BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN

advertisement
14
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN KERANGKA PIKIR
1. Kajian Teori
A. Pembelajaran Sejarah
1. Pengertian Sejarah
Sejarah berasal dari bahasa Arab yakni Syahjaratun yang artinya
pohon atau keturunan dari asal-usul yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa
Melayu yakni Syajarah yang berkembang menjadi kata Sejarah dengan
berbagai makna antaralain : keturunan, silsilah, riwayat, babad, tambo, dan
tarikh (Widja, 1988:6). Sedangkan jika ditinjau dari bahasa Inggris, sejarah
merupakan terjemahan dari kata History yang diadopsi dari bahasa Yunani
yakni istoria yang berarti ilmu. Historia berarti informasi atau penelitian yang
ditujukan untuk memperoleh kebenaran. (Kochhar, 2008 : 1).
Menurut Collingwood (1966 : 21) sejarah merupakan sejenis bentuk
penyelidikan atau suatu penyiasatan tentang perkara-perkara yang telah
dilakukan oleh manusia pada masa lampau. Untuk melakukan penyelidikan
terhadap perkara yang dilakukan manusia pada masa lampau, Collingwood
mengembangkan hermeneutika yang jelas dan sederhana, yakni menetapkan
perbedaan antara pengkajian sejarah dan ilmu-ilmu eksata. Perbedaan tersebut
terletak dalam kenyataan bahwa seorang peneliti sejarah tidak hanya
berurusan dengan kelakuan lahiriah objek penelitiannya melainkan juga
kelakuan batin yang dialami yang tidak dapat diamati serta mendasari
kelakuan lahiriah. Ditambahkan pula oleh Collingwood dalam bukunya The
15
Idea of History mengungkapkan bahwa filosofi sejarah tidak terlibat dengan
masa lalu itu sendiri ataupun pemikiran sejarahwan tentang masa lalu itu
sendiri, tetapi dengan dua hal dalam hubungan bersama. Masa lalu yang
dipelajari sejarahwan bukanlah bukanlah masa lalu yang telah mati, tetapi
masa lalu yang dalam sejumlah arti masih hidup di masa kini, namun tindakan
atau kejadian yang terjadi di masa lalu sudah mati, dengan kata lain tidak
bermakna
bagi
sejarahwan,
kecuali
memahami
pemikiran
yang
dibelakangnya. Kesimpulannya, sejarah adalah reka ulang pemikiran yang
sedang dipelajari sejarahwan dalam pikirannya sendiri (Carr 2014 : 23).
Sejarah sebagai ilmu yang ditujukan untuk memperoleh kebenaran
tentu saja memiliki sasaran dan objek yang menjadi kajian. Oleh karena itu,
objek sejarah adalah manusia dan hubungannya dengan lingkungan. Djoko
Suryo (1991 : 4) menjelaskan bahwa sejarah adalah suatu ilmu yang
mempelajari proses perubahan hidup manusia dan lingkungannya dalam suatu
dimensi ruang dan waktu. Disadari atau tidak, disengaja atau tidak, langsung
atau tidak langsung masa lampau senantiasa menjadi memori yang akan
memberikan pengalaman, pembelajaran, kesan dan peringatan bagi manusia
dalam bersikap dan beraktivitas di masa kini dan masa akan datang. Sejarah
merupakan pelajaran dan pengalaman yang dapat membimbing hidup manusia
ke arah yang lebih baik dalam arti bahwa hidup manusia selalu berada dalam
tataran sejarah.
Rowse (2014 : 14) mengungkapkan sejarah adalah tentang kelompok
masyarakat, dan proses bagaimana menjadi seperti itu. Mengetahui seperti
16
masyarakat di masa lalu dan evolusi mereka memberi petunjuk perihal faktorfaktor yang mengendalikan mereka, pergerakan dan kekuatan yang
menggerakkan mereka, motif dan konflik baik umum maupun personal yang
membentuk berbagai peristiwa, dan sejarah merupakan kajian yang terkait
dengan sifat manusia sepanjang waktu. Ditambahkan pula oleh Rowse,
sejarah pada dasarnya merupakan catatan kehidupan manusia di masyarakat
dalam lingkungan geografi dan fisik mereka.
Sedangkan menurut Notosusanto (1990 : 2) sejarah mempunyai dua
pengertian yaitu : sejarah sebagai kisah dari peristiwa masa lampau dan
sejarah sebagai kisah dari peristiwa – peristiwa itu. Sejarah adalah dialog yang
berkelanjutan antara masa kini dan masa lampau untuk memahami dan
merencanakan masa yang akan datang dan untuk menjamin mutu dialog,
setiap sumber harus dibaca, diteliti, dan dipelajari.
Hakikat sejarah menurut Suhartono W. Pranoto (2010 : 2-5) terdiri
atas 5 yakni:
1) Sejarah Sebagai Ilmu Pengetahuan
Sejarah adalah ilmu pengetahuan dari subjek yang defenitif diisyaratkan
oleh metode yang bebas dan teratur atau proses dan diatur dalam
ketententuan yang dapat diterima.
2) Sejarah adalah penyelidikan
Sejarah adalah penyelidikan akan bukti-bukti atau fakta-fakta dari sebuah
peristiwa sehingga bukti-bukti atau fakta-fakta yang dikumpulkan adalah
sumber dan bukti atau fakta yang authenticity, credible dan reliability.
17
3) Sejarah dalam bentuk catatan dan peninggalan
Masa lampau dapat diketahui dari peninggalan berupa tulisan (history as
record) dan benda-benda peninggalan (history as remind).
4) Sejarah sebenarnya masa lampau
Sejarah menekankan pada kegiatan manusia atau aktivitas social manusia
yang signifikan.
5) Sejarah mempelajari keunikan
Sejarah mempelajari keunikan karena adanya ruang dan waktu. Kejadian
atau peristiwa hanya terjadi pada tempat tertentu dan waktu tertentu.
Dari berbagai pandangan tentang pengertian sejarah di atas, dapat
disimpulkan bahwa Sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang peristiwa yang berhubungan dengan aktivitas sosial, politik, ekonomi,
dan budaya pada masa lampau yang terjadi dalam ruang dan waktu tertentu
serta unik dan mempunyai pengaruh yang signifikan. Oleh karena itu dengan
mempelajari sejarah orang dapat berpikir kritis dan analitis dalam menghadapi
persoalan kehidupan khususnya bagi perserta didik.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran kata dasarnya adalah belajar. Menurut Sudjana dalam
Rusman (2014:1) merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami
sesuatu. Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup. Belajar memiliki tujuan terhadap
perubahan tingkah laku dalam diri. Perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut perubahan yang bersifat kognitif (pengetahuan) dan keterampilan
18
(psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Pembelajaran atau learning oleh Klien (1996 : 2) didefenisikan sebagai “an
esperimental process resulting in a relatively permanent change in behavior
that can not be temporary state, maturation, or innate response tendencies”.
Defenisi tersebut memiliki tiga komponen yaitu : pembelajaran mengarahkan
pada tingkah laku, perubahan perilaku tersebut lebih karena proses dalam
pembelajaran, perubahan perilaku merupakan pertanda meningkatnya usia
kematangan seseorang.
Pembelajaran memiliki tujuan terhadap perubahan tingkah laku, juga
diartikan sebagai suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang
saling berhubungan antara satu dengan yang lain sehingga tujuan dari
pembelajaran itu sendiri dapat tercapai. Rusman, (2014:1) menyebutkan
komponen-komponen tersebut antaralain tujuan, materi, metode, dan evaluasi.
Jadi pembelajaran merupakan sistem yang terdiri dari beberapa komponen
yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya sehingga tujuan
dari pembelajaran dan pendidikan pada umumnya dapat tercapai.
Saylor (Mulyasa, 2006 : 246) mengatakan bahwa “instruction is thus
implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving
teaching in the sense of student, teacher interaction in an educational
setting”. Pembelajaran merupakan implementasi dari perencanaan yang
disusun berdasarkan kurikulum. Pembelajaran merupakan kegiatan yang
dilaksanakan oleh peserta didik dan guru dengan berbagai fasilitas, materi,
19
dan prosedur tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam
kurikulum.
Dari penjelasan para ahli tentang pembelajaran diatas, jadi
pembelajaran dapat disimpulkan sebagai suatu kegiatan atau tindakan secara
sengaja yang terdiri dari beberapa komponen yang tidak terpisahkan serta
memiliki tujuan yaitu perubahan tingkah laku pada peserta didik baik dari
aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dari pembelajaran tersebut maka guru perlu merancang
perencanaan
berdasarkan
kurikulum,
dan
strategi
serta
pendekatan
pembelajaran yang baik dan tepat.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru dituntut untuk
mengatur lingkungan sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yakni
perubahan dalam diri peserta didik yakni perubahan dari aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif. Suparman (1996:157) pembelajaran memiliki ciriciri antaralain : (1) merupakan upaya sadar dan disengaja, (2) pembelajaran
harus membuat siswa belajar, (3) tujuan harus dibuat terlebih dahulu sebelum
kegiatan dimulai, dan (4) pelaksanaannya terkendali, baik isinya, waktu,
proses, maupun hasilnya. Oleh karena itu, sebelum melaksanakan kegiatan
pembelajaran guru hendaknya telah merancang dan merencanakan strategi
atau pendekatan pembelajaran yang baik dan tepat sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Strategi atau pendekatan pembelajaran adalah
kegiatan yang dipilih guru dalam proses belajar mengajar yang dapat
20
memberikan kemudahan kepada siswa menuju tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.
Pembelajaran sejarah pada dasarnya merupakan proses pendidikan
secara umum diartikan sebagai usaha untuk mengembangkan daya manusia
supaya dapat membangun dirinya bersama masyarakat dan lingkungannya.
Atno (2010 : 93) menyatakan bahwa dalam suatu pembelajaran, di dalamnya
dapat terintegrasi dengan materi lain. Sebagai bahan acuan, dapat
dipergunakan berbagai sumber sejarah yang ada di lingkungan sekitar,
sehingga siswa aktif mencari sumber yang diperlukan. Siswa dilatih untuk
menjalin komunikasi dan berdiskusi dengan teman, orang lain atau
masyarakat sekitar sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator. Guru
sejarah harus dapat mengembangkan materi ajar sejarahnya.
Pembelajaran
yang
mendorong
siswa
agar
dapat
mencari,
menangkap, mengelola serta memanfaatkan informasi perlu segera dirintis.
Siswa harus mencari dan menangkap informasi, karena dengan mengetahui
suatu informasi dapat meningkatkan kualitas hidup siswa. Pembelajaran
sejarah dapat dikaitkan dengan pengertian kegiatan belajar oleh Nana Sudjana
(2005 : 29) yaitu upaya pendidik untuk membantu agar peserta didik
melakukan kegiatan belajar sejarah dengan baik, karena kegiatan belajar yang
terjadi pada diri peserta didik merupakan akibat dari kegiatan pembelajaran
yang dilakukan di sekolah.
Setiap individu pada dasarnya memerlukan sejarah, hal ini bisa
ditinjau dari kebutuhan hidup manusia. Menurut Maslow (1992 : 77), salah
21
satu dari kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan rasa ingin tahu. Sejarah
merupakan salah satu kebutuhan manusia sebagai sarana pendidikan. Rasa
ingin tahu akan membentuk seseorang berpikir kritis dan menambah
pengetahuan akan sesuatu yang dikritisi. Dalam hal ini, peran guru sejarah
sangat diutamakan dengan memanfaatkan sarana dan fasilitas serta yang
terpenting memanfaatkan sumber belajar guna menjawab persoalan yang
dibahas. Selain itu juga bahwa kemampuan guru dalam mengolah bahan ajar
dan memanfaatkan sumber belajar yang ada di sekitar kehidupan peserta didik
sangat penting. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat belajar secara
mandiri dan mampu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sejarah yang
didasarkan pada situasi dunia nyata, dan mendorong sisiwa untuk
menghubungkan pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari - hari.
Inti sejarah adalah manusia. Maka pelajaran sejarah adalah
memperkenalkan kehidupan dan peristiwa masa lampau serta manusia yang
pernah berjuang dan perjuangannya kepada peserta didik. Perkenalan ini
dilakukan oleh guru. Oleh karena itu, tujuan pelajaran dapat dicapai bila guru
dapat menghidupkan dan menyelami makna tersebut.
3. Tujuan pembelajaran sejarah
Kochhar (2008 : 50) menjelasakan bahwa tujuan instruksional dalam
pembelajaran sejarah di pendidikan menengah adalah untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, pemikiran kritis, keterampilan praktis, minat,
perilaku, dalam diri peserta didik. Aspek Pengetahuan, Siswa harus
22
mendapatkan pengetahuan tentang sejarah, sehingga dapat mengingat,
mengenali, menunjukkan dan membaca tentang istilah, konsep, fakta,
peristiwa, simbol, gagasan, perjanjian, problem, kronologi yang berkaitan
dengan peristiwa sejarah. Aspek Pemahaman Siswa harus mengembangkan
pemahaman
tentang
menggambarkan,
sejarah
sehingga
membandingkan,
mampu
mengklasifikasikan,
menjelaskan,
membedakan,
mengidentifikasi, menyusun, mendeteksi, dan menarik kesimpulan dari
berbagai materi sejarah. Aspek Pemikiran Kritis, Pembelajaran sejarah harus
membuat siswa mampu mengembangkan pemikiran kritis sehingga dapat
mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, mengumpulkan bukti,
menyelidiki, menyeleksi bukti dan fakta yang relevan, menciptkan hubungan
dan menyusun fakta, menarik kesimpulan, memberikan argument, dan
memverifikasi kesimpulan. Aspek Keterampilan pratktis, Pembelajaran
sejarah harus membuat siswa mampu mengembangkan keterampilan praktis
dalam memahami fakta-fakta sejarah. Aspek Minat, Pembelajaran sejarah
harus membuat siswa mampu mengembangkan minatnya dalam studi tentang
sejarah. Aspek Perilaku, Pembelajaran sejarah harus membuat siswa mampu
mengembangkan perilaku sosial yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Dari enam tujuan instruksional pembelajaran sejarah di atas,
kesimpulanya adalah pembelajaran sejarah bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, serta menanamkan nilai-nilai yang terkandung
dalam peristiwa sejarah sehingga dapat menjadi acuan dalam kehidupan dan
menata masa depan.
23
Tujuan terpenting pembelajaran sejarah adalah seseorang dapat
meningkatkan pemahaman mendalam baik terhadap masa lalu maupun masa
depan dengan melalui hubungan timbal balik antara keduanya. Burckardt
dalam (Carr, 2014 : 71) sejarah mempunyai fungsi ganda, artinya bahwa masa
lalu hanya dapat kita pahami dari sudut pandang masa kini, dan kita dapat
benar-benar memahami masa kini hanya dari sudut pandang masa lalu serta
memungkinkan manusia memahami masyarakat masa lalu dan meningkatkan
penguasaannya terhadap masyarakat masa kini. Arti dari penjelasan Burckardt
bahwa tujuan dari pembelajaran sejarah yakni manusia dapat memahami
kehidupan masa lampau dengan melihat kehidupan yang sedang dijalani saat
ini atau dengan kata lain bahwa kehidupan masa lampau berdampak pada
kehidupan yang sedang dijalani saat ini.
Mendukung pernyataan tentang tujuan pembelajaran sejarah diatas
adalah penjelasan Sartono Kartodirjo (1982 : 256) bahwa sejarah nasional
memberikan inspirasi bagi generasi muda agar tercipta aspirasi dan idealisme
untuk menghadapi masa depan dengan penuh gairah dan penuh tanggung
jawab serta mengabdi kepada nusa dan bangsa. Dalam menjalani kehidupan
berbangsa dan bernegara, sejarah memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Hal
ini dikarenakan orang dapat memikirkan masa depan diri sendiri dan masa
depan bangsanya selalu mengacu pada sejarah bangsa. Sehingga sejarah
bangsa memberikan inspirasi dan semangat serta tanggung jawab dalam
membangun bangsa.
24
Sejarah menggembleng jiwa manusia menjadi kuat dan tahan dalam
menghadapi teror dan kekacauan dalam kehidupan kita (Sartono Kartodirjo,
2014:24). Sehingga tujuan pembelajaran sejarah yaitu agar peserta didik dapat
mengetahui dan memahami perjalan kehidupan dan peristiwa pada masa
lampau guna menghadapi dan mengatasi persoalan-persoalan yang sedang
dihadapi dan menata masa depan yang lebih baik serta bertujuan agar peserta
didik dapat menyadari bahwa hidup mereka saat ini adalah karena jasa para
pahlawan bangsa yang telah memperjuangkan kemerdekaan. Oleh karena itu,
para guru sejarah diharapakan dapat mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai
dan kesadaran akan sejarah bangsa ini bagi peserta didik. (Gunawan, 2013 : 1)
4. Manfaat Pembelajaran Sejarah
Manfaat pembelajaran secara rinci yang diungkapkan oleh Tri
Widiarto (2008 : 18-19) antara lain: Manfaat edukatif, manfaat inspiratif,
rekreatif, instruktif, dan kewaspadaan. Manfaat edukatif yang dimaksudkan
adalah sejarah bisa memberikan kearifan dan kebijaksanaan bagi yang
mempelajarinya. Atas dasar itu pula bisa ditunjukkan bahwa sejarah yang
mengarahkan perhatiannya terutama pada masa lampau tidak bisa lepas dari
masa kekinian, karena semangat yang sebenarnya dari kepentingan
mempelajari sejarah ialah masa kekinian. Manyadari manfaat edukatif dari
sejarah berarti sejarah yang penuh arti memiliki nilai-nilai dapat dimanfaatkan
untuk memotivasi dan memecahkan masalah-masalah dewasa ini selanjutnya
untuk merealisasikan harapan dan tujuan di masa yang akan datang.
25
Manfaat inspiratif, Belajar sejarah pada satu sisi dapat dimengerti
untuk mendapatkan ide-ide maupun konsep-konsep yang langsung berguna
bagi pemecahan masalah-masalah di masa kini, dan juga untuk mendapatkan
inspirasi ilham dan semangat untuk mewujudkan identitas sebagai suatu
bangsa yang besar. Teladan para pahlawan perlu dihargai karena mengilhami
dalam menghadapi masa kini.
Manfaat rekreatif, menunjuk pada nilai-nilai estetis dan sejarah.
Keindahan itu tampak pada tokoh-tokoh dan peristiwa sejarah, karena sejarah
dapat memberikan kesenangan estetis, karena bentuk dan susunan
peristiwanya. Dengan mempelajari sejarah, seseorang dapat menerobos batas
waktu dan ruang atau tempat yang jauh untuk mengikuti berbagai peristiwa
masa lampau.
Manfaat instruktif, lebih dihubungkan dengan fungsi sejarah dalam
menunjang bidang-bidang kejuruan dan keterampilan. Sejarah yang
menyangkut penemuan-penemuan diperlukan bagi usaha memperjelas
prinsip-prinsip kerja tertentu yang tidak jarang berkembang dari satu
penemuan yang sederhana yang akhirnya sampai pada taraf perkembangan
yang canggih.
Manfaat kewaspadaan, manfaat sejarah juga yakni mendidik orang
atau bangsa menjadi waspada, arif, dan bijaksana. Mempelajari kisah sejarah
manusia akan menjadi dewasa dan waspada dalam menghadapi problem dan
tantangan-tantangan baik dari dalam maupun dari luar yang dapat
menghancurkan ketutuhan bangsa Indonesia.
26
Dari kelima manfaat pembelajaran sejarah di atas, pada dasarnya
adalah melalui sejarah, nilai – nilai masa lampau dapat dipetik dan dapat
dimanfaatkan untuk masa kini dan menata masa depan. Tanpa masa lampau,
manusia tidak dapat membangun ide – ide tentang konsukuensi dari yang
telah dilakukan. (Widja, 1989 : 101).
5. Kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum
yang bersifat operasional dan dilaksanakan di masing-masing tingkat satuan
pendidikan. Hal ini senada dengan pengertian kurikulum KTSP oleh Mulyasa
(2006 : 20) bahwa KTSP adalah suatu ide tentang pengembangan kurikulum
yang diletakkan pada posisi yang paling dekat dengan pembelajaran yakni
sekolah dan satuan pendidikan. Mulyasa menjelaskan bahwa KTSP terdiri
dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kelender pendidikan, dan silabus.
Tujuan pendidikan tertentu dalam hal ini adalah tujuan pendidikan
nasional yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum
seharusnya
disusun dan dikembangkan oleh masing-masing satuan
pendidikan agar sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah,
sekolah dan peserta didik masing-masing satuan pendidikan.
Landasan hukum kurikulum ini yaitu Undang-Undang Sisdiknas No.
20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Kurikulum tingkat satuan pendidikan disusun oleh
27
masing-masing sekolah dengan mengacu pada Standar Kompetensi Kelulusan
dan Standar Isi untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Kurikulum yang digunakan oleh SMA Negeri 2 Ende saat ini adalah
kurikulum KTSP yang disusun dan dikembangkan serta dilaksanakan dalam
satuan pendidikan. KTSP yang dikembangkan di SMA Negeri 2 Ende
mengacu pada UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 36 yaitu :
1) Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
2) Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip diversivikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi
daerah, dan karakteristik peserta didik.
3) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi
lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat
oleh BSNP.
Sesuai dengan tujuan pendidikan menengah yaitu meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut, maka SMA Negeri 2
Ende mengembangkan KTSP dengan mengacu pada tujuan tersebut. Struktur
KTSP pada jenjang pendidikan menengah tertuang dalam standar isi yang
dikembangkan dari kelompok mata pelajaran. Muatan KTSP meliputi
28
sejumlah mata pelajaran yang cakupan dan kedalamannya merupakan beban
belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan.
Mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 2 Ende diberikan dengan
alokasi waktu sesuai dengan standar isi yakni 3 jam pembelajaran per minggu
dan diselenggarakan sesuai dengan standar isi KTSP yang meliputi aspekaspek sebagai berikut :
1) Prinsip dasar ilmu sejarah
2) Peradaban awal masyarakat dunia dan Indonesia
3) Perkembangan negara-negara tradisional di Indonesia
4) Indonesia pada masa penjajahan
5) Pergerakan kebangsaan
6) Proklamasi dan perkembangan Negara kebangsaan Indonesia.
Dari aspek-aspek tersebut, kemudian dikembangkan lagi ke dalam
silabus yang meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikatorindikator. Pengembangan silabus diberikan secara penuh kepada guru mata
pelajaran dan guru mengembangkan indikator-indikator sesuai dengan
kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
Evaluasi pembelajaran dalam KTSP menggunakan penilaian yang
meliputi 3 (tiga) aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Namun untuk
pelajaran sejarah, penilaian hanya pada 2 aspek saja yakni aspek kognitif dan
afektif. Dalam melakukan penilaian terhadap keadaan belajar siswa,
menggunakan beberapa teknik penilaian. Penggunaan berbagai teknik
penilaian harus disesuaikan dengan tujuan melakukan penilaian, waktu yang
29
tersedia, sifat tugas yang dilakukan peserta didik, dan banyaknya materi yang
telah disampaikan.
Menurut Safari (2008 : 48) teknik penilaian dalam kurikulum KTSP
yang dapat digunakan oleh guru adalah:
1) Teknik penilaian melalui tes
a. Tes lisan
Tes lisan yakni tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan tanya
jawab secara langsung guru dan peserta didik.
b. Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab oleh peserta
didik dengan memberikan jawaban tertulis.
c. Tes perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan secara lisan
atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan
atau penampilan.
2) Teknik penilaian melalui pengamatan atau observasi
Teknik pengamatan atau observasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh guru untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik dengan cara
mengamati
tingkah
laku
dan
kemampuannya
selama
kegiatan
pembelajaran berlangsung.
3) Teknik penilaian melalui wawancara
Teknik wawancara diperlukan oleh guru dengan tujuan mengungkapkan
atau mengejar lebih lanjut hal-hal yang dianggap guru kurang jelas
30
informasinya. Teknik wawancara ini juga digunakan sebagai alat untuk
menelusuri kesukaran yang dialami peserta didik tanpa ada maksud untuk
menilai.
B. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
1. Pengertian Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and
Learning)
Dalam proses pembelajaran begitu banyak pendekatan yang
digunakan agar mencapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Belajar akan
lebih bermakna jika peserta didik mengalami situasi dan pengalaman belajar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2006 : 253) bahwa pendekatan
kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
untuk dapat menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkan
dengan situasi dunia nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Menurut Depdiknas menyatakan bahwa Contextual Teaching and
Learning adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi yang diajarkan dengan situasi nyata dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan di sekitarnya.
Sementara itu Howey R. Keneth, mendefenisikan CTL adalah
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa
menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai
konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat
31
simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama. (Rusman, 2014
: 190).
Pembelajaran kontekstual sebagai suatu model pembelajaran yang
memberikan fasilitas kegiatan belajar siswa untuk mencari, mengolah, dan
menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkrit (terkait dengan
kehidupan nyata) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba,
melakukan, dan mengalami sendiri. Dengan demikian pembelajaran tidak
dilihat dari sisi hasil pembelajaran itu sendiri, melainkan proses.
Dalam pembelajaran dengan model CTL (Contextual Teaching and
Learning) menurut Rusman (2014 : 193-197) terdapat 7 prinsip dasar yang
harus dikembangkan oleh guru antara lain:
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir dalam CTL, yaitu bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas. Oleh karena itu guru dituntut
kemampuan untuk membimbing siswa membangun pemahaman dan
mendapatkan makna dari setiap konsep yang dipelajarinya.
2) Menemukan (inquiri)
Menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya
menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan
merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan
hasil dari menemukan sendiri. Pada intinya CTL adalah sistem
32
pembelajaran yang membantu siswa baik secara individu maupun
kelompok belajar untuk menemukan sendiri sesuai dengan pengalaman
masing-masing.
3) Bertanya (Questioning)
Unsur lain yang menjadi karakteristik CTL adalah kemampuan dan
kebiasaan untuk bertanya. Melalui penerapan bertanya, pembelajaran akan
lebih hidup, akan mendorong proses dan hasil pembelajaran yang lebih
luas dan mendalam serta produktivitas belajar akan lebih tinggi karena
dengan bertanya dapat : 1) Dapat menggali informasi, 2) Mengecek
pemahaman siswa, 3) Membangkitkan respon siswa, 4) Mengetahui
sejauh mana keingintahuan siswa, 5) mengetahui hal-hal yang diketahui
siswa, 6) memfokuskan perhatian siswa, 7) Menumbuhkan minat belajar
dan membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, 8)
Menyegarkan kembali pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
4) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk
melakukan kerja sama dan memanfatkan sumber belajar dari teman-teman
dan lingkungan belajarnya. Penerapan dan mengembangkan masyarakat
belajar dalam CTL sangat dimungkinkan dan dibuka dengan luas
memanfaatkan masyarakat belajar lain di luar kelas. Hal ini dilakukan
dengan cara siswa dibimbing dan diarahkan untuk mengembangkan rasa
ingin tahunya melalui pemanfaatan sumber belajar secara luas.
33
5) Permodelan (Modelling)
Saat ini, guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena
dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh guru
berdampak pada pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa yang
heterogen. Oleh karena itu penggunaan model dan media dapat dijadikan
alternative untuk memenuhi tujuan pembelajaran dan harapan siswa secara
menyeluruh, dan mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh guru.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru terjadi atau yang baru
dipelajari. Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari suatu proses yang
bermakna pula, yaitu melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan,
untuk kemudian dapat dijadikan sandaran dalam menanggapi terhadap
gejala yang muncul kemudian. Melalui model CTL, pengalaman belajar
bukan hanya terjadi dan dimiliki ketika seorang siswa berada di dalam
kelas dan lingkungan sekolah, akan tetapi jauh lebih penting bagaimana
membawa pengalaman belajar tersebut dalam kehidupan nyata pada saat
menghadapi dan memecahkan persoalan yang dihadapi.
7) Penilaian (Assesment)
Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran yang berfungsi
menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil
melalui penerapan CTL.
Menurut
menggunakan
Depdiknas,
model
CTL
(2002:20)
harus
proses
pembelajaran
mempertimbangkan
dengan
karakteristik-
34
karakteristik : 1) Kerja sama, 2) Saling menunjang, 3) Menyenangkan dan
tidak membosankan, 4) Belajar dengan bergairah, 5) Pembelajaran
terintegrasi, 6) Menggunakan berbagai sumber, 7) Siswa aktif, 8) Sharing
dengan teman, 9) Siswa kritis dan guru kreatif.
2. Skenario Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
Sebelum pembelajaran dengan menggunakan model CTL, guru
harus terlebih dahulu membuat scenario pembelajarannya, sebagai pedoman
umum dan sekaligus sebagai alat control dalam pelaksanaannya. Menurut
Rusman
(2014:199)
pengembangan
setiap
komponen
CTL
dalam
pembelajaran dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih
bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang harus
dimilikinya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk topik yang
diajarkan.
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui cara memunculkan
pertanyaan-pertanyaan.
4) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, Tanya jawab, dan lain sebagainya.
5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, melalui ilustrasi, dan
media yang sesungguhnya.
35
6) Membiasakan siswa untuk merefleksi setiap kegiatan pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
7) Melakukan penilaian secara obyektif.
Program
pembelajaran
dengan
menggunakan
model
CTL
(Contextual Teaching and Learning) lebih menekankan pada scenario
pembelajarannya, yaitu kegiatan tahap demi tahap yang dilakukan oleh guru
dan siswa dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Oleh
karena itu, program pembelajaran hendaknya :
1) Nyatakan kegiatan utama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan
kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara kompetensi dasar, materi
pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar.
2) Rumuskan dengan jelas tujuan pembelajarannya.
3) Uraiakan secara terperinci media dan sumber pembelajaran yang akan
digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
4) Rumuskan skenario tahap demi tahap kegiatan yang harus dilakukan siswa
dalam proses pembelajarannya.
5) Rumuskan dan lakukan sistem penilaian dengan memfokuskan pada
kemampuan sebenarnya yang dimiliki oleh siswa baik pada saat
berlangsungnya (proses) maupun setelah pembelajaran.
C. Media Situs Bung Karno
1. Situs Bung Karno
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 5 tahun 1992,
situs adalah lokasi yang mengandung atau diduga mengandung cagar budaya
36
termasuk lingkungannya yang diperlukan bagi pengamanannya. Berdasarkan
Undang – Undang di atas, secara eksplisit situs merupakan peninggalan masa
lampau berupa bangunan. Oleh karena itu, situs Bung Karno termasuk
warisan sejarah nasional yang mempunyai nilai historis sehingga perlu
dilestarikan dan dipelajari oleh generasi bangsa.
Menurut Warsito, (2012 : 25) Situs adalah sebidang lahan yang
mengandung atau diduga mengandung benda purbakala dan pernah digunakan
sebagai tempat kegiatan oleh manusia pada masa lalu. Selain sebagai tempat
kegiatan pada masa lampau, situs juga merupakan tempat dimana terdapat
informasi tentang peninggalan bersejarah dan informasi tentang peristiwa
pada masa lampau. Diungkapkan juga oleh Bloembergen dan Eickhoff (2011)
bahwa situs tidak hanya berupa warisan materi, melainkan juga terkandung
warisan pemikiran dan gagasan yang dapat menginspirasi generasi muda
dalam membangun masa depan. Keberadaan situs Bung Karno di Ende
merupakan peninggalan sejarah pada masa pergerakan nasional. Di dalam
situs Bung Karno, terdapat benda-benda yang memiliki nilai historis
perjuangan Bung Karno selama masa pengasingan oleh Belanda. Selain
benda-benda peninggalan, situs Bung Karno juga memiliki gagasan-gagasan
penting yang perlu diintegrasikan kepada peserta didik dalam pembelajaran
sejarah.
Dari berbagai pengertian situs di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa situs merupakan suatu lokasi atau tempat yang mengandung benda
37
cagar budaya dan sebagai tempat kegiatan manusia pada masa lalu yang
memiliki nilai sejarah dan bermakna bagi ilmu pengetahuan.
Triyoko (2001 : 1) mengklasifikasikan situs berdasarkan masa dan
periode waktunya yang meliputi : (1) situs prasejarah, yakni peninggalan dari
jaman prasejarah. (2) situs klasik, peninggalan setelah jaman prasejarah
sebelum kedatangan Islam di Indonesia. (3) situs islam, peninggalan kerajaan
– kerajaan Islam dan perkembangan islam di Indonesia. (4) situs kolonial dan
masa kemerdekaan, yakni peninggalan dari jaman kolonial atau peninggalan
sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, situs Bung Karno dikategorikan sebagai
situs kolonial atau situs kemerdekaan, karena merupakan peninggalan sejarah
perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan bangsa Belanda.
Keberadaan situs Bung Karno di Ende berupa Taman Renungan Pancasila
yang merupakan tempat Bung Karno menemukan ilham kelima butir
pancasila, Gedung Imaculata yang merupakan tempat pementasan teater yang
naskah teaternya ditulis oleh Bung Karno untuk menggugah semangat
persatuan dan kesatuan serta kemerdekaan, dan Rumah Pengasingan Bung
Karno ketika beliau diasingkan oleh Belanda pada tahun 1935 sampai 1938
merupakan peninggalan yang tak terpisahkan dari sejarah perjuangan
kemerdekaan bangsa Indonesia.
Situs Bung Karno di Ende, merupakan tempat yang memiliki jejak
dan informasi tentang Soekarno selama masa pengasingan oleh pemerintah
Hindia Belanda. Pengasingan terhadap Soekarno merupakan dampak dari
38
perjuangan melalui organisasi pergerakan nasional. Semangat pergerakan
nasional berawal dari munculnya rasa nasionalisme di kalangan rakyat
pribumi akibat dari praktek kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan
oleh pemerintah Hindi Belanda.
Nasionalisme yang tumbuh dan berkembang dalam diri tokoh-tokoh
nasionalisme dan masyarakat Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor
yakni (1) tingginya derajat homogenitas keagamaan di Indonesia dengan
mayoritas beragama Islam. Islam bukan sekedar tali pengikat melainkan
simbol kelompok dalam melawan penindasan. (2) kesadaran petani akan
penindasan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda yang
menimbulkan reaksi berupa aksi protes secara spontan. Aksi-aksi protes
kemudian diarahkan oleh pemimpin nasionalis ke saluran-saluran nasionalis
yang lebih jelas. (3) munculnya kaum elite Indonesia yang nasionalis sebagai
hasil dari pendidikan barat dan perkembangan marxisme di wilayah Asia.
(Kahin, 2013 : 52 - 60).
Pendidikan merupakan wahana pokok dari gerakan nasionalis. Hal
ini menunjukan betapa pentingnya peran pendidikan dalam perjuangan dan
pergerakan nasional. Muhamad Rifa’i (2011 : 80) menjelaskan bahwa
pendidikan yang diterapkan oleh Belanda melalui politik etis berhasil
membuka cakrawala berpikir bagi kaum pendidik dan pergerakan di Indonesia
sehingga menghasilkan generasi muda yang kelak menjadi tokoh – tokoh
pergerakan nasional. Ilmu yang diperoleh dan keadaan sosial masyarakat
Indonesia memunculkan gagasan-gagasan dalam diri tokoh-tokoh nasional
39
yang dituangkan melalui wadah organisasi pergerakan nasional. Gerakangerakan nasionalis memiliki satu tujuan yakni meraih kemerdekaan dengan
cara yang berbeda-beda. hal ini sehingga menimbulkan gesekan dan
perdebatan di kalangan tokoh-tokoh nasionalis itu sendiri. Di dalam gerakan
yang terpecah-pecah untuk memperjuangkan kemerdekaan, Soekarno melihat
adanya bukti yang terpenting adalah tercapainya persatuan. Persatuan menjadi
modal utama dalam memperjuangkan kemerdekaan. Persatuan gerakan
nasionalis anti penjajahan dilakukan Soekarno dengan penyatuan ideologi
islam, marxisme, dan nasionalisme, untuk kemerdekaan. (Ricklefs, 2011 :
277).
Sepak terjang Soekarno sebagai tokoh nasionalis dalam pergerakan
nasional Indonesia menjadi sangat menonjol ketika mendirikan dan menjadi
pemimpin Partai Nasional Indonesia bersama para anggota Studie Club di
Bandung pada 4 Juli 1927 dan menjadi ketua Partindo. Melalui organisasi
pergerakan nasional ini, Soekarno mengeluarkan gagasan-gagasannya bahwa
kemerdekaan harus dicapai dengan tidak bekerja sama atau nonkooperatif
terhadap pemerintah dan kemerdekaan menjadi keinginan dan milik seluruh
masyarakat Indonesia tidak memandang suku, agama, maupun golongan.
(Kahin, 2013 : 125). Penekanan Soekarno sangatlah jelas bahwa persatuan
menjadi acuan untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Perjuangan dan gagasan Soekarno yang disampaikan melalui orasiorasi politik di hadapan masyarakat, berhasil membakar semangat persatuan
dan rasa nasionalisme. Dampak dari perkembangan Partindo serta giatnya
40
Soekarno menyerukan kebangkitan nasional, sehingga pada tahun 1933 terjadi
pemberontakan angkatan armada laut Belanda yang bertugas di perairan laut
Indonesia. Pemberontakan ini dianggap sebagai pengaruh buruk dari kaum
nasionalis radikal. Sepak terjang Soekarno dan Partindo serta organisasi
lainnya yang nonkooperatif terhadap pemerintah akhirnya dianggap
mengganggu ketertiban dan ketentraman sehingga pada tanggal 1 Agustus
1933, Soekarno ditangkap dan didakwa melanggar Pasal 153 bis dan Pasal
169 yaitu rust en orde (ketentraman dan ketertiban) serta diputuskan
diasingkan ke Ende pada tanggal 14 Januari 1934. (Sartono Kartodirjo, 2014 :
2014). Beberapa tokoh pergerakan nasional lainnya seperti Moh. Hatta,
Sjahrir, dan tokoh nasionalis lainnya akhirnya ditahan pada 1934. (Djaya,
2014 : 42).
Situs Bung Karno yang terdapat di Ende antaralain Rumah
Pengasingan, Taman Renungan Pancasila, dan Gedung Imaculata.
a) Rumah Pengasingan
Selama pengasingan di Ende, Bung Karno dan keluarganya menempati
rumah milik Haji Abdullah Ambuwaru. Di dalam rumah pengasingan,
menghabiskan waktu dengan membaca, melukis, dan menyusun naskah
tonil yang kemudian dipentaskan oleh masyarakat lokal. Setelah Indonesia
Merdeka, Bung Karno mengunjungi Ende untuk pertama kalinya pada
tahun 1951. Dalam kunjungan tersebut, Bung Karno meresmikan rumah
itu sebagai situs Bung Karno pada tanggal 16 Mei 1951.
41
b) Taman Renungan Pancasila
Taman Renungan merupakan tempat Bung Karno sering menghabiskan
waktu untuk merenungi perjuangan akan kemerdekaan bangsa. Hal ini
diungkapkan oleh Adams (2014 : 163), Selama masa pengasingan di
Ende, Soekarno sering juga menghabiskan waktu dengan merenung untuk
menata kembali segala cita-cita perjuangan. Dijelaskan bahwa Soekarno
gemar merenung di sebuah lapangan dengan pohon sukun yang besar
menaungi dan tempat tersebut menghadap ke laut Sawu. Soekarno
menyadari bahwa semangat untuk meraih kemerdekaan tidak bisa berhenti
tetapi tidak bisa lepas dari kehendak semesta. Konsepsi pancasila
merupakan simbiosis dari pikiran dan cita-cita Soekarno setelah melalui
perjuangan yang sangat panjang serta perenungan yang panjang dan
matang. Perjuangan selama pergerakan nasional
yang
bertujuan
memerdekakan rakyat dari penindasan kolonial, kapitalisme dan
imperialisme serta perenungan yang matang di bawah pohon sukun
bercabang lima dengan daunya memiliki lima garis, akhirnya melahirkan
suatu gagasan besar. Ende, merupakan tempat Soekarno memperoleh
kesempatan untuk mematangkan gagasannya tentang dasar perjuangan
kemerdekaan Indonesia. Ende yang memiliki tingkat kamejemukan
agama, suku, dan budaya, Soekarno menemukan perwujudan konkrit dari
idenya tentang dasar dan tujuan yang dapat berfungsi sebagai pemersatu
bangsa Indonesia yang majemuk. Dalam Pidatonya ketika berkunjung ke
Ende pada tahun 1950, Soekarno mengungkapkan bahwa “ Di kota ini
42
kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula
kurenungkan nilai-nilai luhur pancasila”. (Aswi Warman Adam, 2010 :
140).
c) Gedung Imaculata
Gedung Imaculata merupakan gedung milik gereja katolik (Katedral) yang
digunakan oleh Bung Karno untuk mementaskan tonil. Tonil yang dibuat
oleh Bung Karno dipentaskan oleh masyarakat lokal dan menceritakan
tentang harapan akan kemerdekaan, dan pentingnya semangat persatuan.
Pementasan tonil di gedung Imaculata merupakan suatu bentuk upaya
pencerdasan kepada masyarakat lokal serta penanaman nilai persatuan dan
kesatuan.
Situs Bung Karno yang berupa Taman Renungan Pancasila, gedung
Imaculata dan Rumah Pengasingan merupakan peninggalan masa lampau
yang memiliki nilai historis dan dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan
dan sumber pembelajaran sejarah nasional.
2. Pengertian Media
Dari segi etimologis, media berasal dari bahasa Latin yakni medius
yang secara harafiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Pengertian
dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim
kepada penerima pesan. Sebagai penghantar pesan kepada penerima, I Wayan
Santyasa (2007 : 3) menambahkan bahwa tentu terjadi komunikasi sehingga
pesan yang disampaikan dapat diterima, dan dipahami dengan baik oleh
penerima pesan itu sendiri. Sebagai perantara dalam pengiriman ataupun
43
penyampaian pesan, media mempunyai kedudukan dan kegunaan yang sangat
penting dalam proses penyampaian pesan itu sendiri. Penggunaan media yang
tepat, tentu saja pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan
dapat dipahami oleh penerima pesan.Ataupun sebaliknya, penggunaan media
yang kurang tepat berdampak pada pesan yang disampaikan tidak dapat
diterima dengan baik oleh penerima pesan.
Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah
semua bentuk perantara yang membawa pesan atau informasi yang bertujuan
instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran. (Azhar Arsyad,
2014:3). Sehingga media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia,
materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini,
guru, sumber belajar, buku teks, teknologi, dan lingkungan merupakan media
dalam sebuah proses pendidikan. Situs Bung Karno sebagai peninggalan
sejarah dan mempunya nilai kesejarahan merupakan salah satu media
pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru guna menyampaikan pesan
dalam pembelajaran sejarah kepada peserta didik sehingga tujuan dari
pembelajaran sejarah dan tujuan pendidikan dapat terwujud.
Ainina (2014 : 3) menjelaskan bahwa kehadiran media mempunyai
arti cukup penting dalam proses belajar mengajar, karena dalam kegiatan
tersebut ketidak jelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang akan
disampaikan kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan bantuan
44
media. Media situs Bung Karno, dapat dimanfaatkan oleh guru untuk
menyampaikan nilai-nilai historis dan perjuangan pergerakan kepada peserta
didik. Hal ini membawa dampak positif dalam proses pembelajaran sejarah
karena peserta didik akan lebih mudah mencerna dan memahami materi
dengan bantuan media situs Bung Karno. Keberadaan media dalam proses
pembelajara memiliki peranan yang sangat penting. Proses pembelajaran
sejarah akan berjalan dengan baik dan pesan yang disampaikan kepada peserta
didik dapat diserap dan dipahami, apabila guru dapat memanfaatkan situs
Bung Karno sebagai media pembelajaran sejarah.
Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat
merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kehadiran situs Bung
Karno di Ende dapat dijadikan sebagai media dalam pembelajaran sejarah
guna menanamkan kesadaran sejarah dan semangat nasionalisme serta
persatuan yang terkandung di dalam situs sehingga tujuan pembelajaran
sejarah dapat tercapai dan tujuan pendidikan pada umumnya dapat terwujud.
3. Manfaat Situs Bung Karno Sebagai Media Pembelajaran
Situs Bung Karno merupakan peninggalan masa lampau yang
memiliki nilai –nilai kesejarahan serta menyimpan gagasan-gagasan Bung
Karno tentang persatuan nilai luhur pancasila. Peninggalan masa lampau yang
memiliki nilai kesejarahan dan informasi tentang peristiwa pada masa lampau
dapat dimanfaatkan sebagai sumber maupun media pembelajaran sejarah.
45
Seperti yang dijelaskan oleh Widja (1989 : 60) bahwa benda peninggalan
masa lampau yang tersedia dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran dan
alat bantu untuk mendukung usaha-usaha pelaksanaan strategi serta metode
mengajar. Oleh karena itu situs Bung Karno memiliki manfaat untuk
kepentingan pendidikan melalui pembelajaran sejarah.
Sependapat dengan pernyataan di atas, Musadad (2015 : 9)
menjelaskan bahwa Sumber pembelajaran sejarah itu berasal dari mana saja,
baik dari dalam kelas, maupun berasal dari luar kelas. Terkait dengan
variatifnya sumber pembelajaran sejarah untuk kegiatan belajar mengajar
sejarah. Salah satu sumber pembelajaran sejarah yang dapat dimanfaatkan
oleh guru sejarah sebagai media dalam kegiatan belajar mengajar sejarah yaitu
situs yang menyimpan berbagai peninggalan masa lalu. Sehingga manfaat dari
situs Bung Karno yakni dapat dijadikan media pembelajaran sejarah.
Arsyad (2011:24) Media pembelajaran dapat mempertinggi proses
belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat
mempertinggi hasil belajar yang dicapai. Sependapat dengan manfaat dari
media pembelajaran di atas, situs Bung Karno di Ende sebagai media dalam
pembelajaran sejarah memiliki manfaat antara lain :
1. Pembelajaran sejarah akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar sejarah.
2. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa sehingga memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pembelajaran sejarah.
46
3. Proses pembelajaran sejarah akan menjadi menarik karena tidak terpusat
pada penjelasan guru (teacher centered), tetapi peserta didik akan ikut
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sejarah sehingga minat peserta
didik dalam mengikuti proses pembelajaran sejarah semakin meningkat.
4. Manfaat yang paling penting dari penggunaan media situs Bung Karno
dalam pembelajaran sejarah yaitu dapat menumbuhkan kesadaran sejarah
dan semangat nasionalisme dalam diri peserta didik. Hal ini dikarenakan
situs Bung Karno memiliki nilai kesejarahan dari perjuangan Bung Karno
untuk memerdekakan bangsa melalui pergerakan nasional, penanaman
rasa nasionalisme dan semangat persatuan kedalam diri masyarakat
Indonesia, dan penemuan gagasan yang menjadi dasar dari filosofi hidup
berbangsa dan bernegara.
Jadi dengan adanya situs Bung Karno, dapat membantu guru dalam
proses
pembelajaran
sejarah
dan
memaknainya
dalam
kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dengan menanamkan nilai-nilai dan
makna yang terkandung dari situs Bung Karno terhadap peserta didik di kelas.
Dengan menggunakan situs Bung Karno sebagai media maka efisiensi waktu
dapat dilakukan dan pengayaan materi kepada peserta didik dapat
ditingkatkan, bahkan dengan kemampuan guru dalam menggunakan media
pembelajaran, guru mampu membawa siswa kepada tingkat analisis dan
eksplorasi terhadap materi pembelajaran sejarah.
Berdasarkan penjelasan tentang manfaat situs Bung Karno sebagai
media dalam pembelajaran sejarah, dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan
47
keberadaan situs Bung Karno di Ende yang memiliki nilai-nilai kesejarahan,
dapat dijadikan sebagai media pembelajaran sejarah dengan cara mengunjungi
situs dan mengumpulkan segala informasi serta menyusun dalam bentuk
laporan atau makalah. Apabila situs dijadikan sebagai media pembelajaran
sejarah dengan cara mengunjungi situs tersebut, tentu dapat membangkitkan
minat dan perhatian peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sejarah,
membangkitkan pemahaman peserta didik, menanamkan kesadaran sejarah
serta semangat nasionalisme, dan peserta didik dapat diarahkan untuk
mengeksplorasikan kemampuan yang dimiliki serta berpikir kritis dan
analisis.
2. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Edy Supryadi tahun 2013. “Pemanfaatan Situs Jambansari Ciamis
Sebagai Sumber Belajar Sejarah Lokal” (penelitian naturalistic inqury di SMP
Negeri 2 Ciamis). Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan pemanfaatan situs
sejarah Jambansari sebagai sumber belajar sejarah lokal diperoleh melalui
penilaian kinerja inquiry siswa dalam menggali informasi terkait dengan materi
dan penilaian produk hasil kunjungan ke situs Jambansari. Melalui penilaian
kinerja inquiry diperoleh hasil yakni peserta didik memiliki keterampilan untuk
mengeksplorasi sumber informasi melalui pengamatan maupun wawancara.
Sedangkan dengan penilaian produk peserta didik diperoleh gambaran adanya
pengetahuan baru tentang situs sejarah Jambansari, di samping terkandung nilainilai yang diperankan oleh bupati RAA. Kusumadiningrat untuk diteladani yaitu
nilai kepedulian terhadap lingkungan (sosial, budaya dan agama islam).
48
Perbedaan dengan penelitian yang penulis angkat yaitu pada pendekatan
penelitian. Penelitian di atas menggunakan penelitian tindakan kelas, sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh penulis yakni penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif dalam pembelajaran. Pendekatan deskriptif yakni peneliti
tidak memberikan tindakan atau peneliti bersikap pasif dan hanya mengamati
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas.
2. Penelitian Nunuk Suryani, Hermanu Joebagio, dan Sariyatun : “Analisis
Penggunaan Media Pembelajaran IPS SMP di Surakarta”. Hasil penelitian
yakni: (1) Penggunaan media pembelajaran sejarah dalam mata pelajaran IPS/
sejarah pada saat ini, kurang maksimal . Hal ini disebabkan : pertama,
pembelajaran sejarah di SMP terintegrasi dalam IPS, tetapi dalam pelaksanaan
pembelajaran masih terpisah-pisah, hal ini sebenarnya memberi kelonggaran pada
guru dalam mengembangkan media pembelajaran sejarah, tetapi karena cakupan
meteri yang begitu banyak dan jumlah jam yang terbatas karena berbagai dengan
sub bidang studi IPS yang lain, akibatnya guru kurang maksimal dalam
mengembangkan media pembelajaran sejarah. Kedua, Implementasi pembelajaran
sejarah di SMP, menggunakan RPP dari MGMP, sehingga menjadi salah satu
penyebab guru kurang kreatif dan inovatif dalam mengembangkan media
pembelajaran
sejarah;
(2)
Usaha
guru
dalam
mengembangkan
media
pembelajaran sejarah/IPS selama ini, masih terbatas pada penggunaan atlas,
globe, power point, dan film documenter yang sudah ada disekolah. Hal ini
disebabkan, pertama, kurangnya kemampuan dan kreativitas guru dalam mencari
bahan –bahan untuk mengembangkan media pembelajaran IPS Sejarah. Kedua,
49
keterbatasan waktu untuk mengembangkan media pembelajaran yang relevan
juga disebabkan karena tuntutan jumlah jam mengajar yang harus dipenuhi.
Ketiga, belum semua sekolah memiliki fasilitas Ruang Audio visual yang
memadai untuk digunakan sebagai tempat pemutaran film-film documenter
sebagai media pembelajaran sejarah.
3. Penelitian Vicky Fauzi Hasan (2011). “Pengembangan Model Pembelajaran
Sejarah dengan Media Pembelajaran melalui Pemanfaatan Film Dokumenter
Sejarah pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 12 Semarang” memaparkan bahwa
media film dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar sejarah siswa. Untuk
menyajikan pembelajaran sejarah yang menarik, guru perlu melakukan terobosanterobosan baru salah satunya dengan mendesain model pembelajaran yang
memanfaatkan media film dokumenter.
4. Nunuk Suryani. MIIPS Vol.10 No.1 Maret 2010. “Penerapan Model
Pembelajaran Bermedia untuk Meningkatkan Motivasi dan Kompetensi Belajar
Sejarah Siswa SMA” Menyimpulkan, penggunaan media pembelajaran dalam
proses belajar pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Hindu Budha
terhadap masyarakat diberbagai daerah di Indonesia efektif utntuk meningkatkan
motivasi belajar siswa. Selain itu penggunaan media pembelajaran dalam proses
belajar pengaruh perkembangan agama dan budaya Hindu-Budha terhadap
masyarakat diberbagai daerah Indonesia efektif untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa hal ini dapat dilihat dari nilai akhir dari rata-rata kelas yang
mengalami peningkatan dari siklus I dengan capaian siswa tuntas belajar 55,26
dari total siswa, sampai siklus II dengan capaian 73,68% sehingga terjadi
50
peningkatan besar 18,82% kemudian siklus III capaian ketuntasan 92,11%
sehingga ada peningkatan sebesar 18, 43%.
5. Penelitian oleh Neneng Dewi Setiawati. “Fungsionalisasi Benda Cagar Budaya
Sebagai Sumber Belajar dan Peningkatan Kesadaran Sejarah Bangsa pada Siswa
SMA Kabupaten Boyolali”. Menurut penelitiannya benda-benda cagar budaya di
Kabupaten Boyolali belum digunakan secara optimal sebagai sumber belajar,
karena keterbatasan dana yang dialami oleh sekolah dan pemerintah Boyolali.
Selain itu lokasi benda-benda cagar budaya belum tertata dengan baik sehingga
siswa kurang tertarik untuk mengunjungi lokasi tersebut.
6. Warni (2012). “Pemanfaatan Koleksi Museum sebagai Media dan Sumber
Pembelajaran IPS Sejarah” program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang.
Hasil penelitiannya bahwa koleksi di museum Ranggawarsito dan Museum
Mandala Bhakti dapat dijadikan media dan sumber pembelajaran IPS Sejarah.
Sedangkan Museum Jamu Jago dan Museum Jamu Nyonya Meneer dapat
dijadikan media dan sumber pembelajaran sejarah lokal kotaSemarang. Penelitian
ini lebih menekankan pada pemanfaatan koleksi museum sebagai sumber belajar.
Sedangkan penelitian yang akan dilakukan lebih menekankan pemanfaatan situs
atau peninggalan sejarah sebagai media pembelajaran sejarah.
3. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran sejarah, guru mempunyai tugas utama yakni membuat
perencanaan
pembelajaran,
dan
melaksanakan
atau
mengimplementasikan
perencanaan dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Perencanaan dan pelaksanaan
51
pembelajaran yang dilakukan oleh guru mengacu pada kurikulum dan silabus.
Penyusunan perencanaan pembelajaran harus berdasarkan pada standar kompetensi
atau kompetensi dasar yang menentukan berlangsungnya proses pembelajaran dan
tujuan pencapaiannya.
Pelaksanaan pembelajaran sejarah akan lebih bermakna akan lebih
bermakna, maka perlu pemanfaatan lingkungan. Pemanfaatan lingkungan dalam
pembelajaran sejarah yakni dengan memanfaatkan peninggalan-peninggalan sejarah
yang berada di sekitar lingkungan peserta didik itu sendiri. Peninggalan sejarah yang
dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah yakni situs-situs, monument, dan
museum.
Pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan situs yang berada
disekitar lingkungan peserta didik membuat proses pembelajaran akan semakin
menyenangkan dan peserta didik akan semakin memahami materi sejarah, serta
berdampak pada perubahan sikap dan perilaku yang menjadi tujuan pembelajaran itu
sendiri. Namun tidak dimungkiri bahwa pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan
media situs mempunyai kendala-kendala dalam proses penerapannya.
Pemanfaatan media situs yang berada di sekitar lingkungan peserta didik,
tentu membuat proses pembelajaran akan semakin hidup dan semakin efektif. Siswa
akan memiliki rasa kesadaran sejarah sehingga semangat nasionalisme dalam diri
akan terbentuk. Apabila proses pembelajaran sejarah berjalan dengan baik dan
peserta didik dapat memahami materi yang disampaikan, maka tujuan pembelajaran
sejarah dan tujuan dari pendidikan nasional dapat tercapai.
52
Bagan Kerangka Pikir
PEMBELAJARAN SEJARAH
SILABUS
Perencanaan pembelajaran
sejarah
Pelaksanaan pembelajaran
sejarah
Media situs Bung Karno :
 Rumah pengasingan
 Taman renungan
 Gedung Imakulata
Evaluasi pembelajaran
sejarah
Kendala
SINTAK
Download