak oleh
antibiotika di tempat infeksi dalam tubuh manusia secara in vitro. Berdasarkan
spektrum aktivitas, antibiotika dibagi menjadi antibiotika yang berspektrum luas
(broad-spectrum) dan antibiotika berspektrum sempit (narrow-spectrum) (Snyder
dan Finch, 1990).
Antibiotika berspektrum sempit merupakan antibiotika yang hanya mampu
merusak Gram-positif atau Gram-negatif saja. Penisilin G merupakan antibiotika
berspektrum sempit karena sangat efektif/mampu melawan bakteri Gram-positif.
Antibiotika berspektrum luas merupakan antibiotika yang mampu merusak Grampositif dan Gram-negatif. Contoh antibiotika berspektrum luas adalah tetrasiklin
dan kloramfenikol (Snyder dan Finch, 1990).
3. Resistensi antibiotika
a. Jenis resistensi
Mikroorganisme dikatakan resisten jika Konsentrasi Inhibitor Minimum
(KIM) antibiotika lebih tinggi daripada konsentrasi tertinggi yang dicapai secara
in vivo (konsentrasi yang tidak toksik) dalam serum atau jaringan (Mutschler dan
Derendorf, 1995). Resistensi bakteri terhadap antibiotika terus-menerus berubah
dan dapat menjadi masalah klinis yang serius (Walker dan Edwards, 1999).
Menurut Mutschler dan Derendorf (1995), resistensi terbagi menjadi tiga
yaitu resistensi alami, resistensi primer, dan resistensi sekunder. Dengan adanya
resistensi alami, semua mikroorganisme dalam spesies tertentu tidak dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dilawan oleh antibiotika (contoh: Pseudomonas aeruginosa tidak dapat dilawan
oleh benzilpenisilin). Resistensi primer terjadi jika beberapa strain tertentu pada
spesies sebenarnya sudah resisten ketika diberikan antibiotika (contoh: E. coli
tidak mudah dirusak oleh tetrasiklin). Resistensi sekunder dapat disebabkan oleh
mutasi spontan yang terjadi pada pemberian antibiotika pertama kali. Resistensi
sekuder disebut juga resistensi yang diperoleh (acquired resistance) (Mutschler
dan Derendorf, 1995).
Berdasarkan tahapan dan kecepatan resistensi, resistensi sekunder
terbagi menjadi resistensi satu langkah (one step) dan resistensi bertahap (multiple
step). Resistensi one step terjadi secara cepat atau setelah pemberian sebanyak
satu sampai empat kali antibiotika secara in vitro. Resistensi multiple step terjadi
secara perlahan dan bertahap; beberapa tahapan mutasi penting menjadi
manifestasi resistensi (Mutschler dan Derendorf, 1995).
b. Mekanisme resistensi
Menurut Chambers dan Sande (1996), agar menjadi efektif antibiotika
harus dapat mencapai target dan berikatan dengan target tersebut. Bakteri dapat
menjadi resisten terhadap antibiotika karena (1) obat gagal mencapai target; (2)
obat inaktif; atau (3) target berubah.
Jawetz (2001) memaparkan adanya beberapa mekanisme berbeda yang
ditunjukkan oleh bakteri untuk menjadi resisten terhadap antibiotika.
(1) Bakteri memproduksi enzim perusak obat yang aktif. Contoh: Staphylococcus
resisten terhadap penisilin G dengan cara memproduksi enzim β-laktamase yang
dapat merusak obat tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(2) Bakteri mengubah permeabilitas terhadap antibiotika. Contoh: Streptococcus
mempunyai barier permeabilitas alami terhadap aminoglikosida. Sebagian dari
masalah ini dapat diatasi dengan adanya obat yang aktif terhadap dinding sel
misalnya, penisilin.
(3) Bakteri mengubah struktur target obat. Contoh: resistensi terhadap beberapa
penisilin dan sefalosporin bisa jadi merupakan suatu fungsi terhadap hilangnya
atau berubahnya Penicilin Binding Protein (PBP).
(4) Mikroorganisme merubah jalur sintesis metabolit yang menjadi jalan pintas
terhadap reaksi yang diinhibisi oleh obat. Contoh: beberapa bakteri yang resisten
terhadap
sulfonamid
tidak
memerlukan
asam
p-aminobenzoat
(PABA)
ekstraseluler, tetapi seperti sel mamalia, dapat memanfaatkan asam folat.
(5) Mikroorganisme mengubah enzim yang masih dapat menunjukkan fungsi
metabolismenya, dimana enzim tersebut kurang dipengaruhi oleh obat. Contoh:
pada
bakteri
resisten
terhadap
trimetoprim,
asam
hidrofolat
reduktase
menginhibisi lebih kurang efektif daripada bakteri yang peka terhadap
trimetoprim.
B. Infeksi Menular Seksual
1. Definisi
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh
patogen yang disebarkan hubungan seksual (oral, anal, atau vaginal) (Knodel,
2001). Beberapa IMS menjadi masalah serius ketika IMS terjadi bersamaan
dengan infeksi neonatal atau perinatal. Kebanyakan infeksi neonatal diperoleh
saat lahir, setelah bayi melewati serviks atau vagina yang terinfeksi. Manifestasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
infeksi neonatal dapat terjadi di berbagai tempat, menyebabkan tingkat morbiditas
yang tinggi, dan beberapa kasus menyebabkan kematian bayi (Knodel, 2001).
2. Jenis
Infeksi Menular Seksual mencakup infeksi yang berupa gonore (GO),
klamidia, herpes, sifilis, kankroid; termasuk semua patogen yang disebarkan
melalui hubungan seksual. Infeksi ini bersifat individual karena manifestasi
klinik, perubahan kemampuan obat untuk menyerang beberapa patogen, dan
frekuensi komplikasi IMS yang tinggi secara bersamaan menyebabkan diagnosis
dan manajemen terapi pasien yang terkena IMS sangat kompleks. Bermacammacam spektrum sindrom secara klinis yang dihasilkan oleh IMS ditentukan tidak
hanya oleh etiologi (patogen), tetapi juga dibedakan pada anatomi wanita dan pria,
serta fisiologi reproduksi (Knodel, 2001).
a. Infeksi gonore (GO)
Neisseria gonorrhoeae adalah diplokokus gram-negatif diperkirakan
sebagai penyebab IMS GO. Gonokokus menyerang selaput lendir genital, saluran
kencing, mata, rektum, dan tenggorokan, mengakibatkan supurasi akut yang dapat
menyebabkan invasi jaringan; hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan fibrosis.
Pada pria biasa terdapat uretritis, dengan nanah berwarna kekuningan dan nyeri
pada saat kencing. Pada wanita, infeksi primer terjadi di endoserviks dan meluas
ke uretra dan vagina, mengakibatkan sekret mukopurulen (Jawetz, 2001). Infeksi
GO mempunyai masa inkubasi yang cepat dan kebanyakan infeksi bersifat
asimptomatik sehingga IMS GO sulit untuk dikontrol (Knodel, 2001). Kondisi
klinis infeksi GO diperlihatkan dalam tabel I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tabel I. Kondisi klinis infeksi GO (Knodel, 2001)
Umum
Tempat infeksi
Pria
Masa inkubasi 1-14 hari
Onset gejala 2-8 hari
Sebagian besar di uretra,
kadang di rektum (sexual
intercourse pada pria dengan
pria), orofaring, dan mata
Gejala
Bersifat asimptomatik atau
sedikit simptomatik.
Pada infeksi uretra terjadi
disuria.
Pada infeksi anorektal,
asimptomatik atau sedikit
nyeri pada rektal.
Pada infeksi faringeal,
asimptomatik sampai sedikit
faringitis
Tanda
Muncul nanah pada uretra
atau rektum;
Pada anorektal terasa gatal,
terdapat mukus dan nanah
(mucopurulent), pendarahan.
Jarang terjadi (epididimitis,
prostatitis, limfadenopati
pada selangkang (inguinal
lymphadenopathy),
penyempitan pada saluran
uretra (urethral stricture);
disseminated gonorrhea
Komplikasi
Wanita
Masa inkubasi 1-14 hari
Onset gejala 10 hari
Sebagian besar di kanal
endoservik, kadang di
uretra, rektum (biasanya
kontaminasi perianal),
orofaring, dan mata
Bersifat asimptomatik atau
sedikit simptomatik.
Pada infeksi endocervik,
asimptomatik atau sedikit
simptomatik (nyeri).
Pada infeksi uretra terjadi
disuria.
Pada infeksi anorektal dan
faring, gejala seperti pada
pria.
Pengeluaran cairan vagina
yang abnormal atau
pendarahan pada uterus;
gatal pada uretra atau
rektum.
Inflamasi pada pelvis dan
komplikasi (kehamilan
ektopik, infertilitas);
disseminated gonorrhea
(tiga kali lebih sering terjadi
daripada pria).
Sejak awal tahun 1980 hingga 1990, di Amerika Serikat peristiwa
terjadinya IMS GO tampak berkurang. Faktor risiko IMS gonore sebagian besar
adalah berganti pasangan seksual (terutama pasangan gay dan pria biseksual),
pada infeksi HIV, dan kebanyakan kasus ditemui pada wanita. Akan tetapi,
penyebab IMS GO terbesar adalah umur belasan dan remaja/dewasa yang aktif
melakukan hubungan seksual. Faktor risiko terjadinya IMS GO lainnya adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
status sosial ekonomi, daerah urban, dan riwayat terinfeksi gonore serta IMS yang
lain (Koneman, Allen, dan Janda, 1997).
b. Infeksi klamidia
Knodel (2001) memaparkan IMS klamidia merupakan infeksi yang
paling banyak terjadi di Amerika Serikat. Infeksi klamidia terjadi bersamaan
dengan infeksi GO sehingga jika seseorang didiagnosis terinfeksi GO sangat
dimungkinkan terinfeksi klamidia juga. Wanita berumur 20-25 tahun, aktif
berhubungan seksual, dan sering berganti pasangan seksual harus diawasi dengan
rutin terhadap infeksi klamidia.
Chlamydia trachomatis penyebab infeksi klamidia merupakan parasit
obligat intraseluler yang berbentuk seperti virus dan bakteri. Seperti virus,
klamidia membutuhkan material seluler hospes untuk replikasi. Seperti bakteri
(Gram-negatif), klamidia kekurangan peptidoglikan pada dinding sel (Knodel,
2001), tidak memiliki mekanisme untuk menghasilkan energi metabolisme, dan
tidak dapat menghasilkan Adenosin Tri Phospat (ATP) (Jawetz, 2001).
Dibandingkan
dengan
IMS
GO,
IMS
klamidia
lebih
bersifat
asimptomatik dan jika muncul, gejala tidak akan terlalu nampak. Pengeluaran
cairan dari saluran kencing (urethral discharge) biasanya kurang banyak dan lebih
banyak mukosa atau air daripada saat terinfeksi gonore (Knodel, 2001).
Pada wanita, infeksi lebih sering asimptomatik atau gejala simptomatik
sangat minimal, jika terlambat/ tidak diterapi infeksi akan berkembang menjadi
infeksi atau inflamasi pada pelvis, dan menyertai komplikasi seperti kehamilan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
ektopik dan infertilitas (Knodel, 2001). Kondisi klinis infeksi klamidia dapat
dilihat pada tabel II.
Tabel II. Kondisi klinis infeksi klamidia (Knodel, 2001)
Umum
Tempat infeksi
Pria
Masa inkubasi sampai 35
hari
Onset gejala 7-21 hari
Sebagian besar di uretra,
kadang di rektum (akibat
intercourse anal), orofaring,
dan mata
Gejala
Sebanyak 50% infeksi di
uretra dan rektum
asimptomatik.
Pada infeksi uretra terjadi
disuria.
Pada infeksi faringeal,
asimptomatik sampai sedikit
faringitis
Tanda
Jarang terjadi, pengeluaran
cairan seperti mukus hingga
pengeluaran nanah
(purulent) pada rektum atau
uretra
Epididimitis, Reiter’s
syndrom (jarang terjadi).
Komplikasi
Wanita
Masa inkubasi 7-35 hari
Onset gejala 7-21 hari
Sebagian besar di kanal
endoservik, kadang di
uretra, rektum (biasanya
kontaminasi perianal),
orofaring, dan mata
Sebanyak 66% di kanal
endoserviks bersifat
asimptomatik.
Pada infeksi uretra terjadi
disuria
Pada infeksi faringeal dan
rektum, gejala mirip dengan
pria.
Pengeluaran cairan vagina
yang abnormal atau
pendarahan pada uterus;
gatal pada uretra atau
rektum.
Inflamasi pada pelvis dan
komplikasi (kehamilan
ektopik, infertilitas);
Reiter’s syndrom (jarang
terjadi).
c. Infeksi sifilis
Sifilis biasa didapat dari hubungan seksual yang kontak langsung dengan
membran mukosa yang terinfeksi atau lesi pada kutan (Knodel, 2001). Sifilis
dapat disebabkan tanpa melalui hubungan seksual misalnya, jarum suntik atau
transfusi darah yang mengandung spiroketa (Koneman dkk, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Treponema pallidum, golongan spiroketa yang merupakan bakteri gramnegatif berbentuk spiral, panjang, tipis, bergulung secara heliks (Jawetz, 2001)
merupakan organisme penyebab infeksi sifilis (Knodel, 2001). Risiko terinfeksi
sifilis dari berhubungan seksual sekitar 50-60% (Knodel, 2001), prostitusi dan
penyalahgunaan kokain merupakan faktor risiko utama penyebab infeksi sifilis
(Koneman dkk, 1997).
Tabel III. Kondisi klinis infeksi sifilis (Knodel, 2001)
Kondisi klinis
Secara umun
Sifilis primer
Masa inkubasi 10-90 hari (± 3 minggu)
Sifilis sekunder
Berkembang 2-4 minggu setelah infeksi pertama yang tidak
diterapi atau terapi tidak memadai
Sifilis laten
Berkembang 4-10 minggu setelah sifilis sekunder yang tidak
diterapi atau terapi tidak memadai
Sifilis tersier
Berkembang sekitar 30% pada pasien yang tidak diterapi atau
terapi tidak memadai selama 10-30 tahun setelah infeksi
pertama
Tempat infeksi
Sifilis primer
Genitalia luar, sekitar perianal, mulut, dan tenggorokan
Sifilis sekunder
Kemungkinan menyebar hingga dalam darah dan limfa
Sifilis laten
Potensial ke sistemik (dorman)
Sifilis tersier
Sistem Saraf Pusat (SSP), hati, mata, tulang, otot
Gejala dan
tanda
Sifilis primer
Nyeri, terbentuk lesi (kankroid), ulcer, kadang hilang, sakit di
sekitar limfa (limfadenopati); gejala muncul bersamaan,
sangat nyeri, lesi bernanah kadang tidak terjadi
Sifilis sekunder
Gatal atau ruam tidak gatal, lesi pada mukosa-kutan, gejala,
limpadenopati
Sifilis laten
Asimptomatik
Sifilis tersier
Sifilis kardiovaskuler (aortitis), neurosifilis (meningitis,
demensia), lesi lunak (gumma) pada setiap organ atau
jaringan
Setelah berhubungan seksual, T. pallidum akan berpenetrasi masuk
membran mukosa atau merusak lapisan epitelium, dan spiroketemia terjadi
(Knodel, 2001). Masa inkubasi antara 3-90 hari, kira-kira 3 minggu (Koneman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dkk, 1997). Seseorang yang terinfeksi tetap dapat menularkan penyakitnya selama
3-5 tahun pada sifilis primer/ dini. Sifilis laten/ lanjut, yang lamanya lebih dari 5
tahun, biasanya tidak menular (Jawetz, 2001). Kondisi klinis sifilis bermacammacam tergantung tingkat lamanya infeksi. Tingkatan infeksi sifilis adalah sifilis
primer, sifilis sekunder, sifilis laten, sifilis tersier dan neurosifilis, sifilis
kongenital (Knodel, 2001). Oleh Koneman dkk (1997), sifilis tersier, neurosifilis,
dan sifilis kongenital diistilahkan sebagai late siphilis. Kondisi klinis infeksi sifilis
diperlihatkan pada tabel III.
d. Infeksi herpes
Knodel (2001) memaparkan herpes genitalis disebabkan oleh Herpes
simplex virus 2 (HSV-2). Herpes berasal dari kata Yunani yang berarti bergerak
pelan (Knodel, 2001) karena virus herpes mampu dalam menyebabkan infeksi
yang bertahan seumur hidup dalam inangnya dan mengalami pengaktifan kembali
secara berkala (Jawetz, 2001). Tahapan infeksi herpes terdri dari 5 fase: infeksi
primer, infeksi pada ganglia, infeksi laten, reaktifasi, dan infeksi kambuhan
(Knodel, 2001).
Manusia diketahui sebagai hospes HSV. Menurut Jawetz (2001), untuk
dapat menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau kulit
yang terluka (kulit yang tidak terluka tetapi bersifat resisten). Oleh Knodel (2001)
dipaparkan juga bahwa infeksi herpes ditularkan melalui sekret terinfeksi HSV
yang menembus permukaan mukosa (contoh: uretra, orofaring, serviks, dan
konjungtiva) atau kulit yang luka (Jawetz, 2001). Herpes simpleks virus 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
terutama menginfeksi mukosa genital dan ditularkan secara seksual dan infeksi
kelamin ibu kepada anaknya yang baru lahir (Jawetz, 2001).
Infeksi HSV sebagian besar bersifat asimptomatik; jarang terjadi di
sistemik (Jawetz, 2001) dan pertumbuhan virus dapat terjadi pada lesi
menyebabkan gejala simptomatik (Knodel, 2001). Herpes genitalis ditandai oleh
lesi vasikoulseratif pada penis atau servik, vulva, vagina, dan perineum pada
wanita. Masa inkubasi selama 2-4 hari, lesi pada alat kelamin akan terasa sangat
nyeri (Jawetz, 2001) selama 7-10 hari (Knodel, 2001) dan timbul ulcer selama 21
hari (Knodel, 2001) diikuti dengan demam, malaise, disuria, dan limpadenopati
(Jawetz, 2001).
e. Infeksi trikomoniasis
Trichomonas vaginalis, protozoa berflagelata merupakan penyebab
infeksi trikomoniasis. Infeksi ini ditularkan secara seksual sehingga protozoa ini
sering ditemukan/ diisolasi dari vagina, uretra, dan endoserviks. Trichomonas
vaginalis membutuhkan pH antara 4,9-7,5 untuk bertahan, pH pada vagina yang
lebih besar dari 5 biasanya menandakan adanya Trichomonas vaginalis (Knodel,
2001). Kondisi klinis infeksi trikomoniasis ditunjukkan pada tabel IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tabel IV. Gejala infeksi trikomoniasis (Knodel, 2001)
Umum
Tempat infeksi
Gejala
Tanda
Komplikasi
Pria
Masa inkubasi 3-28 hari. T.
vaginalis dapat dideteksi 48 jam
setelah terpejani.
Sebagian besar di uretra, kadang
di rektum (sexual intercourse
pada pria dengan pria), orofaring,
dan mata
Wanita
Masa inkubasi 3-28 hari
Sebagian besar di kanal
endoservik, kadang di
uretra, rektum (biasanya
kontaminasi perianal),
orofaring, dan mata
Terkadang asimptomatik atau
Terkadang asimptomatik
sedikit simptomatik.
atau sedikit simptomatik.
Pada uretra terjadi mucopurulent Pruritus (terlebih pasa saat
encer
menstruasi),
Disuria dan gatal.
Terjadi disuria, nyeri saat
berhubungan seksual
(dispareunia).
Pengeluaran cairan uretra
pH vagina menjadi 4,5-6.
(urethral discharge)
Inflamasi vulva, vagina,
dan atau serviks.
Epididimitis dan prostatitis kronis Inflamasi pada pelvis dan
(tidak/jarang terjadi)
komplikasi (kehamilan
Infertilitas (gerak dan lama hidup ektopik, infertilitas);
sperma)
Bayi lahir prematur,
membran terpecah lebih
awal (rusak), dan berat
badan bayi saat lahir
kurang (risiko infeksi pada
neonatal rendah);
Pembentukan tumor pada
serviks.
C. Prinsip Terapi Antibiotika yang Rasional
1. Terapi yang rasional
Semua pasien mempunyai kebutuhan terkait dengan obat dan tujuan kita
adalah untuk melihat apa yang ditemui pasien saat terapi. Setiap pasien
membutuhkan dan mengharapkan obat yang didapat sesuai dengan kondisi klinis
(indikasi), pengaturan dosis efektif, keamanan terjaga, dan pasien harus mau dan
dapat menggunakan obat dengan mudah. Rancangan untuk mempermudah dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
menyelesaikan masalah klinis harus rasional pada (1) indikasi, (2) efektivitas, (3)
keamanan, dan (4) kepatuhan pasien (Cipolle, Sande, dan Morley, 2004).
a. Tepat indikasi
Farmasis harus menghubungkan indikasi (kondisi klinis), produk obat,
pengaturan dosis, dan hasil terapi. Beberapa terapi dapat digunakan oleh pasien,
jika terdapat kondisi klinis atau saat muncul penyakit. Jika secara klinis, kondisi
tidak membutuhkan terapi obat, maka terapi tidak membutuhkan obat
(unnecessary drug therapy). Jika terdapat beberapa indikasi terapetik tidak
muncul saat terapi maka pasien membutuhkan tambahan terapi obat (need
additional drug therapy). Pada semua kasus, indikasi merupakan bagian informasi
yang vital untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah terapi obat (Cipolle
dkk, 2004).
b. Pengaturan dosis yang efektif
Terapi obat efektif jika tujuan terapi yang diharapkan tercapai.
Efektivitas diperkirakan dengan mengevaluasi respon terkait tujuan terapi yang
diharapkan untuk beberapa kondisi klinis (indikasi). Ketika terapi obat tidak
efektif untuk pasien, farmasis harus memperkirakan dua hal yang mungkin terjadi
yaitu: apakah produk obat tidak tepat untuk kondisi pasien atau apakah pengaturan
dosis terlalu rendah untuk menghasilkan efek yang diinginkan (Cipolle dkk,
2004).
c. Pengaturan dosis yang aman
Produk obat dan pengaturan dosis dapat menyebabkan reaksi obat yang
tidak diinginkan (adverse drug reaction) dan atau toksisitas pada pasien. Reaksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
yang tidak diinginkan adalah respon yang secara farmakologi tidak diharapkan
muncul dari produk obat atau terjadi efek idiopati pada pasien. Toksisitas terjadi
karena dosis yang diberikan pada pasien terlalu tinggi (Cipolle dkk, 2004).
Jika masalah yang terjadi terkait dengan dosis obat, maka pemecahannya
agar tetap dapat menggunakan produk obat yang sama dengan mengurangi
pengaturan dosis. Pengaturan dosis dapat dikurangi dengan mengurangi dosis
yang diberikan atau mengurangi frekuensi pemberian (tidak terlalu sering).
Keamanan dapat diukur dengan mengevaluasi parameter klinis (tanda dan gejala)
atau hasil uji laboratorium jika terdapat hubungan dengan efek yang tidak
diinginkan pada saat terapi (Cipolle dkk, 2004).
d. Memperhatikan kepatuhan pasien
Dalam pelayanan kefarmasian, ketidapatuhan dipertimbangkan sebagai
masalah hanya pada saat setelah obat diberikan kepada pasien. Pertimbangan
tersebut termasuk tepat indikasi secara klinis, dipastikan efektif untuk mencapai
ujuan terapi, dan aman untuk pasien. Untuk maksud dalam mengerti/ memahami
masalah terapi obat, digunakan istilah ketaatan. Pada aplikasi pelayanan
kefarmasian, ketidakpatuhan diartikan seseorang tidak ingin atau tidak
menggunakan obat dengan benar, efektif, dan aman seperti yang diharapkan
(Cipolle dkk, 2004).
2. Pemilihan dan penggunaan antibiotika yang rasional
Antibiotika merupakan salah satu di antara obat yang sangat sering
digunakan dan merupakan agen yang aman tersedia untuk klinis. Untuk memilih
dan menggunakan antibiotika yang efektif perlu mengetahui etiologi/ penyebab
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
infeksi (Snyder dan Finch, 1990). Menurut Jawetz (2001) pada sebagian besar
infeksi, hubungan antara penyebab infeksi dengan manifestasi klinis tidak selalu
konstan. Oleh karena itu, penting melakukan pengambilan spesimen untuk
mengidentifikasi bakteri atau agen penyebab lainnya. Untuk mengetahui penyebab
infeksi perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) tempat infeksi (contoh:
Urinary Tract Infection/infeksi saluran kencing (UTI), pneumonia), (2) umur
pasien (contoh: neonatus, dewasa, remaja), (3) tempat dimana infeksi diperoleh
(contoh: rumah sakit), (4) faktor mekanis (contoh: kateter urin, tetesan intravena,
pernapasan), (5) kondisi faktor hospes (contoh: imunodefisiensi, kortikosteroid,
transplantasi, kemoterapi kanker).
Jika etiologi infeksi sudah ditemukan, perlu dilakukan modifikasi atau
pemilihan antibiotika yang cocok. Snyder dan Finch (1990) memaparkan bahwa
pemilihan antibiotika perlu memperhatikan rute pemberian, dosis, durasi
pengobatan, harga obat yang diminta, dan kemungkinan terjadinya reaksi yang
tidak diinginkan (adverse drug reaction).
Uji laboratorium sensitivitas antibiotika sering dilakukan dalam
pemilihan antibiotika yang tepat meskipun tidak semua infeksi dilakukan uji
sensitivitas antibiotika (Snyder dan Finch, 1990). Uji laboratorium dilakukan jika:
(1) mikroorganisme yang ditemukan resisten terhadap antibiotika, (2) proses
infeksi dapat berakibat fatal, (3) infeksi membutuhkan antibiotika bakterisidal
yang dapat membunuh bakteri dengan cepat (Jawetz, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
D. Antibiotika Untuk Pengobatan Infeksi Menular Seksual
1. Pengobatan infeksi gonore (GO)
Terapi untuk semua tipe infeksi GO direkomendasikan dengan
sefalosporin dosis tunggal (oral maupun parenteral) dan fluorokuinolon dosis
tunggal. Pengaturan dosis ini efektif untuk terapi infeksi pada uretra, rektum, dan
faring (Knodel, 2001).
Tabel V. Pengobatan infeksi GO (Knodel, 2001)
Tipe Infeksi Gonorrhea
infeksi pada cerviks,
uretra, dan rektum tanpa
komplikasi pada dewasa
infeksi waktu kehamilan
infeksi yang sudah
menyebar pada dewasa
(>45 kg)
infeksi pada cerviks,
uretra, dan rektum tanpa
komplikasi pada anak
infeksi konjungtivitis
pada dewasa
infeksi di mata pada
neonatus
infeksi pada bayi lahir
dari ibunya (profilaksis)
Pengobatan yang
direkomendasikan
Seftriakson 125 mg i.m, dosis
tunggal
Siprofloksasin 500 mg p.o
dosis tunggal
Sefiksim 400 mg p.o, dosis
tunggal
Ofloksasin 400 mg p.o, dosis
tunggal
seftriakson 125 mg i.m, dosis
tunggal
seftriakson 1 g i.m/i.v setiap 24
jam
seftriakson 125 mg, i.m, dosis
tunggal
Seftriakson 1 g i.m, dosis
tunggal
Seftriakson 25-50 mg/kg i.m
atau i.v, sekali pemberian
(tidak melebihi 125 mg)
Seftriakson 25-50 mg/kg i.m
atau i.v, sekali pemberian
(tidak melebihi 125 mg)
Alternatif pengaturan
pengobatan
Spektinomisin 2 g i.m,
dosis tunggal;
Seftizoksim 500 mg i.m,
dosis tunggal;
Sefotaksim 500 mg i.m,
dosis tunggal;
Sefotetan 1 g i.m, dosis
tunggal atau Sefoksitin;
Probenesid 2 g i.m atau 1
G p.o sekali pemberian,
atau lomefloksasin 400
mg p.o; enoksasin 400
mg p.o; atau norfloksasin
800 mg p.o sekali
pemberian
spektinomycin 2 g, i.m,
dosis tunggal
Seftizoksim 1 g atau
sefotaksim 1 g i.v, setiap
8 jam
spektinomisin 40 mg/kg
i.m, dosis tunggal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Seftriakson
dalam
bentuk
sediaan
parenteral
(i.m)
yang
direkomendasikan sebagai first line untuk terapi infeksi GO dengan dosis tunggal
125 mg. Fluorokuinolon tidak terlalu direkomendasikan sebagai first line karena
resistensi mikoorganisme terhadap fluoroquinolon tinggi. Spektinomisin masih
dipilih sebagai alternatif terhadap pasien alergi sefalosporin dan quinolon
(Knodel, 2001). Pengobatan infeksi GO ditunjukkan pada tabel V.
2. pengobatan infeksi klamidia
Berbagai antibiotika termasuk tetrasiklin, makrolida, azitromisin,
beberapa quinolon baik secara in vitro maupun in vivo mempunyai aktivitas
membunuh C. trachomatis. Azitromisin dosis tunggal 1 g dan doksisiklin 100 mg,
dua kali sehari selama 7 hari merupakan terapi pilihan untuk terapi infeksi
klamidia tanpa komplikasi. Kadar azitromisin dalam darah dan waktu paruh yang
panjang membuat dosis tunggal azitromisin 1g efektif untuk terapi klamidia
(Knodel, 2001).
Golongan
kuinolon
seperti
ofloksasin
dan
levofloksasin
direkomendasikan untuk terapi, tetapi tidak nampak memberi keuntungan baik
sebagai fisrt line maupun alternatif pengobatan. Bagi wanita hamil dengan infeksi
klamidia, terapi yang dipilih harus tidak mempunyai risiko komplikasi terhadap
bayi atau sedikit yang diterima oleh janin. Oleh karena tetrasiklin dan kuinolon
dikontraindikasikan
selama
hamil,
eritromisin
dan
amoksisilin
yang
direkomendasikan untuk terapi klamidia (Knodel, 2001). Pengobatan infeksi
klamidia ditunjukkan pada tabel VI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Tabel VI. Pengobatan infeksi klamidia (Knodel, 2001)
Tipe Infeksi klamidia
Pengobatan yang
Alternatif pengaturan
direkomendasikan
pengobatan
infeksi klamidia pada Azitromisin 1 g p.o, sekali Azitromisin 1 g p.o
sekali atau doksisiklin
uretra,
endocerviks, atau doksisiklin 100 mg
atau
pada
rektum p.o, sehari 2 kali selama 7 100 mg p.o sehari 2 kali
selama 7 hari.
tanpa komplikasi pada hari.
dewasa
Eritromisin 500 mg p.o,
Eritromisin 250 mg p.o,
infeksi klamidia
sehari 4 kali selama 7 hari sehari empat kali, atau
urogenital pada
atau amoksisilin 500 mg
eritromisin etil suksinat
kehamilan
p.o, sehari 3 kali selama 7 800 mg sehari 4 kali
hari.
selama 7 hari, atau
azitromisin 1 g p.o, dosis
tunggal.
eritromisin 50 mg/kg/hari
infeksi konjungtivitis
p.o, dalam dosis terbagi
bayi baru lahir atau
empat selama 14 hari
pneumonia yang bayi
3. Pengobatan infeksi sifilis
Penisilin G dalam bentuk sediaan parenteral adalah terapi pilihan untuk
semua tahapan infeksi sifilis. T.pallidum berkembang sangat lambat, sehingga
dosis tunggal penisilin yang mempunyai aksi pendek atau menengah cukup untuk
eradikasi T. pallidum.
Alternatif pengobatan untuk pasien alergi penisilin adalah doksisiklin
100 mg, sehari dua kali atau tetrasiklin 500 mg, empat kali sehari; keduanya
selama 2-4 minggu tergantung durasi infeksi sifilis (Knodel, 2001). Pengobatan
infeksi sifilis ditunjukkan pada tabel VII.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Tabel VII. Pengobatan infeksi sifilis (Knodel, 2001)
Tipe Infeksi siphilis
Pengobatan yang
direkomendasikan
untuk infeksi kurang dari 1
tahun
benzathine penisilin G 2,4 juta
unit, i.m, dosis tunggal
infeksi lebih dari 1 tahun
dan untuk infeksi yang tidak
diketahui durasinya
benzathine penisilin G, i.m, 2,4
juta unit, sekali dalam
seminggu, digunakan selama 3
minggu
larutan penisilin G, i.v, 18-24
juta unit (setiap 4 jam atau
dilanjutkan dengan infus)
selama 10-14 hari.
neurosifilis
infeksi sifilis kongenital
pasien alergi penisilin yang
terinfeksi kurang dari 1
tahun
pasien alergi penisilin yang
terinfeksi lebih dari 1 tahun
dan tidak diketahui
durasinya
larutan penisilin G 50,000
unit/kg i.v, setiap 12 jam
selama 7 hari pertama dan
setiap 8 jam untuk total 10
hari.
doksisiklin 100 mg p.o, sehari
dua kali selama 2 minggu.
doksisiklin 100 mg p.o, sehari
dua kali selama 4 minggu.
Alternatif
pengaturan
pengobatan
prokain penisilin G,
i.m, 2,4 juta unit
setiap hari
dikombinasi dengan
probenesid 500 mg
p.o, empat kali
sehari, selama 10-14
hari
prokain penisilin G
50,000 unit/kg i.m,
setiap hari selama
10 hari
tetrasiklin 500 mg
sehari 4 kali selama
2 minggu
tetrasiklin 500 mg
sehari 4 kali selama
4 minggu
4. pengobatan infeksi herpes
Tujuan
terapi
herpes
genitalis adalah mengurangi gejala dan
memperpendek tahapan klinis, mencegah komplikasi dan kekambuhan, dan
mengurangi penyebaran infeksi. Terapi yang direkomendasikan untuk herpes
genitalis adalah antivirus asiklovir, valasiklovir, famsiklovir. Bentuk per oral
asiklovir, valasilovir, dan famsiklovir efektif untuk mengurangi perkembangan
virus, lamanya gejala, dan waktu untuk menghilangkan virus pada infeksi herpes
episode awal. Jika antivirus diberikan pada awal infeksi maka akan membuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
terapi menjadi maksimal (Knodel, 2001). Pengobatan infeksi herpes ditunjukkan
pada tabel VIII.
Tabel VIII. Pengobatan infeksi herpes (Knodel, 2001)
Tipe Infeksi herpes
Pengobatan yang
Alternatif pengaturan
direkomendasikan
pengobatan
Asiklovir 400 mg p.o,
Asiklovir 5-10 mg/kg i.v
infeksi herpes episode
sehari 3 kali, atau
setiap 8jam selama 2-7
awal
asiklovir 200 mg p.o
hari, diikuti oral terapi
sehari 5 kali, atau
minimal 10 hari.
famcyclovir 250 mg p.o
sehari 3 kali, atau
valasiklovir 1 g p.o sehari
2 kali selama 7-10 hari
asiklovir 400 mg, p.o,
asiklovir 5-10 mg/kg,
infeksi herpes proctitis
5x1, selama 7-10 hari
setiap 8 jam selama 2-7
atau infeksi oral
hari diikuti terapi oral
(stomatitis atau
mininal 10 hari
faringitis)
Asiklovir 400 mg p.o
infeksi herpes yang
sehari 3 kali selama 5
berkelanjutan untuk
hari; asiklovir 800 mg p.o
terapi episodik
sehari 2 kali selama 5
hari; famsiklovir 125 mg
p.o sehari 2 kali selama 5
hari; valasiklovir 500 mg
p.o sehari 2 kali selama 35 hari; valasiklovir 1 g p.o
sehari sekali selama 5 hari
infeksi herpes dengan famsiklovir 250 mg p.o
sehari 2 kali setiap hari;
terapi supresif
valasiklovir 500 mg atau 1
g p.o sehari sekali setiap
hari
5. Infeksi trikomoniasis
Standar terapi untuk infeksi trikomoniasis adalah dosis tunggal
metronidazole 2 g secara per oral; dosis ini sebanding dengan metronidazole 500
mg, dua kali sehari, selama 7 hari. Keuntungan penggunaan dosis tunggal
dibanding dosis berganda adalah meningkatkan ketaatan dan kenyamanan, harga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
lebih murah, bakteri flora normal dan saluran pencernaan sedikit terpejani oleh
obat (Knodel, 2001).
Beberapa pasien intolerasi terhadap dosis tunggal metronidazole 2 g
karena reaksi samping (adverse reaction) biasanya toleransi atau dapat menerima
pengaturan metronidazole dengan dosis berganda. Untuk memaksimalkan laju
pengobatan dan mencegah kekambuhan, terapi dosis tunggal metronidazole 2 g
dilakukan bersamaan dengan terapi pasangan seksual juga (Knodel, 2001).
Pengobatan infeksi trikomoniasis ditunjukkan pada tabel IX.
Tabel IX. Pengobatan infeksi trikomoniasis (Knodel, 2001)
Tipe Infeksi
Pengobatan yang
Alternatif pengaturan
Trikomoniasis
direkomendasikan
pengobatan
infeksi asimptomatik
dan simptomatik
metronidazole 2 g p.o
dengan dosis tunggal
infeksi pada kehamilan
metronidazole 2 g p.o
dengan dosis tunggal
metronidazole 10-30
mg/kg setiap hari selama
5-8 hari
infeksi pada bayi lahir
metronidazole 500 mg
p.o sehari 2 kali selama 7
hari
E. Drug Therapy Problems
1. Definisi
Drug Therapy Problems (DTP) adalah peristiwa tidak diinginkan yang
dialami oleh pasien, atau kemungkinan dialami pasien, saat terapi obat, dan semua
yang dapat mempengaruhi tujuan terapi. Drug Therapy Problems merupakan
masalah klinis dan harus diidentifikasi dan diselesaikan dengan cara yang sama
untuk masalah klinis yang lain. Drug Therapy Problems selalu terkait dengan
pasien, obat, dan masalah klinis yang terkait (Cipolle dkk, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
2. Kategori
Telah diketahui terdapat tujuh kategori DTP yaitu: unnecessary drug
(tidak membutuhkan obat), need additional drug therapy (membutuhkan
tambahan terapi obat), ineffective drug (obat tidak efektif), dosage too low (dosis
terlalu rendah), adverse drug reaction (reaksi obat yang tidak diinginkan), dosage
too high (dosis terlalu tinggi), dan noncompliance (ketidaktaatan). Dua kategori
pertama terkait dengan indikasi. Kategori ketiga dan keempat terkait dengan
efektivitas. Kategori lima dan enam terkait dengan keamanan. Kategori tujuh
terkait dengan ketaatan dan kenyamanan pasien (Cipolle dkk, 2004).
a. Unnecessary drug (tidak membutuhkan obat)
Terapi obat tidak dibutuhkan karena pasien tidak mempunyai indikasi
klinis pada saat diberikan obat. Penyebab DTP tidak membutuhkan terapi obat
antara lain (Cipolle dkk, 2004):
1) tidak terdapat indikasi medis yang benar untuk terapi dengan obat pada saat
itu;
2) digunakan beberapa jenis obat pada pada saat dibutuhkan terapi dengan satu
jenis obat;
3) kondisi medis lebih tepat diterapi tanpa obat;
4) terapi obat diberikan untuk mengatasi reaksi yang tidak diinginkan berkaitan
dengan indikasi dari obat lain;
5) penyalahgunaan obat, alkohol, atau rokok yang menyebabkan masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b. Need additional drug therapy (membutuhkan tambahan terapi obat)
Tambahan terapi obat digunakan untuk mengobati atau mencegah
berkembangnya kondisi medis dan sakit. Beberapa penyebab DTP dimana pasien
membutuhkan tambahan obat (Cipolle dkk, 2004) antara lain:
1) kondisi medis membutuhkan obat untuk inisiasi terapi;
2) mengurangi risiko berkembangnya kondisi medis yang baru dari terapi obat
yang ada;
3) kondisi medis mengharapkan tambahan farmakoterapi untuk mencapai efek
sinergis atau menambah efek.
c. Ineffective drug (obat tidak efektif)
Obat dikatakan tidak efektif jika obat tidak mampu untuk menghasilkan
respon yang diharapkan. Penyebab DTP obat tidak efektif antara lain (Cipolle
dkk, 2004):
1) produk obat sangat tidak efektif untuk indikasi terapi;
2) kondisi medis sulit disembuhkan dengan obat;
3) bentuk sediaan obat tidak sesuai yang diharapkan;
4) obat tidak efektif untuk masalah medis;
d. Dosage too low (dosis terlalu rendah)
Dosis terlalu rendah akan membuat respon yang diinginkan rendah pula.
Penyebab DTP dosis terlalu rendah terhadap pasien dengan pengaturan dosis tidak
cukup untuk menghasilkan efek yang diinginkan antara lain (Cipolle dkk, 2004):
1) dosis terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang diinginkan;
2) interval pemberian terlalu jarang;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3) interaksi obat yang mengurangi ketersediaan jumlah obat yang aktif;
4) durasi terapi terlalu cepat.
e. Adverse drug reaction (reaksi obat yang tidak diinginkan)
Obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan. Beberapa penyebab
DTP ini terhadap pasien yang menggunakan obat menjadi tidak aman antara lain:
1) produk obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak
berhubungan dengan dosis;
2) suatu produk obat yang aman diperlukan terutama karena faktor-faktor
risikonya;
3) interaksi obat yang menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak
berhubungan dengan dosis;
4) pengaturan dosis yang digunakan terlalu cepat diubah;
5) produk obat menyebabkan alergi;
6) produk obat yang dikontraindikasikan terutama karena faktor-faktor
resikonya.
f. Dosage too high (dosis terlalu tinggi)
Dosis terlalu tinggi dapat menghasilkan efek yang tidak diinginkan.
Beberapa penyebab DTP dosis terlalu tinggi pada pasien dan oleh karena itu
menghasilkan resiko/bahaya yang diterima antara lain (Cipolle dkk, 2004):
1) dosis terlalu tinggi;
2) frekuensi pemberian terlalu pendek;
3) durasi terapi terlalu panjang;
4) interaksi obat menghasilkan reaksi toksik terhadap obat;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
5) dosis obat digunakan terlalu cepat.
g. Noncompliance (ketidakpatuhan)
Pasien tidak dapat atau tidak ingin menggunakan obat untuk terapi.
Penyebab pasien tidak patuh terhadap aturan pakai antara lain (Cipolle dkk,
2004):
1) pasien tidak mengerti aturan pakai yang benar;
2) pasien memilih untuk tidak menggunakan obat;
3) pasien lupa menggunakan obat;
4) produk obat terlalu mahal (tidak terjangkau) untuk pasien;
5) pasien tidak dapat menelan atau menggunakan sendiri obat dengan benar;
6) produk obat tidak tersedia untuk pasien.
F. Keterangan Empiris
Penelitian ini ingin menggali informasi mengenai pola pemilihan dan
penggunaan antibiotika, serta mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika
untuk IMS di kalanagan PSK Pasar Kembang Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan
rancangan survei epidemiologi deskriptif. Survei epidemiologi adalah survei
terhadap fenomena kesehatan dalam masyarakat yang dilakukan tanpa adanya
perlakuan (manusia). Survei epidemiologi deskriptif adalah penelitian yang tujuan
utamanya melakukan eksplorasi-deskriptif terhadap fenomena kesehatan di
masyarakat baik yang berupa faktor resiko atau efek. Penelitian ini menyuguhkan
deskriptif fenomena yang terjadi dan tidak menganalisis bagaimana dan mengapa
fenomena tersebut terjadi (Pratiknya, 2001).
B. Definisi Operasional
1. Pekerja seks komersial (PSK) adalah istilah dari masyarakat yang
menunjukkan pekerjaan seseorang yang
memberikan jasa pelayanan seks
dengan kompensasi uang atau barang sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.
2. Responden adalah PSK yang menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti. Serta PSK yang mengisi
kuisioner di Pasar Kembang
Yogyakarta.
3. Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual (anal, oral, dan vagina).
4. Pengetahuan tentang IMS adalah pengetahuan tentang apa saja jenis infeksi
yang ditularkan melalui hubungan seksual termasuk gejala-gejala yang terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
5. Antibiotika adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri
maupun jamur.
6. Menggunakan obat antibiotika yang rasional adalah sesuai dengan indikasi,
patuh terhadap aturan pakai, dan aman.
7. Pengetahuan dan pemahaman aturan pakai yang benar adalah mengerti
frekuensi dan durasi penggunaan antibiotika yang benar.
8. Resistensi antibiotika adalah jika antibiotika yang digunakan tidak
menghasilkan efek seperti yang diinginkan.
9. Profil antibiotika adalah jenis antibiotik yang diresepkan dan digunakan oleh
PSK di Pasar Kembang Yogyakarta.
10. Melihat perbandingan profil antibiotika adalah melihat apakah terdapat
kemiripan pola pemilihan dan penggunaan antibiotika untuk terapi IMS dari
tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 yang digunakan oleh PSK di Pasar
Kembang Yogyakarta.
11. Drug Therapy Problems adalah masalah klinis yang tidak dikendaki yang
timbul karena ketidaksesuaian penggunaan obat dalam terapi pengobatan.
C. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Pekerja Seks Komersial wanita di
lokasi Pasar Kembang Yogyakarta. Dari data yang diperoleh di Griya Lentera,
Pekerja Seks Komersial yang tinggal menetap sebanyak 101 orang. Dari populasi
diambil 51 subjek uji untuk mengisi kuesioner dan 10 subjek uji untuk
diwawancarai.
Jumlah subjek ditentukan sesuai rumus berikut (Notoatmodjo, 2002):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
N
1+ N d2
n = besar sampel yang diambil
N = besar populasi
d = tingkat signifikan si (10%)
n=
( )
maka banyaknya sampel yang diambil adalah:
101
1 + 101 0,12
101
=
1 + 1,01
= 50,248 ≈ 51
n=
( )
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode kuisioner serta didukung dari
wawancara dengan dokter. Metode yang digunakan untuk penelitian adalah
metode kuisioner yang nantinya kuisioner diisi oleh PSK Pasar Kembang
Yogyakarta dan didukung dari wawancara dengan dokter yang memberikan
pelayanan di Klinik Griya Lentera mengenai pola peresepan antibiotika untuk
pengobatan IMS pada PSK Pasar Kembang Yogyakarta. Data yang digunakan
adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data dari wawancara
dengan dokter. Data sekunder merupakan data kuisioner yang diisi oleh PSK di
Pasar Kembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
E. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan lembar kuisioner
Lembar kuisioner dibuat dengan berdasar tema penelitian dan berisi
mengenai pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pola pemilihan dan
penggunaan antibiotika pada PSK di lokasi Pasar Kembang Yogyakarta.
2. Penyebaran lembar kuisioner
Lembar kuisioner disebarkan dengan bantuan rekan tim penelitian dan
rekan dari LSM Griya Lentera Yogyakarta. Lembar kusioner selanjutkan diisi
oleh para PSK di Pasar Kembang Yogyakarta.
3. Wawancara dengan dokter
Wawancara dengan dokter dilakukan sebelum dokter praktek pelayanan
dan dilakukan tanya-jawab mengenai pola peresepan antibiotik untuk pengobatan
IMS, kasus IMS terbanyak yang muncul, dan kerasionalan terapi antibiotik, juga
masalah-masalah yang terkait dengan hal di atas.
4. Pengolahan data
Data yang diperoleh diolah dengan cara kategorisasi data sejenis, yaitu
dengan menyusun data dan menggolongkannya dalam kategori-kategori dan
dengan dibandingkan dengan standar dari pustaka sehingga diperoleh hasil yang
dapat diintrepetasikan menjadi jawaban bagi perumusan masalah.
F. Analisis Data Penelitian
Data yang diperoleh digunakan statistik deskriptif. Prosedur statistik
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan prosentase berdasarkan
atas variabel yang ingin diketahui.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Pengetahuan PSK Tentang IMS dan Antibiotika
1. Pengetahuan tentang IMS
Pengetahuan yang tepat akan mendukung terjadinya diagnosis dan
pengobatan yang tepat. Sama halnya dengan pengobatan IMS, perlu diketahui
jenis IMS termasuk gejala IMS yang ada sehingga diagnosis dan pengobatan IMS
menjadi tepat. Pekerja Seks Komersial dikatakan mengetahui IMS jika PSK
mengetahui jenis dan gajala IMS.
Dari hasil kuisioner yang ditunjukkan pada tabel X, sebanyak 84,3%
mengetahui IMS dan 15,7% menyatakan tidak mengetahui IMS. Sebanyak 84,3%
PSK mengetahui IMS baik dari jenis maupun gejala IMS. Dengan banyaknya
PSK yang mengetahui IMS, dimungkinkan penggunaan antibiotika di kalangan
PSK dapat menjadi rasional karena jika PSK mengetahui/merasakan gejala IMS
yang terjadi pada dirinya seharusnya segera memeriksakan ke dokter agar
mendapatkan antibiotika yang sesuai dengan infeksinya.
Dari hasil wawancara dengan 10 responden PSK, sebanyak 7 responden
PSK mengetahui IMS. Responden mengetahui IMS baik dari gejala maupun
jenisnya. Gejala IMS yang diketahui PSK biasanya dapat juga dari pengalaman
pribadi (responden 7), antara lain: terasa nyeri dan panas saat kencing, keputihan
berwarana hijau dan berbau, serta merasa sakit sewaktu atau setelah berhubungan
seksual. Infeksi Menular Seksual yang diketahui antara lain: sifilis, AIDS, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
gonore (GO). Pengetahuan IMS para PSK didapatkan antara lain dari penyuluhan,
relawan Griya Lentera (GL), dan dokter di klinik GL yang memeriksa PSK.
Tabel IX. Pengetahuan PSK tentang IMS di Pasar Kembang tentang IMS tahun
2006
Pengetahuan tentang IMS
Jumlah
Prosentase (%)
Tahu
43 orang
84,3
Tidak
8 orang
15,7
Dari profil umur ditunjukkan pada gambar 1, PSK dengan kisaran umur
21-30 tahun mempunyai prosentase pengetahuan IMS paling banyak yaitu sebesar
39,22 %. Pada umur 21-30 tahun, PSK masih sangat mudah dan aktif dalam
menerima informasi mengenai IMS. Selain itu, pada umur 21-30 tahun
kebanyakan masih baru bekerja sebagai PSK sehingga mereka akan lebih
merasakan/merespon gejala IMS. Gejala IMS akan mengganggu aktivitasnya atau
pekerjaannya sehingga PSK segera memeriksakan ke dokter dan mencari
informasi mengenai IMS. PSK berumur 15-20 tahun mempunyai prosentase
pengetahuan IMS paling kecil yaitu 3,92%. Hal ini dapat disebabkan pada umur
15-20 tahun masih awal bekerja sebagai PSK sehingga belum banyak mendapat
informasi tentang IMS.
Dari profil lama kerja, PSK dengan lama kerja lima tahun mempunyai
prosentase pengetahuan IMS paling tinggi yaitu 25,49% seperti yang ditunjukkan
pada gambar 2. Jika dilihat dari lama kerja, PSK dengan lama kerja lima tahun
dimungkinkan mendapat informasi IMS paling banyak sehingga banyak mendapat
informasi IMS baik sewaktu periksa ke dokter, dari relawan GL, atau dari
penyuluhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Dari profil tingkat pendidikan pada gambar 3, PSK dengan tingkat
pendidikan SD mempunyai prosentase pengetahuan IMS paling tinggi yaitu
33,33% seperti ditunjukkan pada tabel 13. Meskipun demikian, PSK dengan
tingkat pendidikan SMP dan SMA juga mempunyai pengetahuan IMS menjadi
cukup tinggi. Dapat dikatakan bahwa pengetahuan PSK tentang IMS mudah
diperoleh dan diterima di berbagai tingkatan pendidikan.
45
39,22
40
Prosentase (%)
35
27,45
30
25
Tahu (%)
20
Tidak tahu (%)
15
9,8
7,84
10
3,92
5
5,88
5,88
0
15-20
21-30
31-40
41-50
umur PSK (tahun)
Gambar 1. Pengetahuan IMS berdasarkan profil umur PSK di Pasar Kembang
tentang IMS tahun 2006
30
25,49
Prosentase (%)
25
20
21,57
17,65
Tahu (%)
15
11,76
Tidak tahu (%)
10
7,83
5,88
3,92
5
1,96
1,96
1,96
0
1
2
3
4
5
lama kerja (Tahun)
Gambar 2. Pengetahuan IMS berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar
Kembang tentang IMS tahun 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
35
33,33
30
Prosentase (%)
25,49
23,53
25
20
Tahu (%)
15
Tidak tahu (%)
10
5,88
5,88
5,88
5
0
SD
SMP
SMA
tingkat pendidikan
Gambar 3. Pengetahuan IMS berdasarkan profil tingkat pendidikan PSK di
Pasar Kembang tentang IMS tahun 2006
Meskipun sebanyak 84,3% memiliki pengetahuan IMS seperti yang
ditunjukkan pada tabel X namun tidak semua mengetahui apakah dirinya pernah
mengalami IMS atau belum baik dilihat dari gejala IMS maupun nama infeksinya.
Dari hasil kuisioner pada tabel XI, sebanyak 25,5% mengetahui bahwa dirinya
pernah mengalami IMS dan sebanyak 74,5% tidak merasa pernah mengalami
IMS. Diduga sebanyak 74,5% menyatakan tidak merasa pernah mengalami IMS
karena gejala IMS kadang bersifat asimptomatik atau menganggap gejala IMS
bukan sebagai penyakit namun sebatas gangguan yang terjadi secara normal.
Tabel XI. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS tahun 2006
Pernah mengalami IMS
Jumlah
Prosentase (%)
Pernah
13 orang
24,5
Tidak pernah
38 orang
74,5
Dari hasil wawancara, PSK yang mengetahui dirinya terkena IMS lebih
banyak yaitu 7 responden dari 10 responden. Para PSK mengetahui pernah
mengalami IMS dari gejala IMS yang dialami dan mengetahui IMS dari jenisjenisnya. Responden 7 menyatakan mengetahui IMS dari gejalanya seperti
keputihan bau, terasa panas saat berkemih, dan sakit saat berhubungan seksual.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Responden 5 pernah mengalami IMS namun lupa nama infeksinya. Dari hasil
wawancara, terdapat responden yang tidak merasa pernah mengalami IMS namun
sebenarnya pernah mengalami gejala IMS. Responden 1 menyatakan belum
pernah mengalami IMS namun dia pernah mengalami gejala IMS seperti terasa
perih saat berkemih.
Jika dilihat dari pekerjaan sebagai PSK sangat mungkin PSK mengalami
IMS. Ketidaktahuan pernah tidaknya PSK mengalami IMS dapat menjadi faktor
risiko IMS sulit untuk dikendalikan. Sebaiknya PSK diberi informasi lengkap
tentang IMS termasuk cara pencegahan IMS seperti menggunakan kondom setiap
berhubungan seksual. Selain itu, setiap PSK diperiksa secara rutin agar saat
didiagnosis IMS segera mendapat terapi pengobatan yang tepat.
Jika ditinjau dari profil umur pada gambar 4, para PSK dengan umur 2130 tahun paling banyak mengatakan tidak pernah mengalami IMS. Diduga PSK
dengan umur 21-30 tahun tidak pernah mengalami IMS karena mereka belum
lama bekerja sebagai PSK, mempunyai informasi yang cukup tentang IMS
termasuk cara pencegahan IMS, dan taat menggunakan kondom saat berhubungan
seksual.
Para PSK dengan lama kerja 1 tahun dan PSK dengan tingkat pendidikan
SMA menyatakan tidak pernah mengalami IMS. Para PSK dengan tingkat
pendidikan SMA banyak bekerja selama 1 tahun dan kemungkinan masih sangat
taat menggunakan kondom saat berhubungan seksual sehingga mereka jarang
mengalami gejala IMS. Para PSK dengan lama kerja 5 tahun juga banyak yang
menyatakan tidak pernah mengalami IMS. Diduga PSK dengan lama kerja 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
tahun pernah mengalami IMS namun hanya dirasakan sebagai gangguan biasa dan
tidak diperiksakan ke dokter sehingga tidak mengetahui apakah dirinya terkena
IMS. Profil lama kerja dan tingkat pendidikan ditunjukkan pada gambar 5 dan
gambar 6.
35
33,3
Prosentase (%)
30
25
21,57
20
pernah (%)
Tidak pernah (%)
15
11,76
11,76
11,76
10
7,84
5
1,96
0
15-20
21-30
31-40
41-50
umur (tahun)
Gambar 4. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari
umur pada tahun 2006
25
21,57
21,57
Prosentase (%)
20
13,73
15
pernah (%)
11,7611,76
Tidak pernah (%)
10
7,84 7,83
5
1,96
1,96
0
1
2
3
4
5
lama kerja (tahun)
Gambar 5. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari
lama kerja pada tahun 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
30
27,45
25,49
25
Prosentase (%)
21,57
20
17,65
pernah (%)
15
Tidak pernah (%)
10
5,88
5
1,96
0
SD
SMP
SMA
tingkat pendidikan
Gambar 6. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari
tingkat pendidikan pada tahun 2006
2. Pengetahuan tentang antibiotika
Para PSK dikatakan mengetahui antibiotika jika mengetahui jenis dan
fungsi antibiotika. Antibiotika banyak digunakan oleh PSK di Pasar Kembang
dengan tujuan untuk mencegah dan mengobati penyakit. Bahkan penggunaan
antibiotika terkadang hanya untuk berjaga-jaga dan digunakan untuk mengobati
penyakit selain infeksi.
Dari hasil kuisioner, yang ditunjukkan pada tabel XII PSK yang
mengetahui antibiotika sebanyak 90,2% dan sebanyak 7,8% tidak mengetahui
antibiotika. Sebanyak 90,2% mengetahui antibiotika dari teman PSK, relawan
klinik Griya Lentera (GL), atau dari dokter. Banyaknya PSK yang mengetahui
antibiotika juga terkait pengalaman pernah menggunakan antibiotika karena
sebagian besar PSK menggunakan antibiotika saat badan terasa sakit.
Tabel XII. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang antibiotika tahun 2006
Pengetahuan tentang
Jumlah
Prosentase (%)
antibiotika
Tahu
47 orang
90,2
Tidak
4 orang
7,8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Pada hasil wawancara, sebagian besar responden mengetahui antibiotika
dari nama antibiotika yang sering digunakan. Responden 1 menyatakan
mengetahui antibiotika untuk mencegah penyakit dan antibiotika yang diketahui
sebatas yang digunakan respoden 1 yaitu amoksisilin atau ampisilin. Kebanyakan
PSK menggunakan antibotika karena keinginan sendiri saat merasa badan tidak
nyaman, dianjurkan oleh teman dengan alasan agar tidak terserang penyakit. Dari
hasil wawancara terdapat PSK yang tidak mengetahui antibiotika namun
sebenarnya menggunakan antibiotika seperti responden 5. Responden 5
menyatakan tidak mengetahui tentang antibiotika namun menggunakan antibiotika
rifampisin (merk dagang Remactan) atas keinginan diri sendiri. Jadi respoden 5
tidak mengetahui bahwa Remactan adalah antibiotika namun hanya mengetahui
merk dagang antibiotika.
Pengetahuan antibiotika yang salah atau kurang dapat menyebabkan
penggunaan menjadi tidak rasional. Seperti yang dilakukan para PSK dengan
menggunakan antibiotika hanya saat terasa gejala infeksi muncul dapat
diakibatkan pengetahuan PSK tentang antibiotika kurang. Sebaiknya pemberian
informasi mengenai antibiotika harus lengkap dan rutin sehingga pengetahuan
tentang antibiotika pada PSK meningkat. Dengan meningkatnya pengetahuan
tentang antibiotika diharapkan penggunaan antibiotika menjadi rasional.
Dari profil umur yang ditunjukkan pada gambar 7, PSK dengan kisaran
umur 21-30 tahun paling banyak mengetahui antibiotika dengan prosentase
43,14%. Prosentase ini sejalan dengan prosentase PSK dengan kisaran umur 2130 tahun yang mempunyai prosentase pengetahuan tentang IMS paling tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
yaitu 39,22% seperti ditunjukkan pada gambar 1. Pekerja seks komersial yang
berumur 21-30 tahun masih produktif bekerja sehingga dengan banyak
mengetahui IMS dan antibiotika mereka dapat mengerti cara pencegahan IMS
atau penanganan IMS, Dengan demikian, PSK tidak terganggu pekerjaannya.
50
43,14
45
Prosentase (%)
40
35
27,45
30
Tahu (%)
25
Tidak tahu (%)
20
15
11,76
9,8
10
5,88
1,96
5
0
15-20
21-30
31-40
41-50
umur (tahun)
Gambar 7. Pengetahuan tentang antibiotika berdasarkan profil umur PSK di
Pasar Kembang tahun 2006
Dari profil lama kerja ditunjukkan pada gambar 8, PSK dengan lama
kerja tiga dan lima tahun mempunyai prosentase pengetahuan antibiotika yang
cukup tinggi dapat dikarenakan pengalaman IMS. Dari gambar 8 sebagian besar
PSK memiliki pengetahuan tentang antibiotika. Para PSK mendapat informasi
tentang antibiotika dari teman sesama PSK, penyuluhan, relawan GL, atau apotek.
Dari profil tingkat pendidikan ditunjukkan pada gambar 9, PSK dengan
tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA sudah mempunyai pengetahuan
antibiotika yang cukup tinggi. Pengetahuan antibiotika yag cukup tinggi ini dapat
dikarenakan PSK mendapat informasi dari relawan GL, dokter, atau penyuluhan.
Dengan tingginya pengetahuan antibiotika, diharapkan PSK dapat menggunakan
antibiotika dengan tepat atau sesuai dengan penyakitnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
30
25,49
23,53
Prosentase (%)
25
20
17,65
Tahu (%)
13,73
15
Tidak tahu (%)
9,8
10
5,88
3,92
5
0
1
2
3
4
5
lama kerja (tahun)
Gambar 8. Pengetahuan tentang antibiotika berdasarkan profil lama kerja
PSK di Pasar Kembang tahun 2006
35
33,33
31,37
30
Prosentase (%)
25,49
25
20
Tahu (%)
15
Tidak tahu (%)
10
5,88
3,92
5
0
SD
SMP
SMA
pendidikan
Gambar 9. Pengetahuan tentang antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan
PSK di Pasar Kembang tahun 2006
3. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika
Antibiotika dapat memberikan efek yang diharapkan jika digunakan
sesuai aturan pakai. Pengetahuan atau pemahaman aturan pakai yang benar adalah
mengetahui bagaimana aturan pakai yang benar termasuk sesuai dengan frekuensi
dan durasi pemakaian antibiotika. Jika frekuensi pemakaian antibiotika terlalu
sering maka kadar dalam darah akan meningkat melebihi Konsentrasi Bakterisidal
Minimal (KBM/MBC) dan dapat menjadi toksik bagi tubuh. Sebaliknya jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
frekuensi pemberian terlalu jarang akan membuat antibiotika yang bersifat timedepending menjadi tidak efektif. Antibiotika yang bersifat time-depending dapat
berefek tergantung lamanya dalam darah sehingga jika kadar antibiotika dalam
darah tidak dipertahankan dalam waktu tertentu, antibiotika tidak mampu
mengeradikasi agen penginfeksi. Durasi penggunaan antibiotika terlalu lama
dalam tubuh akan terpejani antibiotika secara terus-menerus dapat menyebabkan
flora normal dalam tubuh akan ikut tereradikasi. Durasi pemakaian yang terlalu
pendek (tidak sesuai dengan durasi yang seharusnya) akan menyebabkan bakteri
penginfeksi tidak tereradikasi semua membuat pengobatan menjadi tidak efektif.
Dari hasil kuisioner yang ditunjukkan pada tabel XIII sebanyak 58,8%
memahami aturan pakai antibiotiks yang benar dan sebanyak 41,2% tidak
memahami aturan pakai antibiotika dengan benar. Prosentase PSK yang
memahami aturan pakai antibiotika tidak sebanyak prosentase PSK yang memiliki
pengetahuan tentang antibiotika. Dapat dimungkinkan bahwa PSK menggunakan
antibiotika tanpa mengetahui/memahami aturan pakai yang benar sehingga
antibiotika yang digunakan tidak sesuai dengan aturan pakai. Dari tabel XII juga
diperlihatkan bahwa sebanyak 41,2% tidak memahami aturan pakai antibiotika
dengan benar dapat disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai aturan pakai
antibiotika. Kurangnya informasi aturan pakai dapat disebabkan tidak semua PSK
membeli antibiotika di apotek atau di klinik (tanpa resep dokter). Untuk mengatasi
kurangnya pemahaman tentang aturan pakai antibiotika sebaiknya PSK diminta
untuk membeli antibiotika di apotek dan atau di klinik dokter. Peran farmasis
dibutuhkan untuk memberi informasi aturan pakai yang benar seperti saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
antibiotika diserahkan diberikan informasi frekuensi dan durasi pemakaian
antibiotika.
Tabel XIII. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang aturan pakai antibiotika
tahun 2006
Pengetahuan tentang
aturan pakai
Paham
Tidak paham
Jumlah
Prosentase (%)
30 orang
21 orang
58,8
41,2
Kurangnya pemahaman aturan pakai antibiotika yang benar didukung
pula dari hasil wawancara dengan PSK. Sebanyak empat responden menggunakan
antibiotika tanpa mengetahui aturan pakai yang benar. Responden 10 menyatakan
tidak mengetahui adanya aturan pakai antibiotka dan digunakan sesuai kehendak
sendiri. Akan tetapi, terdapat PSK yang mengetahui aturan pakai antibiotika yang
benar seperti pada responden 3. responden 3 menyatakan mengetahui aturan pakai
antibiotika ampisilin (merk dagang Binotal) dari apotek dan digunakan sesuai
aturan pakai yang diberikan.
Prosentase PSK yang memiliki pengetahuan aturan pakai antibiotika
yang paling tinggi ditunjukkan pada gambar 10, 11, dan 12. PSK dengan kisaran
umur 21-30 tahun (29,41%) lama kerja lima tahun (17,65%); tingkat pendidikan
SD (25,49%). Pada umur 21-30 tahun saat diberikan informasi mengenai aturan
pakai akan mudah menerima informasi tersebut. Jika dilihat dari profil umur
(gambar 7), lama kerja (gambar 8), dan tingkat pendidikan (gambar 9), prosentase
PSK yang mengetahui aturan pakai antibiotika paling tinggi pada umur 21-30
tahun, lama kerja 5 tahun, dan tingkat pendidikan SD. Begitu pula pada profil
pengetahuan aturan pakai yang pada umur 21-30 tahun, lama kerja 5 tahun, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tingkat pendidikan SD mempunyai prosentase pengetahuan aturan pakai
antibiotika paling tinggi. Dapat dikatakan, dengan meningkatnya pengetahuan
PSK tentang antibiotika maka akan meningkat pula pengetahuan PSK tentang
aturan pakai antibiotika.
Prosentase PSK yang mengetahui antibiotika dilihat dari profil umur, lama kerja,
dan tingkat pendidikan sesuai dengan prosentase PSK yang mengetahui
antibiotika. Dengan demikian, PSK yang mengetahui antibiotika juga mengetahui
aturan pakai antibiotika yang benar.
35
29,41
Prosentase (%)
30
25
19,61
20
Tahu (%)
15,69
13,73
15
10
5,88 5,88
Tidak tahu (%)
5,88
3,92
5
0
15-20
21-30
31-40
41-50
umur (tahun)
Gambar 10. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika berdasarkan
profil umur PSK di Pasar Kembang tahun 2006
20
17,65
18
Prosentase (%)
16
14
12
13,73
13,73
9,8
10
8
Tahu (%)
9,8
7,83
7,83
Tidak tahu (%)
5,88
6
4
1,96
2
1,76
0
1
2
3
4
5
lama kerja (tahun)
Gambar 11. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika berdasarkan
profil lama kerja PSK di Pasar Kembang tahun 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
30
25,49
prosentase (%)
25
20
15,69
15
15,69
13,73
11,76
10
Tahu (%)
Tidak tahu (%)
7,65
5
0
SD
SMP
SMA
pendidikan
Gambar 12. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika berdasarkan
profil tingkat pendidikan PSK di Pasar Kembang tahun 2006
Pengetahuan yang benar baik mengenai antibiotika maupun aturan pakai
antibiotika dapat meningkatkan kepatuhan terhadap aturan pakai. Kepatuhan
terhadap aturan pakai didefinisikan penggunaan antibiotika sesuai dengan
frekuensi dan durasi yang benar. Ketidakpatuhan terhadap aturan pakai yang
dilakukan oleh PSK antara lain: menggunakan antibiotika terus menerus (durasi
terlalu lama), dihentikan sebelum waktunya, frekuensi penggunaan terlalu sering
atau terlalu jarang.
4. Efek samping antibiotika
Efek samping adalah efek tidak dikehendaki yang muncul pada dosis
terapi. Efek samping yang terjadi tidak selalu sama pada masing-masing orang
meskipun obat yang digunakan sama baik dosis dan aturan pakai.
Dari hasil kusioner yang ditunjukkan pada tabel XIV, sebanyak 33,3%
pernah mengalami efek samping dan sebanyak 66,7% tidak pernah mengalami
efek samping obat. Dapat dilihat pada tabel XIV, PSK jarang mengalami efek
samping sehingga dapat dikatakan efek samping jarang muncul saat antibiotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
digunakan. Jarangnya efek samping yang muncul memungkinkan PSK jarang
untuk melakukan ganti obat sehingga prosentase PSK yang tidak melakukan ganti
obat tinggi seperti ditunjukkkan pada tabel XIV.
Tabel XIV. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang merasakan efek
samping antibiotika tahun 2006
Pernah merasakan efek
Jumlah
Prosentase (%)
samping
Pernah
17 orang
33,3
Tidak pernah
34 orang
66,7
Dari hasil wawancara, hanya responden 4 yang menyatakan pernah
mengalami efek samping. Efek samping yang dialami responden 4 pada saat
menggunakan antibiotika amoksisilin secara per oral terasa mual lalu responden 4
menggunakan antibiotika injeksi dengan rutin saat periksa ke dokter. Jika dilihat
pada responden lain seperti pada responden 8 yang juga menggunakan antibiotika
amoksisilin secara per oral per oral tidak mengalami efek samping. Dari hasil
wawancara menunjukkan efek samping tidak selalu terjadi pada setiap orang yang
terapi dengan antibiotika yang sama. Efek samping amoksisilin antara lain: mual,
diare, ruam, kadang terjadi kolitis.
Jika dilihat dari profil umur, lama kerja, dan tingkat pendidikan sebagian
besar PSK tidak pernah mengalami efek samping. Meskipun demikian, tidak
dapat dihubungkan antara profil umur, lama kerja, dan tingkat pendidikan PSK
dengan pengalaman pernah tidaknya PSK mengalami efek samping. Hal ini
disebabkan karena efek samping tidak selalu muncul pada semua orang yang
menggunakan antibiotika yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
35
29,4
Prosentase (%)
30
23,53
25
20
pernah (%)
15,69
Tidak pernah (%)
15
9,8
10
5
7,83
7,83
3,92
1,96
0
15-20
21-30
31-40
41-50
umur (tahun)
Gambar 13. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping
antibiotika ditinjau dari umur pada tahun 2006
25
19,6
Prosentase (%)
20
15,69
15
11,7611,76
11,76
pernah (%)
Tidak pernah (%)
9,8
10
5,88
5 3,92
3,92
3,92
0
1
2
3
4
5
lama kerja (tahun)
Gambar 14. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping
antibiotika ditinjau dari lama kerja pada tahun 2006
30
25,49
23,53
prosentase (%)
25
19,6
20
15,69
pernah (%)
15
Tidak pernah (%)
9,8
10
5,88
5
0
SD
SMP
SMA
pendidikan
Gambar 15. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami efek samping
antibiotika ditinjau dari tingkat pendidikan pada tahun 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
5. Resistensi antibiotika
Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dengan aturan pakai seperti
tidak dihabiskan pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan bakteri menjadi
resisten. Para PSK dikatakan mengetahui resistensi antibiotika jika PSK
mengetahui antibiotika yang digunakan tidak dapat menghasilkan efek yang
diinginkan akibat penggunaan antibiotika yang tidak tepat.
Dari hasil kuisioner yang ditunjukkan pada tabel XV sebanyak 56,9%
mengetahui resistensi dan sebesar 43,1% tidak mengetahui resistensi. Dari tabel
15, PSK yang tidak mengetahui resistensi masih cukup banyak. Jika pengetahuan
resistensi kurang dapat menyebabkan penggunaan antibiotika tidak sesuai dengan
aturan pakai.
Tabel XV. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi tahun
2006
Pengetahuan tentang
Jumlah
Prosentase (%)
resistensi
Tahu
29 orang
56,9
Tidak
22 orang
43,1
Dari hasil wawancara, sebagian besar PSK tidak mengetahui resistensi
antibiotika. Kurangnya pengetahuan resistensi ini membuat PSK dalam
menggunakan antibiotika tidak sesuai aturan pakai seperti pada responden 10.
Responden 10 tidak mengetahui bahwa bakteri menjadi resisten terhadap
antibiotika dan tidak pernah memperhatikan aturan pakai sehingga dalam
menggunakan antibiotika tidak sesuai dengan aturan pakai (penggunaan
antibiotika dihentikan sebelum waktunya karena merasa sudah sembuh atau gejala
hilang). Akan tetapi, terdapat PSK yang mengetahui resistensi dan tetap
menggunakan antibiotika sesuai keinginan sendiri seperti pada responden 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Responden 2 mengetahui resistensi namun tetap menggunakan antibiotika tidak
sesuai dengan aturan pakai dengan alasan sudah terbiasa menggunakan antibiotika
tanpa mematuhi aturan pakai. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran PSK untuk
menggunakan antibiotika dengan benar dapat menyebabkan penggunaan
antibiotika menjadi tidak rasional. Agar pengetahuan dan kesadaran PSK untuk
menggunakan antibiotika meningkat, sebaiknya PSK diberi informasi baik jenis
antibiotika, aturan pakai, dan resistensi antibiotika dengan lengkap dan jika
merasa muncul gejala IMS dianjurkan segera memeriksakan diri ke dokter.
Prosentase pengetahuan resistensi paling tinggi terjadi pada PSK dengan
profil umur 21-30 tahun (27,45%); lama kerja 5 tahun (23,53%); dan tingkat
pendidikan SD (21,57%). Selama bekerja lima tahun sering mendapat informasi
tentang resistensi baik dari relawan GL dokter, atau penyuluhan sehingga
pengetahuan resistensi tinggi meskipun PSK hanya dengan tingkat pendidikan
SD.
30
27,45
23,53
prosentase (%)
25
20
17,65
Tahu (%)
15
Tidak tahu (%)
9,8
10
5
7,83
5,88
3,92
3,92
0
15-20
21-30
31-40
41-50
kisaran umur
Gambar 16. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan
profil umur pada tahun 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
23,53
25
Prosentase (%)
20
15
13,73
Tahu (%)
11,76 11,76
9,8
10
Tidak tahu (%)
7,84
7,83
5,88
5,88
5
1,96
0
1
2
3
4
5
lama kerja (tahun)
Gambar 17. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan
profil lama kerja pada tahun 2006
25
21,57
19,6
prosentase (%)
20
17,65
17,65
13,73
15
Tahu (%)
9,8
10
Tidak tahu (%)
5
0
SD
SMP
SMA
tingkat pendidikan
Gambar 18. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan
profil tingkat pendidikan pada tahun 2006
B. Pola Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika
1.
Pola pemilihan dan penggunaan antibiotika PSK di Pasar Kembang
Yogyakarta tahun 2006
Berdasarkan data di klinik GL yang ditunjukkan pada gambar 19, pada
tahun 2006 prevalensi kasus IMS yang paling banyak adalah infeksi GO yaitu
sebesar 43% dari 51 responden. Dari hasil wawancara dengan dokter yang praktek
di klinik GL, kasus IMS yang sering terjadi adalah infeksi GO dan infeksi GO
komplikasi infeksi klamidia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Prosentase (%)
10%
0%
Gonore
47%
Sindrom Ulkus Genitalis
Sindrom duh Tubuh
43%
Sifilis
Gambar 19. Prevalensi kasus IMS di Pasar Kembang Yogyakarta tahun
2006
Pada tabel XVI menunjukkan terapi untuk IMS GO maupun GO dengan
komplikasi klamidia adalah antibiotika siprofloksasin 500 mg dosis tunggal
diteruskan dengan doksisiklin 100 mg, 4x1, selama 7 hari. Menurut dokter di
klinik GL, jika pasien mengalami IMS GO maka terapi yang diberikan tidak
hanya untuk GO namun juga untuk klamidia. Hal ini dikarenakan saat pasien
terinfeksi GO akan sangat mudah terinfeksi klamidia juga.
Tabel XVI. Terapi untuk IMS di klinik Griya Lentera pada PSK di Pasar
Kembang tahun 2006
Jenis IMS
Terapi IMS
GO
Antibiotika siprofloksasin 500 mg, p.o, dosis tunggal
Klamidia
Antibiotika doksisiklin 100 mg, p.o, 2x1, selama 7 hari
GO komplikasi
Antibiotika siprofloksasin 500 mg, p.o, dosis tunggal
Klamidia
diteruskan dengan antibiotika doksisiklin 100 mg, p.o,
2x1, selama 7 hari
Terapi IMS untuk IMS GO dan klamidia yang digunakan di klinik GL
sudah sesuai dengan standar yang digunakan dalam pustaka acuan yang
ditunjukkan pada tabel V. Aplikasi pengobatan sudah sesuai dengan teori yang
merekomendasikan siprofloksasin 500 mg dosis tunggal untuk GO dan doksisiklin
100 mg, 2x1, selama 7 hari. Oleh karena itu, sudah rasional jika IMS GO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
komplikasi klamidia diberikan antibiotika siprofloksasin dan diteruskan dengan
doksisiklin. Dengan demikian, pengobatan IMS dalam aplikasinya sudah rasional.
Siprofloksasin 500 mg, dosis tunggal efektif untuk membunuh bakteri n.
gonnorrhoea dan doksisiklin (golongan tetrasiklin) 100 mg, 2x1 selama 7 hari
efektif untuk eradikasi spiroketa C. Trachomatis karena doksisiklin mampu
penetrasi ke dalam sel (intraseluler).
Pada tahun 2006 antibiotika amoksisilin dan ampisilin jarang diresepkan
bahkan tidak pernah diresepkan oleh dokter mengingat tingkat resistensi terhadap
antibiotika tersebut relatif tinggi. Akan tetapi, dari hasil wawancara sebagian
besar responden menggunakan antibiotika amoksisilin dan ampisilin. Dapat
dimungkinkan PSK membeli antibiotika tersebut tanpa resep dokter. Profil
antibiotika yang digunakan oleh PSK ditunjukkan pada tabel XVII.
Tabel XVII. Profil pemilihan dan penggunaan antibiotika pada PSK di Pasar
Kembang Yogyakarta tahun 2006
Jenis antibiotika
Prosentase (%)
Ampisilin
(40,0%)
Amoksisilin
(30,0%)
Tetrasiklin
(30,0%)
2.
Kepatuhan PSK terhadap aturan pakai antibiotika
Pada tabel
16 dari hasil kuisioner ditunjukkan sebanyak 60,8%
mematuhi aturan pakai dan sebanyak 39,2% tidak mematuhi aturan pakai yang
dianjurkan. Sebanyak 60,8% mematuhi aturan pakai karena ingin cepat sembuh,
tidak ingin terinfeksi lagi, dan mematuhi perintah dokter. Sebanyak 39,2% tidak
mematuhi aturan pakai karena merasa sudah sembuh dengan hilangnya gejala
IMS atau menggunakan sesuai keinginan sendiri sehingga penggunaan antibiotika
dihentikan sebelum waktunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel XVIII. Kepatuhan PSK di Pasar Kembang terhadap aturan pakai tahun 2006
Kepatuhan terhadap
aturan pakai obat
Patuh
Tidak patuh
Jumlah
Prosentase (%)
31 orang
20 orang
60,8
39,2
Pada hasil wawancara, sebagian besar PSK tidak mematuhi aturan pakai.
Dari hasil wawancara, ditunjukkan pula PSK yang sebenarnya mengetahui aturan
pakai yang benar, tetapi tidak mematuhinya seperti yang dilakukan oleh
responden 7. Responden 7 menyatakan mengetahui aturan pakai antibiotika
termasuk antibiotika harus dihabiskan saat periksa ke dokter namun tetap
meminum antibiotika sesuai keinginan sendiri. Akan tetapi, terdapat pula PSK
yang mengetahui aturan pakai antibiotika dan mematuhi aturan pakai seperti
responden 3. Responden 3 menyatakan mengetahui aturan pakai antibiotika
(ampisilin) waktu membeli di apotek dan mematuhi aturan pakai. Ketidakpatuhan
PSK seperti pada responden 7 menyebabkan penggunaan antibiotika menjadi
tidak rasional sehingga respon yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Disini peran farmasis dibutuhkan untuk memberi informasi aturan pakai yang
benar dan mengingatkan PSK untuk mematuhi aturan pakai sehingga tujuan terapi
berhasil.
Pemahaman aturan pakai antibiotika ditunjukkan pula dari kepatuhan
PSK untuk menggunakan antibiotika tepat waktu dan dalam jangka waktu
tertentu. Sama seperti dengan pengetahuan PSK tentang aturan pakai, dari gambar
20 menunjukkan prosentase kepatuhan terhadap aturan pakai paling tinggi pada
umur PSK 21-30 tahun (25,49%); lama kerja lima tahun (21,57%); tingkat
pendidikan SD (23,53%). Para PSK dengan profil umur 21-30 tahun masih sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
memperhatikan kesehatan dan jika terinfeksi akan menggunakan obat sesuai
aturan pakai. Para PSK berumur antara 21-30 tahun masih produktif dalam
bekerja sehingga jika terinfeksi akan mengganggu dalam bekerja sehingga sangat
dimungkinkan PSK mematuhi aturan pakai agar cepat sembuh.
Sangat
dimungkinkan para PSK dengan lama kerja lima tahun mempunyai pengalaman
IMS cukup banyak sehingga PSK dengan sendirinya akan mengetahui bagaimana
IMS dapat mengganggu pekerjaannya. Dengan pengalaman tersebut, PSK akan
mematuhi aturan pakai agar cepat sembuh.
30
25,49
Prosentase (%)
25
21,57
19,6
20
patuh (%)
15
11,76
Tidak patuh (%)
10
7,84
5,88 5,88
5
1,96
0
15-20
21-30
31-40
41-50
umur (tahun)
Gambar 20. Kepatuhan PSK di Pasar Kembang terhadap aturan pakai antibiotika
berdasarkan profil umur pada tahun 2006
25
21,57
Prosentase (%)
20
15,69
15
13,73
patuh (%)
9,8
Tidak patuh (%)
10
7,83
7,837,83
7,83
5,88
5
1,96
0
1
2
3
4
5
lama kerja (tahun)
Gambar 21. Kepatuhan PSK di Pasar Kembang terhadap aturan pakai antibiotika
berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
25
23,53
21,57
Prosentase (%)
20
17,65
15,69
13,73
15
patuh (%)
Tidak patuh (%)
10
7,84
5
0
SD
SMP
SMA
pendidikan
Gambar 22. Kepatuhan PSK di Pasar Kembang terhadap aturan pakai antibiotika
berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006
3.
Tindakan mengganti obat
Tindakan mengganti obat jarang dilakukan oleh PSK di Pasar Kembang
pada tahun 2006. Seperti pada tabel 17 dari hasil kuisioner ditunjukkan sebanyak
68,6% tidak mengganti antibiotika dan sebanyak 31,4% PSK mengganti obat.
Diduga sebanyak 31,4% PSK mengganti antibiotika karena mengalami efek
samping atau obat yang biasa digunakan tidak tersedia. Sebanyak 68,6% tidak
melakukan ganti obat karena merasa sudah cocok dengan antibiotika biasa
digunakan.
Tabel XIX. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti obat tahun
2006
Pernah mengganti obat
Jumlah
Prosentase (%)
Pernah
16 orang
31,4
Tidak pernah
35 orang
68,6
Pada hasil wawancara, PSK mengganti antibiotika karena mematuhi atau
resep dari dokter, efek samping, efek dianggap kurang bagus, dan obat yang biasa
digunakan tidak ada. Responden 5 menyatakan mengganti antibiotika karena
antibiotika yang biasa digunakan tidak tersedia (rifampisin diganti tetrasiklin) dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
merasa efek antibiotika tetrasiklin tidak sebagus rifampisin. Pengunaan antibiotika
seperti pada responden 2 yang menyatakan tidak pernah ganti antibiotika karena
merasa sudak cocok dengan antibiotika yang biasa digunakan.
Baik dari hasil kuisioner dan wawancara masih jarang PSK yang
mengganti obat meskipun infeksi yang dialami berbeda. Penggunaan antibiotika
seharusnya sesuai dengan infeksi yang dialami dan digunakan hanya untuk
mengobati infeksi bukan untuk penyakit lain. Oleh karena itu, PSK perlu diberi
informasi untuk memeriksakan dirinya ke dokter jika tubuh terasa sakit sehingga
mendapat terapi yang sesuai dengan kondisi klinisnya.
Dari profil umur ditunjukkan pada gambar 23, PSK yang paling jarang
mengganti obat pada kisaran umur 21-30 tahun dengan prosentase 29,41%. Jika
dilihat dari profil lama kerja, PSK dengan lama kerja satu dan lima tahun paling
jarang melakukan ganti antibiotika yaitu sebesar 17,65% seperti pada gambar 24.
Pada gambar 25 baik tingkat pendidikan SD, SMP, maupun SMA jarang
melakukan ganti obat yaitu. Jika dilihat baik dari profil umur, lama kerja, atau
tingkat pendidikan prosentase PSK yang tidak mengganti obat (antibiotika) lebih
banyak daripada yang mengganti obat. Diduga hal ini disebabkan PSK sudah
cocok dengan antibiotika yang biasa digunakan dan merasa sembuh jika
menggunakan antibiotika yang biasa digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
35
29,41
Prosentase (% )
30
25
21,57
20
Tahu (%)
15,69
15
Tidak tahu (%)
11,76
9,8
10
5
7,84
3,92
0
15-20
21-30
31-40
41-50
umur (tahun)
Gambar 23. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika
berdasarkan profil umur pada tahun 2006
20
18
17,65
15,69
Prosentase (%)
16
15,69
13,73
14
12
9,8
9,8
10
8
7,84
Tahu (%)
Tidak tahu (%)
5,88
6
4
1,96
1,96
2
0
1
2
3
4
5
lama kerja (tahun)
Gambar 24. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika
berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006
23,53
25
23,53
21,57
Prosentase (%)
20
17,65
15
pernah (%)
Tidak pernah (%)
10
7,83
5,88
5
0
SD
SMP
SMA
tingkat pendidikan
Gambar 25. Tindakan PSK di Pasar Kembang untuk mengganti antibiotika
berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
C.
Perbandingan Pola Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika pada
Tahun 2002, Tahun 2005, dan Tahun 2006
Prosentase antibiotika yang digunakan oleh PSK di Pasar Kembang pada
tahun 2002 dan tahun 2005 diperoleh dari data kuisioner pada penelitian Sutama
(2005) dan Putranto (2002). Sedangkan pada tahun 2006, prosentase antibiotika
yang digunakan PSK diperoleh dari hasil wawancara dengan PSK. Profil
antibiotika baik pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 tidak berbeda.
Antibiotika yang digunakan PSK antara lain ampisilin, amoksisilin, dan tetrasiklin
seperti ditunjukkan pada tabel 18.
Tabel XX. Perbandingan antibiotika yang digunakan PSK pada tahun 2002, tahun
2005, dan tahun 2006 di Pasar Kembang Yogyakarta
Penggunaan
antibiotika
Tahun 2002
Ampisilin
(63%)
Amoksisilin
(23%)
Tetrasiklin
(14%)
Tahun 2005
Ampisilin (46,0%)
Tahun 2006
Ampisilin (40,0%)
Amoksisilin(31,8%)
Amoksisilin(30,0%)
Tetrasiklin (22,2%)
Tetrasiklin (30,0%)
Profil antibiotika pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 tidak ada
perbedaan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar PSK yang berada di
lingkungan Pasar Kembang hanya menggunakan obat tersebut secara terusmenerus. Jadi dari tahun 2002 sampai 2006 tidak ada perubahan profil antibiotika
yang digunakan PSK. Selain itu, para PSK merasa sudah percaya khasiat
antibiotika yang biasa digunakan misal amoksisilin sehingga PSK jarang
melakukan ganti obat. Penggunaan antibiotika seperti amoksisilin dan ampisilin
secara terus-menerus perlu dihindari agar resistensi terhadap antibiotika tersebut
tidak tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Dilihat dari prosentasenya, terjadi peningkatan penggunaan antibiotika
tetrasiklin dan amoksisilin serta terjadi penurunan prosentase penggunaan
ampisilin. Hal ini dapat disebabkan pengetahuan PSK tentang IMS dan antibiotika
sudah meningkat. Dengan peningkatan pengetahuan IMS dan antibiotika maka
PSK akan dapat menggunakan antibiotika dengan benar (sesuai dengan jenis IMS
yang dialami). Selain itu, dengan meningkatnya pengetahuan PSK tentang IMS
dan antibiotika akan meningkatkan kesadaran PSK untuk memeriksakan diri ke
dokter saat merasa terkena IMS sehingga akan mendapatkan antibiotika yang
tepat. Jika melihat data dari dokter yang mengatakan bahwa tetrasiklin
(doksisiklin) paling banyak digunakan untuk infeksi GO dan GO komplikasi
klamidia sangat dimungkinkan PSK akan mendapat tetrasiklin saat periksa ke
dokter. Dengan demikian dapat menyebabkan prosentase penggunaan tetrasiklin
meningkat.
Semakin menurunnya penggunaan antibiotika ampisilin dapat disebabkan
karena faktor kenyamanan dan ketaatan PSK terhadap aturan pakai serta dokter
tidak pernah lagi meresepkan antibiotika ampisilin. Ampisilin digunakan dengan
interval waktu setiap 6 jam (4x1) yang dapat menyebabkan PSK malas untuk
mematuhi aturan pakai tersebut. PSK akan memilih antibiotika tetrasiklin atau
amoksisiklin yang interval pemberian setiap 8 jam (3x1) yang dianggap lebih
mudah dalam mengingat waktu meminum antibiotika tersebut. Dengan demikian,
penggunaan antibiotika tetrasiklin dan amoksisiklin meningkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
D. Evaluasi Kerasionalan Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika
(Drug Therapy Problems)
1. Unnecesarry Drug Therapy (tidak butuh obat)
Perilaku PSK dalam memilih dan menggunakan antibiotika saat tubuh
tidak sakit, digunakan sebelum berhubungan seksual, dan digunakan setiap hari
dengan alasan mencegah penyakit adalah hal yang keliru. Penggunaan antibiotika
saat tubuh tidak sakit merupakan hal yang salah. Saat tubuh tidak sakit, obat yang
dimasukkan dalam tubuh tidak akan digunakan dan sama saja memasukkan racun
dalam tubuh. Terlebih jika antibiotika yang digunakan sulit diekskresi dan
mempunyai efek samping yang bermakna klinis.
Obat khususnya antibiotika dapat berefek sebagai antibiotika saat tubuh
terinfeksi oleh bakteri/fungi. Contoh responden yang sebenarnya tidak
membutuhkan terapi obat adalah responden 8. Hal ini disebabkan terapi yang
mereka gunakan tidak sesuai dengan kondisi klinis mereka. Penggunaan
antibiotika setiap hari dalam durasi waktu yang lama menyebabkan antibiotika
menjadi tidak efektif karena tubuh akan terpejani antibiotika terus-menerus
sehingga flora normal dalam tubuh kemungkinan akan tereradikasi oleh
antibiotika. Selain itu, penggunaan antibiotik setiap hari dilihat dari sisi ekonomi
adalah pemborosan.
Rekomendasi yang diberikan adalah menggunakan kondom saat
berhubungan seksual untuk mencegah IMS. Selain itu, PSK diberi penyuluhan
tentang IMS dan penggunaan antibiotika yang benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Dosage too low (pengaturan dosis terlalu rendah)
Penggunaan antibiotika yang tidak dihabiskan sesuai dengan jangka
waktu yang ditentukan dan digunakan dengan frekuensi tidak teratur (lebih jarang
dari frekuensi yang seharusnya) merupakan penyebab rendahnya kadar obat dalam
darah. Dosis terlalu rendah dapat disebabkan penggunaan obat dengan durasi
waktu terlalu pendek, dosis lebih rendah daripada dosis terapi dan frekuensi
pemakaian terlalu kurang. Penggunaan antibiotika yang tidak dihabiskan sesuai
dengan durasi yang ditentukan hanya merasa gejala sudah hilang menyebabkan
tidak semua agen penginfeksi/ bakteri mati. Seperti pada responden 7 yang
menggunakan tidak dihabiskan karena merasa sudah sembuh. Hal ini
menyebabkan durasi agar kadar yang diutuhkan dalam tubuh cukup untuk
membunuh agen penginfeksi terlalu cepat. Durasi yang terlalu cepat menyebabkan
antibiotika tidak dapat memberikan efek yang diharapkan. Responden 6
menggunakan antibiotika ampisilin (dengan merk dagang Binotal dosis 500
mg/tablet) dengan frekuensi pemakaian terlalu jarang. Binotal seharusnya
digunakan setiap enam jam dalam satu hari atau 4 kali dalam satu hari. Akan
tetapi, responden 6 menggunakan Binotal dengan frekuensi 3x1; 2x1; bahkan
sekali minum dalam satu hari. Kondisi ini menyebabkan kadar obat dalam darah
sempat mengalami penurunan yang membuat efek obat sebagai antibiotika tidak
dapat dipertahankan dan efek yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan.
Rekomendasi yang diberikan agar PSK diberi informasi dosis dan aturan
pakai yang benar. Selain itu, PSK juga diberi informasi dari akibat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
ditimbulkan jika antibiotika yang digunakan tidak sesuai dengan aturan pakai agar
meningkatkan kesadaran PSK untuk menggunakan antibiotika dengan tepat.
3. Ineffective Drug Therapy (obat tidak efektif)
Obat menjadi tidak efektif jika obat yang digunakan tidak sesuai dengan
kondisi klinis pasien (wrong drug). Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai
dengan kondisi klinis terjadi pada responden wawancara 6 dan 10. Responden 6
menggunakan antibiotika amoksisilin untuk mengobati pegal-pegal. Amoksisilin
digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan bakteri seperti bakteri
penyebab IMS sehingga tidak dibenarkan jika digunakan untuk mengobati pegalpegal. Pegal-pegal tidak diakibatkan oleh bakteri dan bukan merupakan suatu
penyakit sehingga jika responden 6 menggunakan antibiotika untuk pegal-pegal
termasuk dalam kondisi klinis wrong drug.
Rekomendasi untuk mengurangi kesalahan ini diberi informasi untuk
menggunakan vitamin B (neurotropik) dan banyak mengkonsumsi air putih serta
menghentikan penggunaan antibiotika jika tidak diperlukan. Sama seperti
responden 6, responden 10 menggunakan antibiotika saat badan terasa sakit tanpa
memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebab dan mendapat terapi
antibotika yang benar. Rekomendasi untuk PSK dalam kondisi ini yaitu
diperiksakan ke dokter agar mengetahui penyebab sakit dengan tepat dan
mendapat terapi yang benar.
4. Noncompliance (ketidakpatuhan)
Perilaku PSK yang membuat PSK tidak patuh terhadap aturan pakai
antara lain PSK malas minum antibiotika, PSK tidak mengetahui/memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
aturan pakai dengan benar, dan obat terlalu mahal bagi PSK sehingga hanya
ditebus setengahnya. Dari hasil wawancara sebanyak 4 responden tidak
mengetahui/memahami aturan pakai yang benar sehingga penggunaan antibiotika
tidak sesuai dengan aturan pakai. Selain itu, terdapat pula responden yang
memahami namun tidak mematuhi aturan pakainya.
Sebaiknya penggunaan antibiotika harus sesuai dengan aturan pakai agar
efek yang diharapkan tercapai dan tidak terjadi resistensi. Rekomendasi yang
dapat diberikan adalah PSK diberi informasi/penyuluhan mengenai penggunaan
antibiotika yang rasional agar PSK paham terhadap aturan pakai yang benar dan
perilaku PSK yang salah dalam menggunakan antibiotika dapat dikurangi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Profil pengetahuan PSK di Pasar Kembang Yogyakarta tentang IMS dan
antibiotika pada tahun 2006 sudah tinggi, dengan prosentase pengetahuan PSK
tentang IMS sebanyak 84,3% dan pengetahuan tentang antibiotika sebanyak
90,2%.
2. Pola pemilihan dan penggunaan antibiotika di klinik GL pada tahun 2006
adalah siprofloksasin 500mg, dosis tunggal dan doksisiklin 500 mg, 4x1,
selama 7 hari untuk infeksi GO dan GO komplikasi klamidia; untuk non GO
(klamidia) digunakan doksisiklin 500 mg, 4x1, selama 7 hari. Antibiotika
yang dipilih dan digunakan oleh PSK adalah ampisilin (40%); amoksisilin
(30%); dan tetrasiklin (30%).
3. Pola pemilihan dan penggunaan antibiotika oleh PSK di Pasar Kembang
Yogyakarta pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 tidak ada perbedaan
yaitu amoksisilin, ampisilin, dan tetrasiklin.
4. Penggunaan antibiotika pada kalangan PSK di Pasar Kembang Yogyakarta
tidak rasional karena terjadi DTP seperti: unnecessary drug (tidak
membutuhkan obat) dengan menggunakan antibiotika setiap hari; ineffective
drug (obat tidak efektif) dengan menggunakan antibiotika untuk mengobati
pegal-pegal (wrong drug); dosage too low (dosis kurang) dengan
menggunakan
antibiotika
tidak
dihabiskan;
(ketidakpatuhan) dengan tidak mematuhi aturan pakai.
serta
noncompliance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
B. Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah :
1. perlu dilakukan pemantauan dan edukasi mengenai pemilihan dan penggunaan
antibiotika yang benar kepada PSK di Pasar Kembang Yogyakarta untuk
mengurangi terjadinya DTP dan meningkatkan kepatuhan PSK terhadap
aturan pakai.
2. perlu dilakukan uji sensitivitas bakteri (Culture and Sensitivy Test) untuk
mengetahui apakah antibiotika yang digunakan masih efektif dalam
pengobatan IMS sehingga penggunaan antibiotika sesuai dengan infeksi yang
dialami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
DAFTAR PUSTAKA
Chambers, H.F., and Sande, M. A., Antimicrobial Agents general consideration,
in Hardman J.G., Limbrid L.E., and Gilman A.G., 1996, Goodman and
Gilman’s : The Pharmcological Basic of Therapeutics, 9th, 1029-1045,
The Mc Graw-Hill Companies, USA
Cipolle, R. J., Strand, L. M., and Morley, P. C., 2004, Pharmaceutical Care
Practice : The Clinical’s Guide, 2nd, The McGraw-Hill Inc., United State
of America
Jawetz, M. A., 2001, Antimicrobial Chemotherapy, Medical Microbiology, Ed 19,
149-179, Appleton and Lange, USA
Knodel, L. C., Sexually Transmitted Disease, in Dipiro, J. T., 2001,
Pharmacotherapy : A Pathophysiologic Approach, 6th, The McGraw-Hill
Inc., United State of America
Koneman, E.W., Allen S.P., and Janda,W.M., 1997, Color Atlas and Textbook of
Diagnostic Microbiology, 5th, 497-522; 842; 953-957, J. B. Lippincott
Company, USA
Lacy, C. F., Amstrong, L.L., Goldman, M. P., and Lance, L. L., 1993, Drug
Information Handbook, American Pharmaceutical Association, Canada
Lullman, H, M.D, Klaus, M, M.D., Ziegler, A. Ph.D., and Bieger, D, M.D., 2000,
Antibacterial Drugs, Color Atlas of Pharmacology, 2nd, 266-276, Thieme
Stuttgart, New York
Mutschler, E., and Derendorf, H., 1995, Drug Actions: Basic Principles and
Therapeutic Aspects, 515-549, CRS Press, Medpharm Scientific Publiser,
Stuttgart Jerman
Neal, J.M., 1987, Medical Pharmacology at a Glance, 3rd, 80-85, Blackwell
Science Ltd, London
Notoatmodjo, 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta
Pratiknya, A. W., 2001, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan, 10-18, Rajawali, Jakarta
Putranto, Y.W.A, 2002, Kajian Penggunaan Antibiotika di Kalangan Pekerja Seks
Komersial (PSK) Perempuan di Lokalisasi Pasar Kembang Yogyakarta
Tahun 2002, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Snyder I.S., and Finch R.G., Basic Concepts of Chemotherapy, in Craig C.R, and
Stitzel R.E., 1990, Pharmacology, 3rd, Little Brown Company, USA
Sutama, I.M.A., 2005, Studi Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika di Kalangan
Pekerja Seks Komersial (PSK) di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta
Tahun 2005, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Walker, R., Edwards, C., 1999, Clinical Pharmacy and Therapeutic, 474,
Churchill Livingstone, New York
Wicaksono, A.G., 2007, Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Sikap pada
Pekerja Seks Komersial di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta Tahun
2006, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Wiratwanti, S.S.H., 2007, Pengaruh Edukasi Tentang Penyakit Menular Seksual
Terhadap Perilaku dalam Penggunaan Antibiotika pada Pekerja Seks
Komersial di Lokasi Pasar Kembang Yogyakarta Tahun 2006, Skripsi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 1. Lembar Kuisioner
UMUR
NO NAMA
15
20
21
30
31
40
PENDIDIKAN
41
50
SD SMP
SMA
LAMA KERJA
(tahun)
1
2
3
4
KETERANGAN
PERNYATAAN
5
YA
PENGETAHUAN :
Apakah anda mengetahui tentang Infeksi Menular
Seksual (IMS)
Apakah anda mengetahui tentang obat antibiotika?.
Apakah anda memahami aturan pakai antibiotika
tersebut?.
Apakah anda mengetahui bahwa obat antibiotika itu
dapat menjadi tidak berefek/berkhasiat jika
penggunaannya tidak sesuai cara dan aturan pakai?.
Antibiotika harus diminum tepat waktu dalam
jangka waktu tertentu
Pemakaian antibiotika dapat dihentikan bila gejala
sakitnya sudah hilang dan dipakai lagi bila penyakit
kambuh kembali
Dengan minum antibiotika sebelum berhubungan
dapat terhindar dari semua penyakit kelamin
SIKAP :
Apakah anda pernah terkena Infeksi Menular
Seksual (IMS)
Apakah dalam penggunaan obat antibiotika tersebut
anda selalu mematuhi aturan pakainya?.
Apakah anda pernah mengganti untuk
menggunakan obat antibiotika yang lain?.
Dalam penggunaan obat antibiotika tersebut apakah
anda pernah merasakan efek samping?.
Apakah dengan menggunakan antibiotik, ada
perubahan yang berarti bagi penyakit anda?
Jumlah
TIDAK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 2. Hasil Rekap Kuisioner
UMUR
NO
PENDIDIKAN
NAMA
15
20
21
30
31
40
41
50
SD SMP
SMA
LAMA KERJA
(tahun)
1
2
3
4
KETERANGAN
PERNYATAAN
5
YA
Jumlah
TIDAK
PENGETAHUAN :
Apakah anda mengetahui tentang Infeksi Menular
Seksual (IMS)
Apakah anda mengetahui tentang obat antibiotika?.
Apakah anda memahami aturan pakai antibiotika
tersebut?.
Apakah anda mengetahui bahwa obat antibiotika itu
dapat menjadi tidak berefek/berkhasiat jika
penggunaannya tidak sesuai cara dan aturan pakai?.
Antibiotika harus diminum tepat waktu dalam
jangka waktu tertentu
Pemakaian antibiotika dapat dihentikan bila gejala
sakitnya sudah hilang dan dipakai lagi bila penyakit
kambuh kembali
Dengan minum antibiotika sebelum berhubungan
dapat terhindar dari semua penyakit kelamin
43 orang
8 orang
46 orang
5 orang
30 orang
21 orang
29 orang
22 orang
41 orang
10 orang
29 orang
22 orang
21 orang
30 orang
13 orang
38 orang
31 orang
20 orang
16 orang
35 orang
17 orang
34 orang
47 orang
4 orang
SIKAP :
Apakah anda pernah terkena Infeksi Menular
Seksual (IMS)
Apakah dalam penggunaan obat antibiotika tersebut
anda selalu mematuhi aturan pakainya?.
Apakah anda pernah mengganti untuk
menggunakan obat antibiotika yang lain?.
Dalam penggunaan obat antibiotika tersebut apakah
anda pernah merasakan efek samping?.
Apakah dengan menggunakan antibiotik, ada
perubahan yang berarti bagi penyakit anda?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Lampiran 3. Daftar terminologi medik
DAFTAR TERMINOLOGI MEDIK
1.
anal
: berhubungan (seksual) dengan anus
2.
aortitis
: peradangan pada aorta
3.
asimptomatik
: tidak bergejala
4.
demensia
5.
dispareunia
6.
disseminated GO : gonore yang sudah menyebar
7.
disuria
: nyeri atau sulit untuk berkemih
8.
endoserviks
: membran mukosa yang melapisi kanal servitis uteri;
daerah lubang serviks yang bermuara ke dalam rongga
uteri
9.
epididimitis
: peradangan pada epididimis
:sindrom mental organik yang ditandai dengan hilangnya
kemampuan intelektual secara menyeluruh yang
mencakup gangguan mengingat, penilaian, dan pemikiran
abstrak demikian juga dengan perubahan perilaku, tetapi
tidak mencakup gangguan yang disebabkan oleh
kesadaran yang berkabut, depresi, atau gangguan
fungsional mental lainnya.
: nyeri atau sulit untuk bersetubuh
10. faringitis
: peradangan pada faring
11. fibrosis
: pembentukan jaringan fibrosa
12. gumma
: tumor lunak dan bergetah, terjadi pada sifilis tersier
13. idiopati
: timbul sendiri tanpa diketahui penyebabnya
14. infertilitas
: ketidakmampuan untuk mnginduksi konsepsi
15. ingual lymphadenopathy : penyakit/ sakit pada kelenjar limfe di selangkang
16. inkubasi
: perkembangan penyakit menular dari waktu masuknya
patogen hingga timbulnya gejala klinis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
17. intercourse
18. invasi jaringan
: setiap kontak fisik antara dua individu yang mencakup
rancangan terhdap organ genital, paling tidak satu organ
genital
: serangan/ pemasukkan bakteri yang mudah dan tidak
berbahaya ke dalam tubuh atau penempatannya di dalam
jaringan
19. in vitro
: dilakukan di lingkungan buatan
20. in vitro
: dilakukan dalam tubuh hidup
21. kanal
: saluran
22. kankre
: luka primer pada sifilis
23. kankroid
: IMS oleh H.ducreyi menimbulkan ulkus primer
24. kehamilan ektopik : kehamilan di tempat yang abnormal (tube uterina, canal
serbiks, rongga peritonial)
25. lesi
: setiap diskontinuitas jaringan patologis atau traumatik
atau hilangnya fungsi suatu bagian
26. mukopurulent
: mengandung mukus dan nanah
27. neonatus
: empat minggu pertama setelah kelahiran
28. onset gejala
: waktu untuk munculnya gejala
29. orofaring
: bagian faring yang terletak antara palatum mole dan tepi
atas epiglotis
30. pelvis
: bagian bawah batang tubuh yang di sebelah anterior dan
lateral dibatasi oleh dua tulang panggul serta di sebelah
posterior oleh os sakrum dan koksigeus
31. perianal
: di sekitar anus
32. profilaksis
: pencegahan penyakti (pengobatan preventif)
33. prostatitis
: peradangan pada prostat
34. supurasi
: pembentukkan sekrey nanah
35. ulcer
: kerusakan lokal permukaan organ atau jaringan, yang
ditimbulkan oleh terkupasnya jaringan nekrotik radang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
36. ulkus
: kumpulan ulcer
37. uretra
: saluran membranosa yang mengalirkan urin dari kandung
kemih ke luar tubuh
38. urethral discharge : ekskresi atau substansi yang dikeluarkan dari saluran
uretra
39. urethral stricture : penyenpitan yang abnormal pada duktus atau saluran
40. uretritis
: peradangan pada uretra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Lampiran 4. Hasil Wawancara Terstruktur
Responden 1
Usia
: 29 Tahun
Pendidikan : SD
Lama Bekerja : 5 Tahun
Hari/ Tanggal : Selasa/ 24 Oktober 2006
Waktu
: 15.30 WIB
Tempat
: Pasar Kembang
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
X
X
Y
X
X
Y
X
Y
X
: Sore mbak! Gimana kabarnya?
: Baik
: Lha mas gimana kabarnya?
: Aku juga baek-baek aja.
: Mba, aku mau nanya-nanya bentar boleh gak?
: Boleh aja, mau nanya apa sich?
: Mau tanya tentang antibiotik, mba tau gak antibiotik itu apa?
: Tahu
: Trus pertama kali pake antibiotik tu kapan?
: Ya kira-kira 5 tahun yang lalu lah..
: Sering ga mba pake antibiotiknya?
: Kadang-kadang aja sich, klo merasa ada gejala penyakit baru pake
antibiotik
: Alasan mbak minum obat tersebut apa?.
: Untuk mencegah penyakit aja.
: Mba minum antibiotik yang nganjurin sapa? Temen, dokter apa keinginan
sendiri?
: Keinginan sendiri.
: Obat tersebut dapatnya dari mana?.
: Seringnya sich beli di Apotik.
: Seringnya pake antibiotik merknya apa mba?
: Amoksilin kadang Ampisilin.
: Alasan mba ganti obat antibiotik apa mba?
: Ya kadang klo g ada Amoksilin ya pake Ampisilin.
: Trus aku mau nanya, mba tau gak Infeksi Menular Seksual tu apa?
: Ga tau, cuma aku pernah seluruh badanku kok gatel-gatel kenapa ya?
Trus tak minumin CTM 2 biji tapi kok malah lemes ya?
: Lemesnya mungkin karena efek samping CTM.
Lain kali klo ngrasa badannya agak aneh periksa ke GL aja mba, setiap
selasa ma jumat. Ada dokter spesialisnya juga kok...
: Klo Infeksi Menular Seksual itu lho mbak penyakit yang biasanya
ditularkan melalui hubungan seks. Contohnya Sipilis, GO, Klamidia, Kutu
Kelamin, dll.
: Mba pake antibiotik biasanya berapa kali sehari?
: 3x sehari
: Mba suka pake obat-obat yang lain ga? Misalnya klo sakit flu?
: Ga, cuma klo agak capek minum kopi aja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
: Dalam menggunakan obat antibiotik itu mba selalu mematuhi aturan
pakenya gak? Misalnya obatnya diminum 3X sehari dan harus sampai
habis!
: Ya mas, klo ga bisa kebal to?
: Dari penjelasan aku tadi, mbak pernah terkena Infeksi Menular Seksual
gak?.
: Selama ini belum pernah, Cuma pernah kalau kencing terasa sakit aja.
: Mbak tau gak kalau antibiotika yang mbak pake bisa menjadi tidak
berkhasiat?.
: Gak tau, biasanya kalo aku minum sembuh kok.
: Trus selama pake antibiotik pernah ga ngerasain efek samping yang
merugikan ( misalnya ; mual, muntah, atau pusing )
: Ga tuch...
: Mba klo misalnya salah satu obat antibiotik yang sering dipakai sudah
tidak berkhasiat gimana tu?
: Ga tahu...Lha gimana mas emang?
: Ya solusinya bisa ganti antibiotik yang laen mba, tapi harus konsultasi
dokter dulu lho mba.
: OOOooo
: Ak mau nanya lagi ni mba, tau ga alat kontrasepsi tu apa?
: Ya tau lah mas, kayak pil KB, kondom itu to??
: Yoi mba bener sekali..Trus pake kondomnya sering ga mba?
: Kadang-kadang aja sich mas, soalnya kadang tamu susah suruh pake
kondom.
: Lho kok gitu mba?
: Lha dari pada ga dapet duit, trus ntar makan pake apa?
: Ok mba ak ngerti, tapi kan mba juga ga mau tertular HIV/AIDS atau IMS
to?
: Ya ga mau...
: Makannya mba sebisa mungkin usahakan pake kondom setiap melayani
tamu. Mbok dirayu mba tamunya biar mau pake kondom..
: Ya mas..
: Yo wis udah sore ni mba, tak pamit mau pulang dulu. Makasih banyak ya
mba.
: Sama-sama.
Responden 2
Usia
Pendidikan
Lama Bekerja
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
X
Y
: 27 Tahun
: SMP
: 7 Tahun
: Sabtu/ 4 November 2006
: 17.00 WIB
: Pasar Kembang
: Permisi mbak....
: Eh mas boy, Ada apa mas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
: Cuma mau maen aja kok mba.
: Gimana kabarnya mba?
: Ya masih begini lah..
: Mba sari aku boleh nanya-nanya sebentar ga?
: Mau nanya apa to mas?
: Nanya tentang IMS dan antibiotik?.
: Oooo
: Mba Sari tahu ga tentang obat antibiotik?
: Tahu mas, kaya amoksilin, amphisilin itu kan?
: Ya, trus kapan pertama kali pake obat antibiotik itu?
: Ya sejak kerja disini.
: Lha mbak kerja disini udah berapa tahun to?
: Kira-kira 10 tahunan lah mas.
: Trus seberapa sering atau kapan mba pake obat antibiotiknya?
: Aku pake antibiotiknya setiap hari mas, pagi ma sore.
: Setiap hari mba? selama 10 tahun?
: Iya...
: Biasanya pake antibiotik apa to mba?
: Ampisilin
: Pernah ganti ga dengan antibiotik yang lain?
: Ga pernah mas, pakenya ampisilin terus kok.
: Trus biasanya dapet obat antibiotiknya dari mana mbak?
: Biasanya sich beli di apotik
: Trus mbak tau, mengenai aturan pakai obat antibiotik yang benar?.
: Ga, minum sesuai keinginan aja.
: Lha klo beli di apotik ga pernah dikasih tau tentang aturan pakainya po?
: Ga pernah tuch..
: Mba tau ga klo obat antibiotik tersebut dapat menjadi tidak berefek jika
penggunaannya tidak sesuai dengan aturan pakainya?
: Tahu
: Lha itu tau, kok masih asal pakenya?
: Mau gimana lagi mas, dah kebiasaan e..
: Pernah merasakan efek samping belum, selama pake antibiotik itu?
: Belum.
: Trus aku mau tanya, mba sari tau ga tantang Infeksi Menular Seksual?
: Ga tau.
: Infeksi Menular Seksual tu kaya Sifilis, GO ( Gonnorhea ), Klamidia.
: Selama mbak kerja disini keluhan-keluhan apa yang mbak pernah rasakan?
: Dulu pernah nyeri di bawah perut habis maen sama tamu, klo seringnya
sich pegel-pegel di daerah pinggang.
: Trus klo dah ngrasa kaya gitu biasanya apa yang dilakukan?
: Ya tak minumin antibiotik, biasanya terus sembuh.
: Selama ini setiap melayani tamu mba sari pake kondom terus ga?
: Klo ak pake kondom terus mas biar aman...
: Bagus... jangan lupa pake kondomnya terus ya mba biar aman,ok.
: Ya..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
X
Y
: Yo wis, mungkin segitu dulu mba ngobrol-ngobrolnya, kita terusin besok
lagi. Makasih banyak ya mba..
: Ya sama-sama mas..
Responden 3
Usia
Pendidikan
Lama Bekerja
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
X
Y
X
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
: 25 Tahun
: SMA
: 5 Tahun
: Jumat/ 10 November 2006
: 16.00 WIB
: Pasar Kembang
: Sore mba, gie pada nyantai ya !!
: Iya mas..
: Kenalin mba aku boy, relawan baru dari GL (Griya Lentera )
: Mba namanya siapa?
: Dita..
: Aslinya dari mana mba?
: Aku dari solo..
: Udah berapa lama kerja di sini?
: Ya sekitar 5 tahunan
: Mba, klo aku mau tanya-tanya sebentar boleh ga?
: Boleh aja, mau tanya apa to mas?
: Mau tanya tentang obat antibiotik dan Infeksi Menular Seksual (IMS), tau
ga mba obat antibiotik tu apa?
: Tau..
: Mba Dita sering ga pake antibiotik?
: Ga mas, jarang-jarang kok.
: Pertama pake antibiotik kapan mba?
: Sekitar 3 tahunan yang lalu..
: Trus alasan mba pake antibiotik apa?
: Ya buat mencegah penyakit mas.
: Dulu yang menganjurkan minum antibiotik siapa mba? Dari diri sendiri,
temen atau dokter?
: Aku dulu minun antibitik dikasih tau ma temen, katanya biar ga terkena
penyakit.
: Biasanya beli antibiotiknya dimana mba?
: Apotik.
: Klo beli di Apotik biasanya dikasih berapa biji obatnya mba?
: 10 bijian mas..
: Trus dikasih tau ga sama apotiknya cara pake obatnya?
: Dikasih tau mas, pakenya 3 X sehari da harus dihabisin.
: Brarti mba selama ini minum obatnya sesuai aturan pakainya to?
: Ya..
: Lha kenapa mba?
: Klo ga nanti bisa kebal to mas?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
X
Y
X
Y
X
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
: Ya, betul sekali...
: Klo beli antibiotik biasanya merk apa mba?
: Aku biasa beli Binotal.
: Trus pernah merasakan efek samping ga mba waktu pake antibiotik?
: Dulu pernah waktu aku pake remaktan, waktu kencing warnanya jadi
merah. Trus aku ganti pake binotal ga pernah lagi mengalami kaya gitu.
: Mba ganti antibiotik yang menganjurkan siapa?
: Ya dari Apotik.
: Trus aku mau nanya lagi mba, tau ga Infeksi Menular Seksual (IMS) tu
apa?
: Tahu..
: Apa coba?
: Ya kaya sifilis gitu to?
: Ya, tapi ga cuma sifilis mba, ada HIV/AIDS, GO, Klamidia, Kutu
Kelamin, dll. Tapi yang sering dialami temen-temen di sini mungkin cuma
itu.
: Selama kerja disini pernah ga mba mengalami gejala-gejala penyakit
seperti yang udah tak jelasin tadi?
: Ga pernah.
: Trus mba tau, alat kontrasepsi tu apa?
: Tau..
: Apa hayo?
: Ya kaya kondom, pil KB, suntik KB..
: Betul.
: Lha mba dita pake kondom terus to?
: Jarang-jarang mas..
: Lho kenapa?
: Soalnya kadang banyak tamu yang ga mau pake kondom.
: Lha ga coba dirayu po mba?
: Udah tak rayu mas, tapi kadang tamu suka ga mau... katanya ga enak.
Malah kadang klo ak nawarin pake kodom, dikiranya aku kena penyakit.
Dari pada ga jadi ya udah aku mau aja.
: Lain kali mending pake kondom aja mba, biar aman. Mba juga ga mau to
kena penyakit-penyakit kaya yang tadi!
: Ya ga mau.
: Makanya usahaiin mba pake kondom terus. Bilang aja ma tamunya kita
sama-sama jaga kesehatan, biar aman... Mas punya keluarga to? Trus
keluarganya mas juga ga mau terkena penyakit macem-macem to? Gitu
mba...
: Ya mas... kok galak banget to?
: Bukannya galak mba! Itu kan demi kesehatannya mba juga.... Ya udah klo
gitu ak tak pamit pulang dulu ya mba, udah sore e.. Makasih banyak atas
informasinya dan jangan lupa pake kondomnya ya mbak!!!
: Ya, makasih juga ya mas...
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Responden 4
Usia
Pendidikan
Lama Bekerja
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
: 44 Tahun
: SMP
: 5 Tahun
: Kamis/ 16 November 2006
: 16.30 WIB
: Pasar Kembang
: Hallo mba, gmn kabarnya?
: Baik, kok ga pernah keliatan kemana aja mas?
: Sori mbak kemaren lagi sibuk di kampus.
: Mas kulaih dimana to?
: Aku kuliah di Sanata Dharma ambil Farmasi.
: Sanata Dharma kampusnya yang di gejayan itu ya?
: Ya mba, tapi klo kampusku yang di paingan. UPN masih ke Timur..
: Oooo
: O ya mba, aku mau tanya-tanya sebentar boleh ga mba?
: Mau tanya apa to mas?
: Tanya tentang obat antibiotik, mba tau? Antibiotik itu apa?
: Tahu.
: Biasanya pake antibiotik seberapa sering mba?
: Sebulan sekali mas.. aku pergi ke dokter buat suntik antibiotik.
: Tau ga mba biasanya dokter kasih antibiotik apa?
: Gak tau.
: Mba juga ga pernah tanya obat yang biasa dikasih apa?
: Gak..
: Trus sampe sekarang masih rutin ke dokternya?
: Ini aku belum ke dokter lagi, dah ada dua bulanan. Terakhir ke dokter aku
ga dikasih suntik antibiotik lagi... katanya klo terus-terusan bisa kebal, jadi
sekarang aku dikasih tablet antibiotik.
: Obatnya merk apa mba?
: Ga tau, tapi masih ada resepnya.. kemarin baru tak tebus setengah soalnya
harganya mahal.
: Boleh liat resepnya mba?
: Ini mas...
: Ooooo, ini nama antibiotiknya akilen mba?
: Trus mba minum obat yang ini berapa kali sehari?
: Aku minum 2 X sehari.
: Mba tau aturan pakai obatnya dari mana?
: Dari apotik mas, waktu mau tebus obat dikasih tau aturan pakainya..
: Brarti mba pake obat antibiotiknya sesuai dengan aturan pakainya terus to?
: Ya..
: Trus mba suntik antibiotiknya dah berapa lama?
: Ya sejak kerja kayak gini.
: Lha mba kerja kaya gini dah berapa tahun?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
X
Y
X
Y
: Sekitar lima tahunan.
: Selama pake antibiotik, mba pernah merasakan efek samping ga?
: Dulu pernah mas waktu pake amoksilin terasa mual, ganti Binotal
jantungnya kok rasanya g enak trus aku pake suntik antibiotik gak pernah
lagi merasakan efek kayak gitu lagi.
: Brarti mba ganti antibiotik karena efek sampingnya ya?
: Ya..
: Yang kasih saran buat ganti antibiotik siapa mba?
: Aku sendiri..
: Trus mba tahu gak tentang alat kontrasepsi?
: Tahu..
: Klo tahu contohnya apa mba?
: Kaya kondom, pil KB, dll.
: Untuk penggunaan kondom, frekuensinya gimana mba? Sering atau
kadang-kadang?
: Kadang pake kadang ga mas..
: Lha kok gitu mba?
: Kadang tamu ga mau pake kondom, jadi mau ga mau mas dari pada ga
dapet uang… tapi kadang aku juga lihat-lihat tamu.
: Maksudnya gimana mba?
: Ya aku lihat-lihat kondisi tamunya, misalnya dia kelihatan bersih ga pake
kondom ga papa.. Tapi klo keliatannya kotor harus pake kondom..
: OOooo gitu…
: Klo aku boleh kasih saran ya mba, lebih baik pake kondom terus…
Soalnya kita khan ga tau orang itu sehat apa ga? Emang keliatannya
bersih, tapi siapa tahu dia kena HIV/AIDS? Soalnya HIV/AIDS pada
stadium awal belum ada gejalanya, jadi kayak orang sehat. Beda sama
Infeksi Menular Seksual (IMS), klo orang yang kena IMS ada gejala
fisiknya yang mungkin bisa kita lihat… Jadi mending pake kondom
sebelum kita kena penyakit, ya to???
: Ya mas…
: Ya udah mba sampe disini dulu ngobrol-ngobrolnya, makasih banyak atas
informasinya dan jangan lupa pake kondomnya terus ya mba…
: Ya mas, makasih juga..
Responden 5
Usia
Pendidikan
Lama Bekerja
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
X
Y
Y
: 28 Tahun
: SD
: 5 Tahun
: Rabu/ 22 November 2006
: 19.30 WIB
: Pasar Kembang
: Malem… gimana kabarnya mba?
: Baik.
: Lha mas gimana kabarnya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
X
Y
X
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
: Aku juga baek-baek aja kok mba.
: Kok jarang keliatan to mas?
: Iya e mba lagi banyak kegiatan soalnya..
: Gimana mba? Rame?
: Surabaya.
: Umurnya sekarang berapa?.
: 45 tahun.
: Disini kerja sudah berapa lama?.
:Aku kerja dari tahun 1995. Pertanyaannya kok kayak wartawan aja.
: Gak kok mbak cuma pingin latihan wawancara aja. He…….
: Lha dari tadi aku ditanya terus, sekarang giliranku nanya boleh gak?.
: Boleh aja.
: Mas-nya dari mana? Kuliahnya dimana?.
: Ak asli bali sekarang kuliah di Sanata Dharma.
: Ooo, berarti seumuran ama anakku yang paling besar.
: Mbak tau tentang antibiotika?.
: Gak tau.
: Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati infeksi. Contohnya
Amoksisilin, Ampisilin, penisilin, dll.Mbak pernah pakai gak?.
: Yang disebutkan sich aku gak pernah pakai. Aku cuma pakai Rimactane.
: Kapan pertama kali mbak pakai?.
: Sudah lama, aku lupa.
: Berapa kali dalam sehari mbak minum obat tersebut?.
: Gak tentu kadang 1-3 kali sehari. Kalo terima tamu dan terasa Nyess,
langsung aku minum. Kalo gak ya gak usah minum.
: Yang menyarankan minum obat tersebut siapa?.
: Diri sendiri, karena kalo pakai Rimactane kencing darahnya langsung
keluar.
: Kalo gak dapat Rimactane obat apalagi yang biasa mbak pakai?.
: Kalo rimactanenya habis ak beli Supertetra. Tapi hasilnya gak sebagus
Rimactane.
: Mbak tau tentang infeksi menular seksual?.
: Tau, kayak sifilis, AIDS khan?.
: Ya, Pernah terkena gak?.
: Pernah kayaknya, tapi aku lupa.Tapi bukan AIDS.
: Obat yang mbak pakai bisa tidak berkhasiat lagi, mbak tau gak?.
: Gak tau, biasanya kalo aku minum sembuh.
: Obat khan ada aturan pakainya, mbak tau gak?.
: Gak.
: Aturan pakai obat itu misalnya obat ini diminum sebelum atau sesudah
makan, 1 kali sehari, dll. Apa yang mbak lakukan kalo obat tersebut ada
aturan pakainya?.
: Aku gak pernah liat aturan pakai obat. Kalo sudah sembuh ya sudah. Obat
yang aku minum biasanya sebelum makan.
:Oooo.Selama minum obat tersebut pernah mengalami efek samping?.
: Gak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
X
Y
: Ok mbak aku mo keliling-keliling lagi. Terima kasih atas informasinya.
: Sama-sama. Semoga sukses.
Responden 6
Usia
Pendidikan
Lama Bekerja
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
X
X
Y
: 33 Tahun
: SD
: 3Tahun
: Senin/ 9Oktober 2006
: 20.30 WIB
: Pasar Kembang
: Halo mbak! Wah enak banget maemnya, Gimana kabarnya?
: Iya nih mbak,mumpung sepi makanya maem,Baik. Lha mbak Ririn sendiri
gimana
kabarnya?
: Aku juga baek-baek aja,Mbak, aku mau ngobrol-ngobrol bentar boleh
ngga?
: Boleh aja, mau ngobrolin apa?tapi tak sambi maem ya.
: Iya,Mbak sering sakit ngga?biasanya kalau sakit minum obat ngga?
: Jarang paling kalau ngga enak badanne tak minum jamu.
: Kalau antibiotik tahu ngga mbak?
: Ya Tahu. Di sinikan pada suka minum itu.
: Oh gitu toh mbak,trus mbak sendiri pake ngga? Kalau pakai pertama kali
pake
antibiotik tu kapan?
: Ya pake juga tapi ngga sering. Pertama kali pake ya sejak disini,ya ada 3
tahunan.
: Biasanya mbak minum obat tersebut waktu sakit aja atau piye?.
: Ya ngga tentu mbak, kadang kalau ada rasa-rasa yang aneh dibadan ya aku
minum,kalau ngga habis layani tamu,yang agak-agak gimana gitu..kayak
ngga
bersih gitu.
: Mbak minum antibiotik tahunya dari siapa? Temen, dokter apa sendiri?
: Tahu sendiri.
: Obatnya dapat dari mana?.
: Beli di Apotik,ya kadang ngecer di warung.
: Di warung ada mbak? Mbak pake antibiotik dengan merk apa?
: Ada,pake Binotal.
: Mbak pernah ganti yang lain ngga, kalau iya alasane apa?mbak ganti obat
antibiotik apa?
: Ngga mbak,soalnya dah cocok kok.
: Mbak tahu ngga tentang Penyakit Menular Seksual?
: Ngga tahu persisnya sih mbak tapi katanya penyakit itu aneh-aneh gitukan
mbak,
sampai ”anunya” bisa luka,ngga sembuh-sembuh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
: Iya,ada yang seperti itu, maaf sebelumnya ya mbak. Mbak sendiri pernah
ngga alamin penyakit demikian?
: Aku sih pernah ngerasa kalau kencing panas dan perih mbak.
: Trus mbak ngga ke GL? GL tiap selasa dan jumat mulai 15.30,kalau sakit
ke situ aja.Penyakit Menular Seksual itu lho mbak penyakit yang biasanya
ditularkan melalui hubungan seks. Contohnya Sipilis, GO, Klamidia, Kutu
Kelamin, dll.
Mbak kalau minum obat antibiotik biasanya berapa kali sehari?
: Ngga,Lain kali kalau sakit aku ke situ deh,Ya ngga tentu mbak,kadang
3x,2x malah Cuma 1x sehari.
: Berarti mbak dalam menggunakan obat antibiotik itu ngga berdasarkan
aturan pakenya ya?
: Iya,emang yang benar gimana to mbak?
: Kalau minum obat antibiotik tidak sama kayak minum obat flu biasa, yang
kalau udah sembuh berhenti.Harus ikut aturan pakenya misalnya aja 3x1
perhari dan
diminum ampe habis. Karena obatnya bisa ngga berkasiat atau ngga
manjur lagi. Mbak selama ini tahu ngga kalau antibiotika yang mbak pake
bisa menjadi tidak berkhasiat?.
: Gak tau, biasanya kalo aku minum sembuh kok.
: Trus selama pake antibiotik pernah ngga ngerasain efek samping yang
merugikan ( misalnya ; mual, muntah, atau pusing )
: Untungnya ngga pernah tuh mbak..
: Mbak kalau obat antibiotik yangn dipakai sudah tidak manjur gimana
dong?
: Ngga tahu trus gimana dong mbak?
: Ya solusinya bisa ganti antibiotik yang lain mbak, tapi mending mbak ke
dokter biar konsultasi ama dokternya.
: Iya..
: Mbak tahu tentang alat kontrasepsi ngga?
: Maksude seperti pil KB, kondomkan?
: Iya mbak bener banget..Trus pake kondomnya sering ngga mbak?
: Kadang-kadang aja, wong kadang tamu susah suruh pake kondom.
: Lho kok gitu mbak?
: Ya mau gimana lagi mbak, kalau ngga dapat duit ya ngga maem.
: Oh gitu, tapi emang mbak ngga takut tertular HIV/AIDS atau PMS ?
: Ya takut lah mbak,tapi mau gimana lagi dah resikonya.
: Makanya mbak sebisa mungkin usahakan pake kondom setiap melayani
tamu. Pintar-pintar mbaknyalah bujuk tamunya.
: Ya mbak Ririn...
: Wah ternyata dah lama ngobrolnya,makasih loh mbak dah mau ngobrol
ama saya..lain kali kalau ada yang mau ditanyain ya,ditanyain aja ya...aku
tak muter2 lagi
: Sama-sama..mbak Ririn..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Responden 7
Usia
Pendidikan
Lama Bekerja
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
: 40 Tahun
: SD
: 2 Tahun
: Sabtu/ 15 Oktober 2006
: 19.30 WIB
: Pasar Kembang
: Permisi mbak....masih ingat ama aku ngga?
: Mbak Ririnkan, Ada apa mbak?...mas Rizanya mana?
: Cuma mau maen aja kok mbak,itu lagi ngobrol di sebelah.Gimana
kabarnya mbak?
: Ya baik-baik aja mbak,bawa kondom ngga?
: Bawa,nih...mbak aku boleh nanya-nanya sebentar ngga?
: Mau nanya apa mbak?aku jadi takut
: Nanya tentang PMS dan antibiotik?.ngga usah tegang mbak,nyante aja.
: PMS?penyakit itu ya mbak?
: Iya Penyakit Menular Seksual mbak tahu ngga tentang obat antibiotik?
: Tahu dong, kaya amoksilin, binotal itu kan?
: Ya, trus kapan mbak pertama kali pake obat antibiotik itu?
: Ya sejak disini. Berarti dah 2 tahun ini.
: Mbak,sebelum disini dulu dimana?
: Aku dulu dagang di Solo kena tipu,trus kelilit utang ya terpaksa kerja
kayak gini,untuk bayar utang.
: Oh gitu,Trus seberapa sering atau kapan mbak pake obat antibiotiknya?
: Aku pake antibiotiknya setiap tiga hari sekali, pagi ama sore.
: Setiap tiga hari sekali mbak?
: Iya...
: Biasanya pake antibiotik apa mbak?
: Supertetra atau Binotal.
: Berarti pake dua macam antibiotiknya?
: Iya,kalau yang satu habis ya,yang satunya lagi.
: Trus biasanya dapet obat antibiotiknya dari mana mbak?
: Biasanya sich beli di apotik
: Mbak sebenarnya tahu, mengenai aturan pakai obat antibiotik yang benar
ngga?.
: Iya, waktu ke dokter pernah dikasih antibiotik juga,trus dokternya bilang
kalau minumnya harus habis dan minumnya harus sesuai aturan. Tapi aku
bandel kok mbak,minum sesuai keinginanku aja.
: Lha itu tahu kok minumnya malah gitu, emang mbak ngga tahu kalau
obatnya bisa ngga manjur lagi?
: Ga pernah tahu tuh mbak,soale pasti sembuh kok..kalau dari dokter
obatnya beda,tapi aku lupa namanya ngga tak habisin..soalnya dah enakan
dua hari gitu tak stop.
: Wah kalau saya jadi dokternya marah dong,,he3x tak kasih vitamin aja
soale mbak minum sesuka hati gitu,..apa ngga sayang duitnya dah berobat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
mahal-mahal malah ngga di minum obatnya. Tahu ngga mbak, obat
antibiotik tersebut dapat menjadi tidak berefek ngga manjur lagi, jika
penggunaannya tidak sesuai dengan aturan pakainya?
: Katanya sih gitu tapi aku slalu sembuh kok mbak...
: Iya mungkin sekarang, tapi kalau besok-besok ngga manjur gimana?
: Ya ganti obat lainnya,habis mau gimana lagi mbak ..takute kalau ngga
minum obat kena penyakit gituan.
: Kalau boleh saran ya mbak, obatnya diminum atas petunjuk dokter aja,
seperti yang mbak bilang tadi, trus kalau ngga sakit jangan minumlah
mbak..oh ya..minum tiap saat tidak menjamin terhindar dari penyakit PMS
mbak..,Selama ini pernah merasakan efek samping belum, selama pake
antibiotik itu?
: Belum.
: Mbak sendiri tahu tentang Penyakit Menular Seksual,tahunya piye
maksudnya sejelas apa?
: Ya Cuma tahu kalau kita kencing panas,keputihan bau, sakit waktu
berhubungan gitu..ama pernah dengar raja singa atau apa gitu...
: Penyakit Menular Seksual tu ya emang kaya gitu ya ada Sifilis, GO (
Gonnorhea), Klamidia dan masih banyak lagi.
: Selama mbak kerja disini keluhan-keluhan apa yang mbak pernah rasakan?
: Aku kalau kencing perih banget,trus kalau ada keputihan warna ampe ijoijo gitu trus agak bau,pernah juga habis berhubungan dengan tamu sakit
banget ampe tiga hari saya ngga kerja..
: Trus klo dah ngrasa kaya gitu biasanya apa yang dilakukan?
: Ya tak minumin antibiotik, biasanya terus sembuh.
: Mbak kalau masih sakit gitu mending ke GL, disana juga ada test lab. nya
juga. Selama ini setiap melayani tamu mbak pake kondom terus ngga?
: Kalo aku pake kondom ama tamu baru aja,tapi kalau ama tamu langganan
ngga..
: Loh kok gitu mbak?
: Ya..gimana tamunya malah bilang kamu kena penyakit ya..?
: Ya mbak harus bisa bujuk dan menjelaskan demi kebaikan bersama,baik
mbak ama tamunya..jangan lupa pake kondom ya,..besok-besok kalau aku
ke sini lagi aku bawain gambar-gambar ama informasi tentang penyakit
itu ya mbak...
: Iya,mbak tak usahain...
: Ya dah mbak mungkin segitu dulu ngobrol-ngobrolnya, aku masih harus
muter bagi-bagi kondom,kalau kelamaan Riza malah bisa ninggalin
aku...Makasih ya mbak..
: Ya sama-sama mbak..
Responden 8
Usia
Pendidikan
Lama Bekerja
Hari/ Tanggal
: 29 Tahun
: SD
: 3 Tahun
: Senin 6 November 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Waktu
Tempat
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
: 20.00 WIB
: Pasar Kembang
: Malam mbak, kok sepi sih mbak !!
: Malam juga mbak,iya nih pada lum pulang kemarin lebarankan pada
pulang kampung gitu...mbak sendiri juga baru kelihatan ke mana aja?
: He3x..aku juga liburan dong mbak,,,
: Mang liburan kemana?.
: Kalau pas hari raya aku ke Salatiga,masih ada saudara disana,trus kemarin
4 hari habis hari raya aku main ke Surabaya?
: Aku aslinya Jawa timuran loh mbak,aku dari Sidoarjo kmrn mampir ngga
ke Lapindo?itu dekat rumah saya..
: Oh,iya aku kemarin mampir kebetulan dari juanda ngga jauh-jauh banget
jadi sekalian..Maaf mbak aku lupa nama mbak siapa?Udah berapa lama
kerja di sini?
: Prihain mbak,Ya udah sekitar 3 tahunan lebih hampir 4.
: Mba, klo aku mau tanya-tanya sebentar boleh ga?
: Boleh aja, mau tanya apa mbak?
: Mau tanya tentang obat antibiotik dan Penyakit Menular Seksual (PMS),
tahu ngga mbak obat antibiotik itu apa?
: Jelas tahu dong mbak...
: Mba Atin sering ga pake antibiotik?
: Tiap hari..
: Tiap Hari mbak??Pertama kali pake antibiotik kapan mba?
: Sekitar 2 tahunan yang lalu..gara2nya saya badannya pegel2 ngga hilang2
gitu mbak.
: Trus alasan mba pake antibiotik tiap hari kenapa?
: Ya buat mencegah penyakit aja mbak,soalnya sejak itu trus ngga pegel2
lagi.
: Dulu yang menganjurkan minum antibiotik siapa mba? Dari diri sendiri,
temen atau dokter?
: Aku dulu minun antibiotik dikasih tau ma temen, ya waktu badannya ngga
enak ituloh mbak. katanya biar ga terkena penyakit.
: Biasanya beli antibiotiknya dimana mbak?
: Apotik.
: Kalau beli di Apotik bilangnya piye?
: Mbak minta,Amoksisilinnya..langsung dikasih biasa 10 biji.
: Trus dikasih tau ga sama apotiknya cara pake obatnya?
: Dikasih tau mas, pakenya 3 X sehari da harus dihabisin.
: Berarti seharusnya mbak tahu dong aturan pake obat gitu? Tapi kok minum
tiap hari?
: Ya..saya ngga terlau mengerti..kalau minum ya ampe habis 3x sehari
emang ngga boleh ya kalau minum tiap hari?
: Iya mbak,soalnya antibiotik itu bisa ngga berefek lagi loh ngga manjur
mbak apalagi kalau minumnya tiap hari dah gitu terus2 lagi selama 2
tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
: Oh jadi bisa kebal to mbak?
: Ya, betul sekali... Kalau beli antibiotik biasanya merk apa mbak?
: Ya itu tadi Amoksisilin..
: Oh iya,pernah ngga mbak merasakan efek samping selam pake antibiotik?
: Ngga pernah tuh mbak...
: Kalau Penyakit Menular Seksual tahu ngga mbak?
: Tahu..dong aku pernah ikut penyuluhan
: Apa coba?
: Ya kaya sifilis,GO gituka?
: Ya, benar banget tapi ngga cuma itu mbak masih,banyak termasuk
HIV/AIDS, Klamidia, Kutu Kelamin, dll. Selama kerja disini pernah ngga
mbak mengalami gejala-gejala penyakit seperti yang udah tak jelasin tadi?
: Lum pernah,Cuma pegel2 gitu..
: Trus mbak tahu, alat kontrasepsi itu apa?
: Tahu..
: Apa Dong?
: Ya kaya kondom, pil KB, suntik KB..
: Betul.
: Lha mbak Atin pake yang mana? pake kondom terus ngga?
: Slalu mbak,aku takut banget..
: Bagus,mang tamunya mau?
: Ngga semua mau,tapi tak paksa..aku bilang kalau pake kondom pasti
aman..
: Itu sikap yang bagus banget pertahankan ya mbak. demi kesehatan
smuanya jadi tamu ama mbak ngga rugi dua-duanya. Ya udah klo gitu aku
tak pamit pulang dulu ya mba, udah malam aku dah ngantuk.. Makasih
banyak atas informasinya dan jangan lupa pake kondomnya ya mbak!!!
: Ya, makasih juga ya mbak,hati-hati di jalan...
Responden 9
Usia
Pendidikan
Lama Bekerja
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
X
Y
X
Y
: 27Tahun
: SMA
: 5 Tahun
: Selasa 14 November 2006
: 20.30WIB
: Pasar Kembang
: Hallo mbak, gmn kabarnya?
: Baik, kemarin sakit ya mbak,mas Riza bilang gitu soalnya mas Riza turun
sendiri?
: Iya mbak waktu pulang dari sini kehujanan deras banget yang malammalam banget itu mbak,yang lampunya mati..dah nunggu hujan ampe
malam eh malah tetap kena pas plngnya,aku nyampe rumah jam 24.30
rekor mbak plng malam,besoknya demam deh ampe tiga hari.
: Kasihan banget mbak?jaga kesehatan ya mbak..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
X
: Mbak Nia,aku mau nanya2 boleh ngga mbak,..tapi sekarng kita ngobrol
tentang Antibiotik ama Penyakit Menular Seksual aja ya,,,masalah hukum
kemarin,aku lagi nanya temanku soalnya aku ngga ngerti masalah
pengaduan kekerasan rumah tangga gitu..yang jelas hasil visum dokter
kemarin disimpan biar jadi barang bukti ke kepolisian.
Y
:Iya,mbak thx perhatiannya..iya mbak mau nanya apa.
X
: Tanya tentang obat antibiotik, mbak tahu? Antibiotik itu apa?
Y
: Tahu.
X
: Biasanya pake antibiotik seberapa sering mbak?
Y
: Ya kalau pas sakit aja...
X
: Berarti kalau sakit berobat di dokter gitu baru di kasih obat..?Tahu ngga
mbak biasanya dokter kasih antibiotik apa?
Y
: Iya,wah aku ngga ingat obatnya apa mbak soalnya kalau sakit obat dari
dokter beda2 antibiotiknya..
X
: Oh gitu,mang waktu itu mbak Nia sakit apa?
Y
: Biasanya Cuma radang tenggorokan ama kalau kencing perih ama panas
itu mbak..
X
: Trus sampe sekarang masih rutin ke dokternya?
Y
: Ya kalau Cuma sakit aja..katanya dokternya obat antibiotik harus minum
ampe habis,harus ikut aturannya katanya bisa kebal, jadi saya pasti ikuti
semua petunjuk dokter takut mbak kalau kena aneh2,dulu pernah suntik
antibiotik ikut-ikut teman tapi ya dah ngga lagi..
X
: Emang yang benar seperti itu...Pernah rasa efek sampingnya ngga mbak
dari obat antibiotik?
Y
: Ngga pernah..
X
: Trus mbak pencegahan Penyakit Menular Seksual pake apa?ituloh
penyakit yang pernah aku jelasin waktu itu...
Y
: Iya aku ingat yang ada GO,Sifilis,HIV/ADIS jugakan mbak? Aku kadang
Cuma minum jamu untuk jaga kesehatan yamg pahit-pahit itulah mbak..
X
: Wah ternyata mbak Nia masih ingat...kalau kontrasepsi tahukan mbak?
Y
: Jelas dong mbak,ya salah satunya kondom inikan..aku balik naya nih
mbak, katanya ada kondom perempuan ya mbak?gmn tuh udah ad lum di
Indonesia?
X
: Wah Mbak Nia pengetahuannya bagus, emang tahu dari mana?Iya emang
ada klo di INA sendiri aku lum tahu udah masuk lum, tapi setahuku
harganya masih mahal..kemarin dari GL sendiri ngajuin bantuan ke WHO
untuk diperbantukan kondom cewek tuh,lumyankan kalau bisa
dapat...Mbak Nia sendiri slalu pake kondom ngga?
Y : Ya udah pastilah mbasaya slalu pake kondom. Sayakan punya anak masih
kecil kalau saya sakit trus anak saya nanti gimana coba..saya suka baca
mbak jadi tahu tentang informasi tadi.
X
: Itu bagus banget mbak...emang tamu ngga pernah nolak...?
Y
: Itu dah komitmen awal mbak jadi kalau dia ngga mau ya udah,yang jelas
saya tetap pake kondom. Makanya kalau ada kondom cwek tambah enak
ya mbak..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
X
Y
: Iya,setahuku bisa di cuci lagi jadi ngga sekali pake.Mbak makasih ya dah
mau ngobrol banyak dengan saya,aku pulang ya mbak dah malam
nih,takut kehujanan lagi..
: Ya.. mbak hati2..ya jagan sakit lagi ya..
Responden 10
Usia
Pendidikan
Lama Bekerja
Hari/ Tanggal
Waktu
Tempat
: 37Tahun
: SMA
: 5 Tahun
: Minggu /29 November 2006
: 15.30 WIB
: Pasar Kembang
X
: Sore mbak… gimana kabarnya mbak?
Y
: Baik..kok tumben sore2 mbak?mbak sendiri gimana kabarnya?
X
: Aku juga baek-baek aja kok mbak, tadi iseng kayaknya kalau jalan sore2
enak..
X
: Kalau sore ternyata sepi ya mbak?
Y
: Iya pada tidur...
X
: Ini ganggu ngga mbak,soalnya aku mau nanya2 tentang obat antibiotika
ama Penyakit Menular Seksual..?
Y
: Ya ngga mbak,wong lagi nyante..
X
: Disini kerja sudah berapa lama?.
Y
:Aku kerja disini dah ada 5 tahunan gitu..
X
: Mbak tau tentang antibiotika?.
Y
: Aku ngga tahu banget…
X
: Antibiotika dapat digunakan untuk mengobati infeksi Contohnya
Amoksisilin, Ampisilin, penisilin, dll.Mbak pernah pakai gak?.
Y
: Oh itu,aku pake Amoksisilin..
X
: Kapan pertama kali mbak pakai?.
Y
: Sudah lama, aku lupa.
X
: Berapa kali dalam sehari mbak minum obat tersebut?.
Y
: Wah kalau itu ngga pasti asal badan sakit atau ngga enak tak minum aja..
tapi kadang sebulan tiga kali,ya suka-suka deh mbak..
X
: Yang menyarankan minum obat tersebut siapa?.
Y
: Diri sendiri.
X
: Cuma obat itu atau obat apalagi yang biasa mbak pakai?.
Y
: Kadang Supertetra.. kalau Amok ngga ada..
X
: Mbak tau tentang Penyakit Menular Seksual?.
Y
: Tau, kayak sifilis, AIDS khan?.
X
: Ya, Pernah terkena gak?.
Y
: Pernah kayaknya, tapi aku lupa.Tapi bukan AIDS.
X
: Obat yang mbak pakai bisa tidak berkhasiat lagi, mbak tau gak?.
Y
: Gak tau, biasanya kalo aku minum sembuh.
X
: Obat khan ada aturan pakainya, mbak tau gak?.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Y
X
Y
X
Y
X
Y
X
Y
: Gak.
: Aturan pakai obat itu misalnya obat ini diminum sebelum atau sesudah
makan, 1 kali sehari, dll. Apa yang mbak lakukan kalo obat tersebut ada
aturan pakainya?.
: Aku gak pernah liat aturan pakai obat. Kalo sudah sembuh ya sudah. Obat
yang aku minum biasanya sebelum makan.
:Oooo.Selama minum obat tersebut pernah mengalami efek samping?.
: Gak pernah tuh.
: Kalau kondom selalu pake ngga mbak? Itu alat kontrasepsi itu mbak..
: Kalau itu pasti dan slalu krn aku paling takut ama penyakit2 itu..
: Bagus dong mbak,ya dah mbak aku pamit pulang dulu ya..dah sore nih..
: Ya sam-sma mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
BIOGRAFI PENULIS
Penulis mempunyai nama lengkap Yulia Ratika
Siwi dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 4 Juli
1985. Putri pasangan Bapak Endro Kismolo, S.T
dan Ibu Widhiati, B.Sc. ini terlahir sebagai anak
kedua dari dua bersaudara. Penulis mengawali masa
pendidikannya di TK Retno Ningrum Sidoarum
Yogyakarta.
Penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD BOPKRI Gondolayu
Yogyakarta lulus pada tahun 1997. Menempuh pendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama di SLTP Negeri 3 Yogyakarta, lulus pada tahun 2000. Kemudian
melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 9 Yogyakarta hingga lulus pada tahun
2003. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta (2003-2007). Selama menempuh kuliah, penulis yang gemar
melakukan pengabdian masyarakat ini juga aktif sebagai asisten praktikum antara
lain praktikum Farmasi Fisika, FTS Solid, Bioanalisis, Biofarmasetika, dan
Patologi Klinik. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti
TITRASI 2004 dan 2005, Koordinator Sie. Acara PMK Apostolos periode 20042005, Penganbilan Sumpah Apoteker 2005, PIMFI 2005, dan Workshop Student
Centered Learning 2007.
Download